Sukses

Turun Tangan Ala Anies Baswedan

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan memutuskan untuk tidak hanya urun angan menuntut perubahan di Indonesia.

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan memutuskan untuk tidak hanya urun angan menuntut perubahan di Indonesia. Ia memilih untuk turun tangan dengan mengikuti Konvensi Calon Presiden yang dihelat Partai Demokrat.

Tim Liputan6.com pada Selasa 28 Januari 2014, berkesempatan mewawancarai penggagas Gerakan Indonesia Mengajar itu mulai dari kiprahnya di dunia pendidikan, hingga keputusannya untuk berubah dari akademisi menjadi politisi. Berikut kutipan lengkapnya:

Dimulai dengan gerakan Indonesia Mengajar, nama Anies Baswedan kian harum. Apa yang melatarbelakangi tercetusnya gerakan ini?

Pendidikan adalah kunci untuk melakukan perubahan, dan komponen utama adalah guru. Saya sangat percaya bahwa kualitas pendidikan ditentukan oleh gurunya. Tentu kurikulum itu menunjang. Begitu melihat guru, maka ada masalah kualitas, masalah pemerataan, dan ada masalah kesejahteraan. Pilihan kita adalah mendiskusikan masalah itu atau berbuat. Saya pilih berbuat, saya pilih nggak cuma urun angan saja tapi turun tangan. Bagaimana caranya kita lihat tempat yang kekurangan guru dan undang guru yang berkualitas. Jadi kita rekrut anak-anak lulusan universitas yang pintar, yang berkarkter, yang punya kepemimpinan, yang sangat selektif lalu kita tempatkan di daerah-daerah yang kurang guru.

Mereka harus sudah lulus, tapi 5 tahun 3 tahun sesudah lulus masih boleh. Nah Itu ide awalnya. Jadi melihat masalah bukan saja mengatakan harus begini harus begitu, tapi langsung terlibat, langsung berbuat. Itu ide awalnya kemudian muncul Indonesia Mengajar. Lalu yang kedua, Indonesia Mengajar adalah soal menyiapkan pemimpin masa depan. Ini anak-anak yang kompetensinya kelas dunia. Lalu kita tempatkan di tempat yang tidak ada listrik, sulit sinyal, serba berat.

Di bawah sana mereka punya ruang baru, keluarga baru, punya pengalaman dan kecintaan pada saudara sebangsa. Jadi kita nanti di masa depan akan punya anak yang kompetensinya berkelas, tapi hatinya grass root. Hari ini yang punya kompetensi world class sering tidak tahu grass root, sisi lain yang bekerja di grass root sering tidak tahu dunia, nah ini adalah rombongan yang punya dua-duanya. Kita berharap dalam 15 tahunan ke depan kita sudah bisa menyaksikan tumbuhnya anak-anak Indonesia yang kompetensinya kelas dunia, tapi hatinya tetap grass root Indonesia.

Sejauh mana manfaat yang sudah dirasakan masyarakat?

Banyak ya, terutama di daerah. Karena kedatangan mereka itu bukan bawa buku, bukan bawa uang, tapi bawa badan, dan itu menjadi inspirator. Jadi ketika mereka di sana terlibat kegiatan, orang-orang di sana lalu melihat, ini loh hasil pendidikan. Lalu mereka merasa harus meningkatkan pendidikan. Jadi secara program punya efek di daerah sangat besar.

Secara grafik juga iya, muncul sekarang namanya Solo Mengajar, ada Gerakan Cerdas di Halmahera, lalu UI mengajar, UGM Mengajar, ITB Mengajar, Gundar Mengajar. Jadi kegiatan Indonesia Mengajar itu di wilayah aktifitasnya berdampak, tapi secara nasional merangsang orang untuk mau turun tangan. Itu saya katakan, semangatnya bukan menyelesaikan masalah, tapi semangatnya adalah mengajak semua pihak turun tangan menyelesaikan masalah.

Sudah berapa banyak relawan Indonesia Mengajar?

Mungkin relawannya sekitar 400an lebih sejak 2010, tapi kalau mendaftar sekarang saja mau rekruitmen untuk 50 orang itu lebih dari 9.000 yang daftar, dan lebih dari 50% adalah anak-anak yang sudah bekerja. Jadi, supaya gerakan itu muncul kuat.

Seleksinya itu, semuanya pendaftaran online, tidak ada pendaftaran yang tertulis secara hard copy, semua online di www.indonesiamengajar.org  aplikasinya panjang, tapi kita ingin memang Indonesia Mengajar mendapatkan anak-anak yang berprestasi, secara akademik baik, secara kepemimpinan solid, dari track record itu kemudian mereka dipanggil wawancara, ada diskusi kelompok dan lain-lain, lalu dikirimlah di fase terakhir, mereka yang mengikuti training. Training dilakukan 8 minggu, adalah seleksi fase terakhir, jadi belum jadi pengajar muda. Selesai training baru mereka dinyatakan lulus, jadi pengajar muda.
Konvensi Capres Demokrat

Dari akademisi jadi politisi, apa yang mendasari Anda menerima pinangan menjadi peserta Konvensi Capres Demokrat?

Terlalu banyak lulusan Indonesia yang diputuskan lewat wilayah politik. Saya banyak menggeluti wilayah pendidikan. Sehingga saya menyaksikan dari dekat betapa keputusan politik kita selama ini adalah mendidik sebagian orang saja, dan itu keputusan politik, bukan kebijakan pendidikan semata-mata.

Nah di situ kemudian saya pilih untuk tidak hanya urun angan, tapi turun tangan, dan saya mengajak kita semua, kalau orang-orang bermasalah dibiarkan masuk politik, sementara orang-orang tak bermasalah dipermasalahkan kalau masuk politik, kapan Indonesia akan berubah? Justru kita memerlukan banyak orang tak bermasalah untuk ikut mengubah. Nah itu bukan sesuatu yang mudah, tetapi kita tidak bisa diam saja, saya memilih untuk turun tangan, terlibat, dan itu artinya bahwa ide atau gagasan itu yang kita lakukan.

Ceritakan proses dipilihnya Anda sebagai peserta konvensi?

Oh ya, saya diundang, sudah lama ya sebetulnya, sampai bulan puasa, kemudian bicara dan saya bilang akan pertimbangkan, setelah saya pertimbangkan lalu saya katakan proses ini adalah proses yang baik dan modern untuk menentukan seorang calon. Harusnya partai-partai membicarakan mekanisme rekruitmen, apa pun namanya, ada yang menyebut konvensi, pemilu rakyat, macam-macam, intinya ada proses, dan saya melihat proses ini adalah proses yang baik.

Memang partainya, popularitasnya sedang menurun, tapi saya tidak mau mengambil keputusan berdasarkan popularitas, karena di seluruh dunia partai pemerintah itu di mana-mana pasti mengalami krisis popularitas. Saya putuskan berdasarkan; satu, keyakinan bahwa saya ada ide dan gagasan. Yang kedua keyakinan bahwa saya akan jalani ini dengan cara yang benar. Yang ketiga saya ingin kirimkan pesan pada semua, perubahan itu tidak datang hanya lewat berangan-angan, perubahan itu hanya datang jika kita mau berkeringat sehingga kita mau terlibat, dan sudah terlalu, sudah begitu banyak yang terlibat tapi kita menyaksikan hari ini, perubahan belum terjadi secara signifikan.

Di situ kemudian saya mengatakan, undangan ini membuat hukum bagi saya itu berubah. Kalau saya terima, artinya saya ikut tanggungjawab, kalau saya menolak, ini kan bukan untuk ngurusin partai ini untuk ngurusin pemerintah, kalau saya menolak artinya saya tidak mau ikut tanggung jawab, saya mau di luar saja, saya mau nonton saja, tidak.

Bagaimana tanggapan keluarga saat memutuskan masuk dunia politik?

Keluarga kami dari dulu adalah keluarga yang terlibat dalam urusan-urusan politik, tidak ada yang luar biasa. Bahkan, almarhum ayah, pada waktu itu beliau masih ada dan saya ngobrol, konsultasi, beliau mengatakan, jalan, maju. Tapi partai lagi nggak populer? Terus kenapa? Maju terus. Dan saya ingin tegaskan, mereka merasa yang mendidik anaknya untuk bisa memberikan manfaat, jika ini bisa memberikan manfaat why not?

Ibu saya pada awalnya sempat khawatir, waduh nanti nggak tega kalau lihat talk show di tv katanya, di bully pasti komentar orang macam-macam, tapi mau nyaman ya diam saja, tidak. Kemudian keluarga mendukung. Ibu saya mengatakan yang kita punya hanya nama baik, jaga nama itu baik-baik.

Misi apa yang Anda akan wujudkan bila terpilih menjadi presiden?

Saya ingin menjadikan manusia Indonesia sebagai fokus utama perubahan. Manusia yang kuat, rumah tangga yang kuat, masyarakat yang kuat, kuat kata kuncinya. Nah, itu dimulai lewat sehat, lewat terdidik dan secara umum di masyarakat menegakkan hukum, jadi saya ingin konsentrasi pada persoalan manusia.

Kita punya kekayaan alam yang luar biasa, dan kekayaan alam ini harus dipakai untuk manusianya, jangan dipakai bukan untuk manusia, hari ini kekayaan alam kita justru tidak diarahkan ke sana, ada sebagian tapi seharusnya kita bisa lebih besar lagi.

Apa yang akan lakukan terhadap isu-isu feminis bila terpilih sebagai presiden?

Begitu kita menyaksikan ibu, lalu melihat data, saya sering merasa tega betul kita mengatakan kami akan menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Hari ini angkanya 358, mestinya sudah tidak pantas lagi kita minta maaf kepada keluarga, saya malah bayangkan yang meninggal itu saudara kita sendiri. Jadi bukan soal angka statistik yang harus diturunkan, ini menyelamatkan ibu, saya tidak ingin ibu melahirkan lalu dikuburkan. Ibu melahirkan itu ya bawa anaknya ke rumah, bisa menyusui dan membesarkan, dan ini tidak bisa didiamkan.

Indonesia yang sudah begitu banyak kemajuan itu sudah 69 tahun merdeka, masa persoalan sangat sederhana ini, dan ini dibereskannya 2 langsung jadi 1, kesehatan dan transportasi. Jadi hal–hal yang menyangkut tema perempuan hari ini terlewatkan yang mendasar sekali. Kita harus memastikan ibu melahirkan dan bawa bayinya pulang, jangan sampai melahirkan lalu dikuburkan.

Bagaimana Anda menilai proses konvensi ini, transparankah?

Ya, komite menyelenggarakan acara-acara, dan dari pantauan saya semua dapat kesempatan yang sama. Yang menurut saya bisa diperbaiki adalah kesigapan kecepatan penyelenggaraan acara-acara ini, menurut saya itu yang harus diperbaiki, tapi kalau transparan dan kesejajaran sama.

Bila tak terpilih apakah akan kembali ke kampus atau tetap menjadi politisi?

Insya Allah terpilih, harus milih.

Elektabilitas Anda dalam sejumlah survei cenderung rendah, yakin menang?

Saya, kita semua bekerja untuk meningkatkan elektabilitas, dan kami bekerja dengan cara yang membuat semua prosesnya kita bisa ceritakan dengan cara terhormat, bukan menghalalkan segala cara. Dan saya ingin bawa pesan bahwa Republik ini bisa berubah, dan cara merubahnya harus kita mulai dengan benar, dari situ kemudian dampak dari kehadiran kta akan lebih terasa daripada sekadar menghalalkan semua cara.

Sebagai contoh, di media sosial kita cukup aktif, tidak ada mesin, ini manusia betulan dan tidak ada yang dibayar untuk mengetweet. Efeknya setiap kali orang ngetweet, dia punya keyakinan nggak ada orang yang tanya berapa Anda dibayar untuk ngetweet, kehormatan teman-teman semua dijaga, itu yang kita lakukan.

Kemungkinan terburuk Anda kalah, siap jadi calon wakil presiden?

Saya siap jadi capres, dan itu yang kita ingin menjalankan.

Gerakan Turun Tangan

Sekarang ada gerakan Turun Tangan, apa inti dari gerakan itu?

Indonesia punya banyak peluang untuk maju, tapi tidak bisa terjadi hanya dengan kita berbagi ide saja, harus ada yang mengerjakan. Hari ini, di wilayah publik, ada masalah, salah satunya adalah krisis kepercayaan, dan krisis kepercayaan ini terjadi karena praktik-praktik yang selama ini muncul.

Di sisi lain kita menyaksikan jumlah orang-orang kompeten, berintegritas amat banyak, lalu saya katakan, bila orang-orang baik hanya mau menjadi pembayar pajak yang baik, seperti yang di slogan di mana-mana itu, 'warga negara yang baik bayar pajak', lalu siapa yang akan mengelola uang pajak kita? Kalau orang-orang baik hanya memilih jadi pembayar pajak saja, sementara uang pajak kitalah yang membentuk APBN, keputusan besar, termasuk untuk jalan-jalan atau tidak itu keputusan politik, pakai uang APBN, uang pajak kita.


Karena itu, kita sebutnya sebagai 'Turun Tangan'. Ayo orang yang merasa bertanggung jawab, merasa baik, merasa tak bermasalah, jangan hanya bayar pajak, tapi ikut mengelola pajak, karena itu kita katakan turun tangan, jangan hanya urun angan.

Pemilu Serentak

Soal pemilu serentak, apa pandangan mas Anies?

Menurut saya, tugas MK adalah memutuskan apakah sebuah gugatan terhadap undang-undang itu dinyatakan diterima atau ditolak. Karena MK menentukan undang-undang itu konstitusional atau tidak konstitusional, sehingga tidak membutuhkan waktu. Saat BP Migas dikatakan inkonstitusional, ya otomatis bubar hari itu, ketika RSBI dinyatakan inkonstitusional ya hari itu juga bubar, ketika undang-undang soal BHMN diputuskan inkonstitusional ya hari itu juga selesai.

Yang ini (Pemilu serentak) kenapa tidak? Menurut saya di situ ada sesuatu yang harus direview ulang. Jadi di luar soal substansi yang menurut saya secara prosedural, dalam pandangan sederhana saya, MK seharusnya memutuskan materi ini konstitusional atau tidak, bukan memutuskan waktu pelaksanaan.

Bila dilaksanakan pada 2014, apa semuanya siap?

Pengalaman saya lihat Indonesia selama ini, kalau ditanyakan siap, barangkali 16 agustus banyak yang bilang, Bung Karno kita belum siap bung untuk besok merdeka. Kita selalu kalau ditanya, tapi begitu kita harus melakukan Republik ini selalu berhasil mengecewakan kaum pesimis, selalu Indonesia sudah amat sering mengecewakan kaum pesimis.

Jadi mereka-mereka yang pesimis, Indonesia akan kacau, ini pandangan pesimistik. Begitu kita harus melewati biasanya kita lewati degan baik, jadi saya selalu optimis.

Apa pesan Anda untuk Rakyat Indonesia?

Indonesia punya potensi luar biasa untuk berubah dan itu hanya bisa terjadi jika masyarakat memilih untuk bergerak bersama-sama, dan memberikan kesempatan kepada orang-orang tak bersalah untuk memperbaiki. Caranya dukung orang-orang tak bermasalah, lihat daftar dapil di daerah anda, di daftar pemilih cari orang-orang tak bermasalah, dukung mereka. 2014 Adalah salah satu kesempatan untuk mengubah wajah Indonesia. Siapapun yang terpilih di 2014, dia, mereka, adalah wajah kita 5 tahun ke depan. Kata-katanya, perbuatannya, atas nama seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu jangan diamkan proses ini lewat begitu saja. Pengaruhi proses ini, jadikan ini kesempatan untuk mengubah wajah Indonesia kita.

(Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini