Sukses

Cuit Akun Twitter Anas, Loyalis: Harusnya SBY Mundur

Mantan Ketua DPC Demokrat yang juga loyalis Anas itu mempertegas kicauan Anas untuk menyarankan SBY mundur dari Ketum Demokrat.

Akun Twitter tersangka kasus dugaan gratifikasi proyek Hambalang Anas Urbaningrum, @anasurbaningrum kembali berkicau. Dalam kicauannya, akun Anas itu menyoroti elektabilitas Demokrat yang terus merosot namun tak ada desakan agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mundur dari Ketua Umum Partai Demokrat.

Tri Dianto menimpali cuit akun Twitter atas nama Anas. Mantan Ketua DPC Demokrat yang juga loyalis Anas itu mempertegas kicauan akun itu untuk menyarankan SBY mundur dari Ketua Umum (Ketum) Demokrat.

Pengusaha jamu asal Cilacap itu mengatakan, meski berada di dalam rumah tahanan (rutan) KPK, Anas akan tetap menyampaikan pemikirannya lewat Twitter. Ide-ide Anas, kata dia, harus terus disalurkan.

"Hari kemarin dan hari ini Mas Anas nge-tweet di Twitter menyampaikan pemikiran-pemikirannya. Walaupun Mas Anas di dalam penjara, tidak bisa bergerak, tapi pemikirannya harus tetap berjalan," ujar Tri Dianto.

Tri menjelaskan, alasan Anas diminta mundur karena elektabilitas Demokrat yang terus menurun harus diselamatkan. Padahal saat itu, elektabilitas Demokrat hanya 10%.

"Tapi banyak elite Partai Demokrat yang kemudian beramai-ramai untuk berkomentar meminta kepada Pak SBY untuk menyelamatkan partai. Elektabilitas PD sekarang ini kan kemarin 2013 itu turun jadi 7,2%. Bahkan ada bocoran sudah 6 koma berapa gitu," ujarnya.

Kata Tri, melalui Twitter itulah Anas menyampaikan, dengan kondisi yang jauh lebih parah ketimbang saat dia menjabat, tidak ada satu pun kader Demokrat yang berani menyuarakan agar SBY mundur. Sebab selama menjadi ketum, SBY juga belum bisa mengangkat elektabilitas partai.

"Jadi Mas Anas dengan kondisi yang seperti ini ingin menyampaikan, kok elite-elite partai ini diam, tidak ada yang menyampaikan tentang turunnya elektabilitas Demokrat," kata dia.

Tri lebih jauh menerangkan, dengan kondisi seperti ini, maka sudah seharusnya SBY turun dari tampuk Ketum Partai Demokrat. Dan elite-elite Demokrat juga harus berani meminta SBY mundur.

"Kalau ingin fair, jangan dulu waktu Mas Anas diminta mundur dari Ketum karena, waktu itu elektabilitas Demokrat saja masih di atas 10%. Sekarang ini dengan sudah makin turun, makin turun, nggak ada perubahan kok ini, kader Demokrat nggak berani," kata dia.

Atas dasar itulah, Tri menuding, Anas memang sengaja dilengserkan dari posisinya sebagai ketum. Dan hal itu adalah sebuah rekayasa dari Demokrat sendiri.

"Penurunan Mas Anas melalui elektabilitas partai sudah didesain, sudah direncanakan. Kalau mereka dengan alasan elektabilitas, maka para sengkuni ini otomatis menyuarakan juga agar SBY mundur. Tapi dengan diam, sudah jelas Anas sengaja digulingkan," ujar Tri.

Dalam kicauannya pada Minggu 26 Januari kemarin, akun @anasurbaningrum mengusulkan agar Partai Demokrat mengganti ketua umum mereka karena elektabilitas partai terus merosot. Tujuannya, kata dia, agar partai tidak terbebani dengan citra pemerintah yang terus merosot.

Anas menilai, masih ada waktu bagi Demokrat untuk berbenah dengan menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) sebagai langkah terobosan untuk menyelamatkan Demokrat. Dia pun menilai sejumlah tokoh layak menggantikan posisi SBY.

Selain nama Dahlan Iskan, akun @anasurbaningrum juga menyebut nama Marzuki Alie, Nurhayati Ali Assegaf, dan Achmad Mubarok sebagai tokoh yang pantas menggantikan SBY sebagai Ketum Demokrat.

Tak diketahui pasti apakah kicauan itu dilakukan oleh Anas langsung oleh orang lain. Saat dikonfirmasi Liputan6.com beberapa waktu lalu, Tri Dianto mengatakan, Anas punya tim untuk mengicaukan pemikirannya di Twitter.

"Itu adminnya," ujar Tri yang juga juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), 17 Januari 2014. Dalam profil yang dimuat dalam akun Twitter Anas, tertulis, "akun dikelola tim admin dengan tanda *abah berasal dari AU." (Riz/Ism)

Baca juga:

`Anas Urbaningrum` Berkicau Lagi di Twitter, Sebut SBY
Anas Dilarang Berobat ke Dokter Langganan, Gede Pasek Protes KPK
Loyalis Anas: Penguasa Sering Gunakan Hukum untuk Kekuasaan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini