Sukses

[VIDEO] Lo Siauw Ging, Dokter 'Gratis' Kebanggaan Kota Solo

Hampir seluruh warga Kota Solo, Jateng, mengenal keberadaan dokter Lo yang puluhan tahun telah jadi andalan kaum tidak berpunya.

Tak seperti tempat praktik dokter pada umumnya, tidak ada papan nama di tempat praktik dokter Lo Siauw Ging di rumahnya di Kota Solo, Jawa Tengah. Namun, itu bukan masalah karena hampir seluruh warga Kota Solo mengenal keberadaan dokter Lo yang puluhan tahun telah jadi andalan kaum tidak berpunya.

"Sejak saya kecil dan sekarang saya sudah punya anak, berobatnya ya ke sini ini. Tak pernah bayar, semua sudah tahu itu," jelas seorang pasien bernama Yani seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (5/1/2014).

Dokter Lo kini berusia 79 tahun. Namun, usia tidak menghalanginya untuk terus aktif mengobati pasien. Pagi hari, dokter Lo bertugas di Rumah Sakit Kasih Ibu. Lalu, pukul 16.00 WIB hingga 20.00 WIB, Senin hingga Sabtu, sang dokter melayani pasien di rumahnya.

"Dia itu melayani betul-betul dengan hati. Dia bilan jadi dokter itu bukan untuk mencari uang, tapi pilihan hidup," ujar pasien lainnya bernama Vina.

Lo Siauw Ging lulus dari Universitas Airlangga pada 1962. Di tahun 1968, dokter Lo mulai buka praktik. Sejak awal, sang dokter mengutamakan prinsip kemanusiaan.

Ada 2 tokoh yang mendorong dokter Lo menempuh jalur sosial dalam pekerjaannya. Pertama dokter Oen, seorang dokter di Solo yang legendaris karena jiwa sosialnya. Kedua, ayah dokter Lo sendiri.

"Ada pesan, kalau jadi dokter jangan spesial cari duit, kalau pingin kaya dagang saja, itu pesan ayah. Dokter Oen juga tak pernah menarik bayaran dari pasien," jelas dokter Lo.

Sejumlah simpatisan akhirnya menjadi donatur tetap membantu membiayai para pasien melalui tangan dokter Lo. Baik donatur maupun pasien penerima sumbangan berasal dari berbagai kalangan.

Setelah bertahun-tahun bertugas sebagai dokter, tidak mengherankan dokter Lo mendapat tempat di hati warga Solo. Saat terjadi kerusuhan tahun 1998, tiada seorangpun yang menyentuh rumah dokter Lo yang dijaga warga setempat. Dokter Lo bahkan buka praktik seperti biasa.

Dokter Lo dan istrinya Maria Gan tidak dikaruniai anak. Keduanya gemar membaca. Langkah-langkah dokter Lo juga mendapat restu penuh dari sang istri. "Dia tak mau dibayar itu bagi saya berlebihan. Tapi kenyataannya saya itu hidup lebih dari cukup," tegas sang istri Maria.

Rupanya, bagi dokter Lo imbalan tertinggi adalah rasa puas di hati. "Kepuasan yang ada, bahwa kita bisa menolong, bisa membantu orang sakit, apalagi kalau kita lihat orang sakit keras bisa sembuh," kata dokter Lo.

Dokter Lo pernah jadi direktur di Rumah Sakit Dokter Oen dan Rumah Sakit Kasih Ibu. Sekarang, di RS Kasih Ibu dokter Lo bertugas sebagai dokter biasa. Sepak terjang dokter Lo pun menuai rasa hormat. Tahun 2009, Pemerintah Kota Solo memberikan penghargaan bidang kemanuasiaan untuk sang dokter.

"Tidak punya keinginan untuk mengumpulkan harta, saya sebagai pribadi juga meniru apa yang dilakukan dokter Lo, meski hanya sebagian kecil dan belum ada apa-apanya," ujar Walikota Solo FX Rudi Hadyatmo.

Saat ini dokter Lo masih punya cita-cita. Lagi-lagi bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk para pasiennya. Dia ingin ada jaminan yang jelas bagi pelayanan kesehatan seluruh rakyat Indonesia. "Ideal itu ya asuransi kesehatan nasional," tutupnya. (Ado)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.