Sukses

Kilas Balik 9 Tahun Tsunami Aceh

Ini adalah kilas balik setelah 9 tahun tsunami Aceh. Kiriman artikel Ahmad Arif ini patut disimak.

Citizen6, Banda Aceh: Gempa besar dan tsunami dahsyat yang melanda Aceh 9 tahun silam (26 Desember 2004) selain menelan korban ratusan ribu jiwa, juga memporak-porandakan sarana publik. Aceh lumpuh.

Bagian Pantai Barat Aceh, yaitu Kabupaten Nagan Raya, Aceh Jaya dan Aceh Barat merupakan daerah terparah, selain Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Gedung perkantoran hampir 100% rata dengan tanah. Jalan yang menghubungkan antar daerah juga demikian. Jembatan yang membuat waktu tempuh antar daerah putus. Bahkan, tak sedikit sarana publik yang terletak di pesisir pantai Barat Aceh tersebut 'dimakan' tsunami beberapa kilometer dari lokasi semula.

Karenanya, hingga sebulan pertama pasacatsunami, daerah Pantai Barat Aceh tersebut masih menjadi daerah tersisolir. Calang, ibu kota Kabupaten Aceh Jaya dan Meulaboh, ibu kota Kabupaten Aceh Barat sering disebut sebagai kota mati masa itu. Distribusi bantuan hanya bisa dilakukan via udara. Daratan masih belum bisa ditembus karena tumpukan sampah yang menggunung. Selain itu, jalan yang rusak parah dan beberapa jembatan yang terputus. Sedangkan lautan masih menghidangkan ombak-ombak besar yang dapat mengancam keselamatan.

Tak sedikit tim rescue yang berupaya menembus keterisoliran itu, baik melalui daratan maupun lautan. Namun, tak berselang lama, mereka terpaksa harus kembali ke posko di Banda Aceh atau Aceh Besar dengan perasaan masygul yang tak terlukiskan. Memang ada satu atau dua tim yang berhasil. Namun, jarak dan waktu yang mereka tempuh menjadi dua kali lipat dari kondisi sebelum tsunami. Tentu hal ini tidak efektif dan tidak pula efisien dalam kerja-kerja tanggap darurat daerah bencana.

Saya baru bisa menjejaki kota mati Meulaboh di bulan kedua pascatsunami saat mendampingi 10 orang relawan dan donatur dari negeri jiran Malaysia. Itu pun setelah melalui antrian panjang tim-tim yang akan diberangkatkan ke tanah kelahiran Teuku Umar dan Caut Nyak Dien itu.

Dengan menggunakan Helikopter Angkatan Udara Malaysia, kami diterbangkan dari Lanud Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Aceh Besar. Saat melepaskan pandangan dari udara ke daratan di bawah, kesedihan hati semakin menjadi.

Bila sebelumnya kami hanya menyaksikan pemandangan yang menyesakkan dada itu melalui berita di media cetak dan elektronik (televisi). Siang itu, kami melihat dengan mata kepala sendiri. Daratan berubah menjadi lautan. Tak ada bangunan tersisa selain masjid. Saya beruntung sekali dapat mengambil foto satu-satunya bangunan (masjid) yang tersisa di daerah perbatasan antara Aceh Besar dan Calang walau dengan menggunakan kamera manual. Masjid itu menjadi terkenal ke seantero belahan dunia karena menjadi saksi bisu kedahsyatan smong (tsunami).

Setelah mendarat, kami dijemput oleh tim utusan dari perwira menengah Angkatan Laut di Meulaboh. Keesokan harinya, saya baru mengetahui bahwa perwira menengah TNI AL tersebut adalah abang sepupu yang selamat dari bencana itu karena tersangkut di tali senjata laras panjang yang diselamatkannya di pagi duka itu.

Sebelum pertemuan itu, kami tidak pernah berjumpa karena faktor usia yang jauh bertautan. Saat saya memberitahukan orang tua di Aceh Tenggara bahwa saya sedang di Meulaboh, sontak ayah mengatakan ada keluarga di sana. Setelah saya ceritakan profil singkat si perwira TNI AL itu, ayah langsung membenarkan bahwa dia adalah abang sepupu saya.

Aih, ada saja senyum di balik duka. Ada juga buhul (pertalian) yang tersambungkan di balik bencana. Ada kerinduan hati yang terpecahkan di kota mati. (bnu)

Penulis
Ahmad Arif
Banda Aceh, banta_xxx@yahoo.com.

Baca Juga:
Memori Mengusik Hati, 9 Tahun Tsunami Aceh
Peringati 9 Tahun Tsunami, Banda Aceh Gelar Kolaborasi Kreatif
Refleksi Tsunami Warga Aceh di Jakarta

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 3 Januari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com, Dyslexis Cloth, dan penerbit dari Gramedia bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini