Sukses

Yogya Kota Budaya, Bukan Kota Mal

Yogyakarta yang di juluki kota istimewa karena keindahannya, akhir-akhir ini diresahkan oleh pembangunan mal berkedok investasi.

Citizen6, Yogyakarta: Yogyakarta yang di juluki kota istimewa karena keindahaan dan kenyamanan serta warganya yang ramah-ramah, akhir-akhir ini diresahkan oleh pembangunan mal yang marak terjadi dengan berkedok meningkatkan investasi pariwisata di Yogja. Hal ini menimbulkan banyak terjadi kemacetan di Kota Yogya.

Seorang seniman mural, Muhamad Arif seniman yang menuliskan aspirasinya atas kondisi yang terkadi saat ini Kota Yogya di tangkap Satpol PP pada Senin 7 Oktober 2013 karena menebalkan tulisan Jogja Ora Didodol di pojok beteng yang sudah dihapus. Arif diperiksa di Balai Kota dan keesokan harinya, pada Selasa 8 Oktober 2013 menjalani sidang dan dinyatakan bersalah.

Ini kali pertamanya seorang seniman mural ditangkap dan dinyatakan bersalah. Sebuah ironi seorang seniman ditangkap di kota seni dan budaya. Ini menjadi keprihatinan masyarakat dan gelar banyak demo dan juga membuat ocehan mereka di twitter yang mengungkapkan Yogja ora di dol. Catatan sejarah membuktikan, kritik dan koreksi selalu disampaikan (oleh warga Yogya) secara santun dan konstruktif. Tinggal bagaimana para pemimpin 'menyikapi' hal tersebut.

Apakah para pemimpin sensitif atau menebalkan telinga tak mau mendengar dan tak mau berpikir. Hanya mementingkan investasi yang besar sampai pemerintah tidak mau mendengarkan aspirasi warganya. Jargon Jogja Ora didol mempunyai arti yang sangat dalam. Yaitu akan menjadi kota seperti apakah Yogyakarta kurun waktu 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 50 tahun yang akan datang? Indikasi perubahan fisik, sudah sangat terasa dengan menjamurnya mal dan hotel yang mengakses pada industri pariwisata. Kekhawatiran akan mengubah tatanan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Negara harus berperan melindungi warga melalui kebijakan yang tidak boleh salah langkah.

Ada banyak mal yang sedang dibangun di DIY, seperti Jogja Town Square (Jalan Solo, tepi kali tambak bayan), Sahid Lifestyle Mall (seturan), Mataram City (utara monjali), dan Hartono Lifestyle Mall Jogja (depan polda) yang katanya bakal jadi pusat perbelanjaan terbesar di Jateng-DIY.

Pembangunan mal dan hotel selalu mengatasnamakan peningkatan perekonomian masyarakat Yogja. Tetapi sebenarnya malah membuat masyarakat kehilangan lapangan pekerjaan dan banyak yang memilih menjadi pengemis. Itu malah membuat nama Yogyakarta menjadi jelek. Banyak sekali pengangguran jika hal itu tetap saja di lakukan karena lahan untuk berjualan masyarakat sekitar di bongkar dan tidak di berifasilitas atau tidak diberi tempat untuk mereka jualan jadi mereka terpaksa tidak berjualan dan cuma menganggur saja. Hal tersebut tidak meningkatkan ekonomi masyarakat malah menjadi bencana bagi pedagang di daerah yang akan di bangun Mall atau Holtel.

Menurut saya sudah cukup hotel dan mal yang berada d Yogyakarta ini tidak usah di tambah lagi karena akan membuat kota Yogja jadi sesak dan tidak nyaman. Ygja bukan kota metropolitan, Yogja adalah kota budaya dan kota pelajar. Sebaikanya tidak usah menjual Yogja demi investasi yang katanya menguntungkan banyak bagi Kota Yogja. Tapi kemana uang investasi tersebut, tidak ada wujudnya dan fasilitas di Jogja juga tidak di tambah.

Masyarakat Jogja hanya menginginkan Jogja yang berhati nyaman seperti slogan kota Jogja sendiri. Yang jauh dari kemacetan dan nyaman jogja yang sejuk, rindang, banyak pohon bukan beton yang panas dan banyak kemacetan. (Adam Perwira Adi/mar)

Adam Perwira Adi, Mahasiswa ASMI Stama Yogyakarta dan pewarta warga.

Disclaimer

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 3 Desember sampai 13 desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Terima Kasihku untuk 2013". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini