Sukses

Buruh Blokir Tol Jakarta-Merak, 2.500 Polisi Dikerahkan

Guna mengamankan aksi yang diikuti lebih dari 5.000 buruh dari berbagai aliansi buruh ini, Polda Banten mengerahkan sekitar 2.500 personel d

Aksi pemblokiran jalan ribuan buruh di Pintu Tol Ciujung, Serang, Banten, menyebabkan arus lalu lintas Jakarta-Merak dan sebaliknya lumpuh. Guna mengamankan aksi yang diikuti lebih dari 5.000 buruh dari berbagai aliansi buruh ini, Polda Banten mengerahkan sekitar 2.500 personel dari berbagai kesatuan.

Seperti pantauan Liputan6.com, Selasa (3/12/2013), selain pasukan pengamanan, Polda Banten juga mengerahkan 5 mobil water canon untuk menghalau aksi unjukrasa ini. Kendati, hingga pukul 11.00 WIB, kendaraan meriam air belum dapat mendekati massa pengunjukrasa akibat terjebak kemacetan.

Ke-5 mobil meriam air itu masih siaga di 3 titik, yakni timur, selatan dan barat mengelilingi titik pengunjukrasa. Kendati hampir di semua pintu akses tol ditutup oleh buruh. Kendati, sejumlah polisi sudah disiagakan di titik pemblokiran jalan.

Namun demikian, suasana unjuk rasa ini masih cukup kondusif dan belum ada ketegangan meski massa buruh sudah mulai membakar ban. Beberapa orator juga masih terus berorasi di tengah jalan tol dikelilingi pengunjukrasa serta pengawalan sejumlah polisi.

Hingga saat ini, massa buruh terus berdatangan dari berbagai aliansi buruh. Kemacetan juga semakin mengular baik dari arah Serang ke Jakarta maupun sebaliknya. Kedua arus lalu lintas lumpuh total. Bahkan, Kapolda Banten Brigjen Muhammad Zulkarnain pun terlihat turut menertibkan lalu lintas. 

Unjukrasa ini menuntut agar Pemerintah Kabupaten Serang, Banten segera merevisi Upah Minimum kabupaten (UMK) yang sebelumnya ditandatangai sebesar Rp 2.342.000 menjadi Rp 2.442.000 ribu. (Rmn/Ism)

[Baca juga: Ribuan Buruh Blokir Tol Ciujung, Merak-Jakarta Lumpuh]

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini