Pengakuan PSK Khusus VIP Soal Para Pelanggan Tajir

Rabu 12 Maret 2008, lima tahun lalu, Gubernur New York Eliot Spitzer -- didampingi istrinya, Silda --  menyatakan mundur dari jabatannya. Gara-gara skandal memalukan, namanya dikaitkan dengan salah satu klub prostitusi, Emperors Club.

"Saya tidak bisa mengizinkan kegagalan dalam kehidupan pribadi saya mengganggu pekerjaan orang lain," kata dia saat itu. Spitzer yang di masa lalu terkenal sebagai penyelidik kejahatan terorganisir, kejahatan keuangan dan prostitusi justru dianggap terbukti mengatur pertemuan dengan seorang PSK bernama Ashley Dupre di salah satu hotel di Washington. Ia pun punya julukan baru: "the Love Guv".

Setelah skandal mencuat, diketahui bahwa Gubernur  Spitzer adalah 'Client 9', Emperors Club tinggal nama [baca juga: Eliot Spitzer, Terjungkal Sang Gubernur Gara-gara Pelacur].

Baru-baru ini, salah satu wanita di Emperors Club, Valerie Baber, menceritakan tentang klub eksklusif juga skandal yang menimpa dari sudut pandangnya. "Aku pernah masuk TV sebelumnya, sebagai model, tapi tak pernah di tayangan berita dan jadi bagian dari sebuah skandal," kata dia seperti dikutip dari News.com.au, Senin (2/12/2013).



Emperors Club adalah klub paling elit di New York, bahkan seluruh dunia saat masih jaya. Penyedia pekerja seks komersial untuk kalangan VIP. Kliennya adalah orang-orang ternama, yang dipasangkan dengan perempuan-perempuan cantik.

Klien berduit harus membayar mahal, US$ 30 ribu atau Rp 356 juta per hari. Termasuk dalam pelanggan adalah mereka yang masuk daftar orang terkaya versi majalah Forbes, punya darah biru, politisi, atlet, selebritis, dan para raksasa industri.

"Setelah skandal itu, aku pindah ke London, memulai hidup baru, kembali kuliah, dan menemukan ternyata aku tak hanya suka jadi mahasiswi, tapi berprestasi baik," kata Valerie.

"Prostitusi adalah masa lalu bagi saya sekarang, tapi 9 bulan bekerja di Emperors Club adalah salah satu pengalaman yang paling unik, mencerahkan dan berharga dalam hidup saya."

Valerie bergabung dengan Emperors Club mulai 25 Agustus 2007. Ia dikenal dengan nama samaran Racquel.

Pelanggannya beragam dari penjudi, petinju, dokter kelas atas, pengacara, tipe-tipe pebisnis sukses, dosen  Ivy League, dan para pengusaha sukses.

Suatu hari ia mendapat klien pemain hoki terkenal yang ganteng, di hari lain pria yang berusia lebih tua 40 tahun dari dia dengan gigi menguning.

Namun, tak melulu soal seks. Banyak klien mau membayar mahal untuk bentuk keintiman umum biasa dan hanya untuk ngobrol. "Ini mengejutkan bagi saya saat mengetahui pekerjaan sebagai pendamping (escort) tak hanya soal seks," kata dia.

Bayaran Valerie sebagai escort amat menggiurkan, US$ 1.500 per jam atau Rp 17,8 juta -- lebih banyak daripada 7 jam menari sebagai stripper  -- pekerjaan dia sebelumnya.

Suatu hari The Emperors Club akhirnya berakhir. "FBI muncul di pintu saya, dan saya harus menyewa pengacara," kata dia. Valerie harus merogoh kocek US$ 25 ribu atau Rp 297 juta untuk membayar pengacara.

Beberapa bulan setelah kejadian, Valerie mengaku masih dilanda kesedihan dan kehilangan. "Saya telah menemukan kegembiraan, kemandirian finansial, dan apa yang saya pikir sebagai keamanan di Emperors Club. Dan itu semua tiba-tiba hilang, saya dipaksa untuk kembali berjuang mendapatkan uang. Belum lagi anggapan orang seperti saya telah melakukan sesuatu yang benar-benar mengerikan."

Valerie mengklaim, apa yang ia lakukan dulu tidak salah. "Bahkan aku masih tidak yakin apa 'kejahatan' yang pernah aku lakukan."

Setelah berhenti dari Emperors Club, dia pindah ke Inggris dan mendapat dua gelar sarjana dari University of Sussex dari Middlesex University. Dia  juga menerima gelar dari NYU.

Kini Valerie Baber adalah seorang penulis profesional. Mungkin itu jauh lebih terhormat. (Ein/Yus)