Sukses

Kisah Guru Honorer, Takut Dipecat Hingga Sedih Saat Gajian

"Jadi guru jujur berbakti memang makan hati." Lirik lagu Iwan Fals itu cerminan nasib Mahmud, yang sudah 20 tahun mengabdi sebagai guru.

"Jadi guru jujur berbakti memang makan hati." Itulah sepenggal bait lagu Iwan Fals yang berjudul 'Oemar Bakri'. Sebuah kalimat yang ternyata mewakili perasaan guru honorer di salah satu sekolah di Jakarta Utara.

Adalah Mahmud (54), Guru Agama di SMA 13 yang mengaku di masa pengabdiannya selama 20 tahun lebih belum juga diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Saya mengajar dari tahun 1990 sampai sekarang. Seingat saya sudah lebih dari 3 kali saya ikut CPNS. Berkas sih masuk (lulus), masa kerja juga, tapi nggak tahu apa lagi pertimbangannya," kata Mahmud saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta Utara, Senin (25/11/2013).

Konsistensi dirinya mengabdi tidak pernah tanggung-tanggung dalam mencurahkan waktunya untuk pendidikan. Itu terbukti dari 20 tahun lebih masa pengabdiannya.

Namun, dia merasa belum mendapat perhatian yang setimpal dari pemerintah. Sebab, di masa usianya sekarang ia belum juga diangkat PNS. "Kalau besok diterima saya juga tinggal punya waktu 6 tahun lagi untuk ngajar," ujar Mahmud.

Tak hanya sampai di situ, perasaan sedih Mahmud juga muncul saat dirinya merasakan mendapat intimidasi dari pihak sekolah ataupun sesama guru. Hal itu didapati dalam susunan kepegawaian dirinya yang tidak tercantum di sekolah.

"Guru honorer itu rasanya agak ngerasa nggak diutamakan. Selama ngajar belum pernah jadi walikelas karena saya masih honorer. Dalam susunan guru ataupun foto saya juga nggak ada," terang Mahmud.

Selain itu, dalam setiap harinya, bapak 3 anak itu terus diselimuti rasa ketakutan dikeluarkan pihak sekolah. Namun, hal itu menurutnya tidak menjadikan dirinya berkecil hati. Bahkan dirinya bertekad akan terus mengajar hingga akhir hayat.

"Saya takut saja dikeluarin dari kontrak saya 2 tahun lagi ngajar. Tapi jangan suka ngeluh saja kuncinya. Ikhlas saja biar saya hanya bawa uang 10 ribu tiap hari. Yang penting saya ngajar jangan dikeluarin sampai akhir hayat," jelas Mahmud.

Terakhir, hal yang tidak dapat dihindari sewaktu dirinya harus melihat slip gaji yang keluar tidak berbarengan dengan gaji. Mirisnya lagi, dirinya mengaku harus menyaksikan teman guru yang sudah PNS menerima banyak tunjangan yang pastinya menjadikan nilai nominal gajinya lebih tinggi.

"Sedih waktu nerima gaji saja tok. Gaji saya, mmhh...nggak sampai Rp 2 juta tiap bulan. Mereka (guru PNS) dapat sertifikasi, nah kita kadang molor dan nggak tentu lagi gajinya," pungkas Mahmud. (Mut/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini