Sukses

Pasien Mencoblos di TPS Berjalan

Sejumlah pasien di Rumah Sakit Budhi Asih, Cawang, Jakarta Timur, antusias memberikan suaranya pada Pemilu 2004. PPS menyediakan tempat pemungutan suara berjalan untuk memudahkan pencoblosan.

Liputan6.com, Jakarta: Kendati tengah menjalani perawatan di rumah sakit, sejumlah pasien terlihat antusias memberikan suaranya pada Pemilihan Umum 2004. Hal itu terlihat di Rumah Sakit Budhi Asih, Cawang, Jakarta Timur, pada pemilu legislatif pada Senin (5/4). Untuk memudahkan pencoblosan, Panitia Pemungutan Suara (PPS) menyediakan tempat pemungutan suara (TPS) berjalan. TPS tersebut akan mendatangi langsung kamar-kamar pasien.

Para petugas pemungutan suara mendatangi pasien-pasien yang memiliki kartu pemilih. Bagi pasien yang mengalami kelemahan fisik seperti penderita stroke bisa dibantu oleh anggota keluarga atau orang yang dipercaya. Sukia, pasien yang dirawat di RS Budhi Asih, tetap bersemangat mengikuti pemilu. Bahkan ia terpaksa mencoblos di atas tempat tidurnya karena tak bisa duduk. Dalam situasi seperti itu, petugas hanya menggunakan kertas berukuran besar sebagai pengganti bilik suara.

Hal serupa terjadi di Semarang, Jawa Tengah. Ratusan pasien yang tengah dirawat di berbagai rumah sakit di Kota Semarang juga harus didatangi petugas pemungutan suara di ruang perawatan. Dari pemantauan SCTV, jalannya pencoblosan berlangsung lancar. Pelaksanaan pemilu itu disaksikan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), tim pemantau, petugas keamanan, serta anggota Komisi Pemilihan Umum yang bertugas di rumah sakit.

Sedangkan penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wanita Bulu, Semarang juga ikut menggunakan hak pilihnya. Pemilu dilangsungkan di Aula Lapas Bulu dengan pengawasan petugas lapas dan polisi.

Sementara itu, di Bandung, Jawa Barat, ratusan tuna netra, yang tinggal di Wyata Guna berlokasi di Jalan Padjadjaran, Bandung, bersama ratusan warga masyarakat lainnya beramai-ramai memberikan hak suaranya. Dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, mereka menggunakan alat bantu berupa template bertuliskan hurup Braille untuk mencoblos pilihannya. Sementara puluhan penduduk lanjut usia penghuni rumah jompo atau panti wreda di Jalan Sancang, Bandung, juga tak mau ketinggalan. Mereka memanfaatkan hak suaranya bersama ratusan pemilih lainnya di Kota Bandung.

Sebuah TPS di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dijadikan proyek percontohan pelaksanaan pemilu bagi penyandang cacat. Di TPS ini disediakan alat bantu khusus yang memudahkan para penyandang cacat memberikan suaranya. Tempat pencoblosan juga memakai petugas yang sudah terlatih.

Lain lagi di Tegal, Jawa Tengah. Sekitar 50 dari 191 penghuni Rumah Tahanan Kota Tegal tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Mereka tidak bisa menyalurkan asprasi politiknya karena tidak memiliki kartu pemilih. Padahal ke-50 penghuni rutan tersebut sebelumnya pernah terdaftar sebagai pemilih. Sementara para penghuni yang dapat mencoblos tampak dengan tertib menggunakan hak pilihnya. Hal serupa terjadi di Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Dari 2.770 penghuni Rutan Salemba, hanya 182 napi yang mengikuti pemilu legislatif di sembilan TPS yang ada di blok dalam dan tengah [baca: Banyak Napi Rutan Salemba Tidak Mencoblos].

Masih dari Tegal, sekitar 234 orang penghuni lokalisasi termasuk sejumlah mucikarinya yang beroperasi di Peleman, Tegal, ikut mencoblos. Sejumlah wanita penghuni lokalisasi mengaku senang dapat mengikuti pemilihan umum. Yati, misalnya, berharap agar pemilu dapat membawa perubahan dan menghasilkan pemimpin yang peduli pada rakyat sehingga dirinya dapat berhenti bekerja sebagai pekerja seks komersial.

Sementara itu berdasarkan pantauan SCTV, sejumlah TPS khusus yang disediakan untuk para pemilih dari luar kota yang tengah berada di stasiun kereta atau terminal bus tidak banyak didatangi pemilih. Satu di antaranya adalah TPS khusus yang di tempatkan di Stasiun Tegal. Dari 308 surat suara yang disiapkan, hanya sebagian yang digunakan. Itupun sebagian besar pemilih merupakan pegawai dan pemilih dari lingkungan stasiun. Penumpang kereta api dari luar kota, yang menaiki kereta fajar bisnis Argo Muria dan Kamandanu memilih berdiam diri sambil menunggu kereta berjalan kembali. Hal serupa juga terlihat di Terminal Tegal. Sebagian penumpang bus dari luar kota yang singgah di terminal itu tidak memanfaatkan kesempatannya untuk mencoblos. Mereka juga memilih menunggu dalam bus.

Pemilu juga dilaksanakan di lokalisasi Dolly dan Putat Jaya, Surabaya, Jawa Timur. Namun TPS yang ditempatkan di kedua lokasi tersebut sepi dari pemilih karena sejumlah penghuni lebih memilih untuk mencoblos di kampung halamannya. Padahal dari enam TPS yang terdapat di lokalisasi Dolly terdaftar sekitar 1.800 pemilih.

Setiap pemilu, pemilih pemula selalu mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan. Sebagai warga negara yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih, pemilih pemula terlihat antusias untuk ikut memberikan suaranya. Mereka bahkan tidak menyangka prosedur pemilu dengan sistem yang serba baru tidak serumit yang dikira.

Sebagai pemilih pemula, penyanyi remaja Agnes Monica mengaku bersemangat mengikuti pesta demokrasi lima tahunan ini. Agnes bahkan sudah bersiap dari pukul 07.00 WIB dan diantar orang tuanya menuju TPS 018 di Perumahan Puri Gardenia, Jakarta Barat, yang berjarak sekitar 400 meter dari tempat tinggalnya.

Setiba di TPS, pemain sinetron menyempatkan diri melihat daftar calon anggota legislatif yang ada. Namun ia mengaku tak banyak mengenal caleg yang ada dalam daftar karena jarang menonton televise. Sebagai pemilih pemula, dara yang berumur 18 tahun itu mengaku memiliki pilihan sendiri dan tidak terpengaruh oleh siapapun.(TOZ/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini