Sukses

Disadap Australia, JK: Ada Rahasia Atau Tidak, Tergantung

"Wah itu telepon saya pakai untuk apa saja. Baik perintah ini dan itu serta apa saja dipakai. Tergantung ada rahasia atau tidak," kata JK.

Badan mata-mata Australia tak hanya menyadap pembicaraan telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja. Sejumlah orang dekat SBY juga menjadi target penyadapan mata-mata Negeri Kanguru itu sejak 2004 lalu, termasuk Jusuf Kalla (JK) yang baru lengser dari kursi Wakil Presiden.

Namun, JK yang menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) mengatakan penyadapan yang dilakukan Australia merupakan bentuk tamparan terhadap pemerintah Indonesia. Bukan hanya hanya atas nama pribadi.

"Lanjutannya kemudian timbul Wapres juga disadap. Ternyata saya juga disadap. Kalau itu benar saya disadap berarti bukan pribadi, tapi atas nama pemerintah," jelas JK di gedung PMI Jalan Gatot Subroto, Jakarta Senin (18/11/2013).

"Seharusnya pemerintah memang protes," imbuh mantan Ketua Umum Partai Golkar.

JK sendiri mengaku sudah tidak ingat apa saja pembicaraan yang telah dilakukannya dengan telepon tersebut. Menurutnya, mungkin ada pembicaraan rahasia yang disadap, mungkin juga tidak.

"Wah itu kan telepon saya itu dipakai untuk apa saja. Baik untuk perintah ini dan itu serta apa saja dipakai. Tergantung ada rahasia atau tidak bagi dia. Saya tidak ingat, pembicaraan ribuan kali," tukas JK.

Edward Snowden

Dalam dokumen yang dibocorkan whistleblower Edward Snowden, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, mengatakan Presiden SBY disadap Australia.

Berdasarkan laporan yang dimuat The Guardian dan ABC, Senin 18 November 2013, disebutkan SBY bersama 9 jajaran petinggi negara, termasuk Wakil Presiden Boediono dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi target penyadapan pada 2009.

"Target penyadapan juga termasuk 9 jajaran di lingkaran pemimpin Indonesia, termasuk the first lady, Kristiani Herawati atau lebih dikenal Ani Yudhoyono," tulis The Guardian. (Adi/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.