Sukses

[VIDEO] Menengok Gurita Bisnis Dinasti Ratu Atut

Dengan kekayaan yang melimpah, Atut disebut-sebut kerap berbelanja di luar negeri dengan setiap transaksi mencapai ratusan juta rupiah.

Dinasti Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, kini tengah dalam sorotan. Berawal dari penangkapan Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, adik Atut yang juga suami Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diani, dalam kasus dugaan suap Pilkada Lebak, terungkap dinasti ini memiliki harta dan bisnis yang luas.

Seperti ditayangkan Liputan 6 SCTV, Sabtu (9/11/2013), dengan kekayaan yang melimpah, Atut disebut-sebut kerap berbelanja di luar negeri dengan setiap transaksi mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Hal itu terlacak dari penggunaan kartu kredit milik Atut.

Antara lain pada Januari 2012, Atut membeli sepatu, baju anak-anak, dan berbelanja di sebuah butik di Swiss. Berselang 1 bulan kemudian, Atut berkunjung ke Singapura untuk berbelanja beberapa barang. Pada bulan April Atut berkunjung ke Korea dan Singapura, juga untuk berbelanja. Pada Februari 2012, ada tagihan sebesar Rp 1 miliar yang dibayar lunas.

Atut memang memiliki kekayaan yang melimpah. Dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara, tercatat harta Atut lebih Rp 41 miliar dengan memiliki banyak rumah, tanah, dan harta lainnya di sejumlah kota seperti di Jakarta, Serang dan Bandung.

Banyaknya harta Atut diduga didapat dari gurita bisnisnya di Banten yang menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW), untuk tahun anggaran 2011-2013 mencapai lebih dari Rp 1 triliun.

Dugaan Penyimpangan

Selain urusan bisnis yang diduga bermasalah, KPK kini juga tengah menyelidiki dugaan penyimpangan dana bantuan sosial yang melibatkan keluarga politisi Partai Golkar itu.

Berdasarkan laporan ICW tahun 2011, Pemerintah Provinsi Banten menyalurkan dana hibah sebesar Rp 340 miliar, dana bantuan sosial sebesar Rp 51 miliar. Ternyata penyalurannya penuh kejanggalan.

Antara lain, ada 10 lembaga penerima yang ternyata fiktif. Total ada Rp 4,5 miliar yang masuk ke lembaga fiktif itu.

Juga ada 12 lembaga penerima dana yang mencurigakan, karena berada di alamat yang sama yakni di Jalan Brigjen Kiai Haji Syam'un No 55, Kota Serang. Total dana yang masuk ke 12 lembaga itu Rp 28,95 miliar.

Selain itu, dana juga mengalir ke 15 lembaga yang ternyata dipimpin keluarga Ratu Atut Chosiyah, sebesar Rp 29,5 miliar. Sejumlah lembaga antara lain dipimpin oleh anak Atut, Andika Hazrumy, dan adik Atut, Ratu Tatu Chasanah.

Tim Liputan 6 SCTV pun mencoba menelusuri lembaga penerima dana yang diduga fiktif. Salah satu yang disebutkan penerima dana adalah forum pengembangan ekonomi syariah dan SDA di Jalan Blok Malang No 91 Poris Plawad, Cipondoh, Tangerang. Ternyata alamat tersebut tidak ditemukan.

Aset Bisnis

Hotel Ratu Bidakara di Jalan Abdul Hadi, Kota Serang, Banten, menjadi salah satu aset bisnis dinasti Atut. Dalam akta notaris, Atut tercatat sebagai Direktur Utama dan Andika Hazrumy sebagai komisaris. Di hotel itu kerap dilakukan berbagai kegiatan di lingkungan Pemprov Banten.

Berbagai proyek di Banten kerap dikerjakan keluarga Atut. Salah satunya proyek pengadaan alat kesehatan yang tengah diselidiki KPK.

Dalam proyek alat kesehatan terdapat indikasi penyimpangan RP 32 miliar dan proyek obat-obatan sebesar Rp 44 miliar. Salah satunya pengadaan alat kesehatan di RSUD Cilegon tahun anggaran 2011, senilai Rp 8,9 miliar oleh PT Buana Wardana Utama.

Sebelumnya KPK juga menggeledah kantor Dinas Kesehatan, Kotamadya Tangerang Selatan. Penggeledahan terkait dugaan korupsi proyek pengadaan alat kesehatan sejak tahun 2010 hingga 2012. Airin sendiri selalu memilih bungkam saat dikonfirmasi.

Merasa terus-menerus disudutkan, Atut akhirnya angkat bicara. Ia mengeluhkan pemberitaan media belakangan ini yang dianggap memfitnah dirinya.

Dugaan korupsi memang harus dibuktikan di pengadilan. Namun adanya dugaan korupsi, dan gaya hidup mewah para pemimpin tetap saja terasa ironis, jika dibandingkan dengan tingginnya jumlah orang miskin di Banten, yang mencapai lebih dari 600 ribu orang. (Mut/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini