Sukses

Demonstrasi Penolakan Pemilu di Surabaya Ricuh

Demonstrasi penolakan Pemilu 2004 di Kantor RRI Surabaya diwarnai kericuhan setelah seorang demonstran menurunkan bendera Merah Putih. Di Yogyakarta, HMI-MPO membacakan tuntutan lewat siaran langsung di RRI.

Liputan6.com, Surabaya: Aksi menolak pemilihan umum kembali dikumandangkan barisan mahasiswa, Rabu (10/3) ini. Di Surabaya, Jawa Timur, siang tadi Kelompok Belajar Sosialis (KBS) mengajak masyarakat untuk tidak menyalurkan suaranya pada ajang Pemilihan Umum 2004. Aksi yang dilakukan di depan Gedung Radio Republik Indonesia Surabaya itu sempat diwarnai bentrokan dengan personel Kepolisian Sektor Genteng, Surabaya Selatan. Pasalnya massa KBS menggelar demonstrasi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Bentrokan sempat memanas ketika peserta aksi juga menurunkan bendera Merah Putih di halaman Kantor RRI menjadi setengah tiang. Apalagi ketika dalam orasinya, KBS mengajak masyarakat untuk tidak menyalurkan suaranya pada pemilu nanti. Masyarakat diajak bergabung dengan golongan putih atau tidak memilih partai politik manapun. Alasannya, selama ini tak ada parpol yang mengakomodasi nilai-nilai reformasi. Massa KBS juga ngotot menyiarkan tuntutannya secara langsung di RRI.

Belakangan polisi tidak tinggal diam. Para demonstran akhirnya dihalau dan bendera kembali dinaikkan satu tiang penuh.

Pada saat yang bersamaan, Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Jatim, menggelar demo anti-Orde Baru. Aksi itu dilakukan di Gedung Grahadi dan dilanjutkan ke depan Gedung RRI untuk dapat disiarkan secara langsung. Aksi mereka mengalami hal yang sama dengan KBS, yaitu dibubarkan polisi karena tanpa pemberitahuan. Namun dalam orasinya, GMNI tak lupa menuntut sejarah Surat Perintah Sebelas Maret diluruskan.

Di Kota Pelajar, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) Daerah Istimewa Yogyakarta juga menolak Pemilu 2004. Dalam unjuk rasa tersebut, mereka memaksa RRI DIY untuk menyiarkan tuntutannya secara langsung. Aksi puluhan mahasiswa dari HMI-MPO DIY diawali dari Bunderan Kampus Universitas Gadjah Mada. Mereka melanjutkan aksi dengan berjalan kaki ke Gedung RRI Yogyakarta.

Setelah menggelar orasi, beberapa perwakilan mahasiswa masuk ke dalam gedung dan memaksa pernyataan sikap mereka disiarkan secara langsung. Setelah negosiasi, massa HMI-MPO diberi izin membacakan sikapnya selama satu menit, dan dijaga ketat anggota Kepolisian Kota Besar Yogyakarta. Dalam pernyataan sikapnya, mereka menolak pelaksanaan Pemilu 2004, karena dianggap akan menjadi ajang elite parpol untuk melanggengkan kekuasaan. Setelah pembacaan sikap tersebut, para mahasiswa membubarkan diri dengan tertib.

Penolakan pemilu seperti yang dilakukan para mahasiswa itu juga terjadi di Jakarta, akhir Januari silam. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Mandala Indonesia (STIAMI) Jakarta dan kelompok warga korban penggusuran di Jembatan Besi dan Cengkareng menolak Pemilu 2004 [baca: Demonstrasi Antipolitisi Busuk di Bundaran HI]. Mereka menolak pemilu kali ini, karena khawatir akan disusupi politikus busuk.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini