Sukses

Anwar Ibrahim: Negara ASEAN Lemah Hadapi Penyadapan AS

"Sampai sekarang belum ada pernyataan keras terhadap penyadapan ini. Seringkali kita menemukan sikap yang lemah." kata Anwar.

Terkuaknya penyadapan yang dilakukan Dinas Rahasia Amerika Serikat (NSA) membuat sejumlah pemimpin negara dan tokoh internasional marah. Tak terkecuali kegeraman yang diungkapkan mantan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.

"Sampai sekarang belum ada pernyataan keras terhadap penyadapan ini. Seringkali kita menemukan sikap yang lemah. Kita harus ambil sikap, harus tegas, terutama menuntut untuk minta maaf. Segera keluarkan (ungkap) siapa saja yang terlibat," kata Anwar Ibrahim saat bertemu dengan Ketua DPD RI Irman Gusman di Sabang, Jakarta Pusat, Selasa (5/11/2013).

Menurut Anwar, negara ASEAN masih lemah menghadapi aksi yang telah menyentuh dinding privacy negara. Maka itu, harus ada tindakan tegas kepada AS untuk meminta maaf. "Bahkan Jerman yang dianggap negara sahabat, tapi masih dicurangi," Anwar mencontohkan.

"Kita juga harus mempunyai sikap, sedangkan Jerman protes keras. Makanya ASEAN ini kan dinamis, kita juga harus menunjukkan independensi."

Senada dengan Anwar Ibrahim, Ketua DPD Irman Gusman juga meminta pemerintah sigap mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi. Jika benar yang dilakukan AS itu adalah penyadapan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus bereaksi.

"Sikap DPD, tentu pertama pemerintah mengklarifikasi dulu. Kalau betul kita layangkan protes. Kemudian SBY harus memprotes keras. Kita mendorong agar Presiden tegas juga dan SBY memerintahkan Kemenlu," cetus Irman.

Pemerintah Indonesia juga tak tinggal diam menanggapi kabar penyadapan ilegal yang diduga dilakukan 2 negara sahabat, Amerika Serikat dan Australia. Protes telah disampaikan pada Kedubes AS. Dubes Australia di Jakarta, Greg Moriarty pun dipanggil. Namun, jawaban pasti belum didapat pihak Indonesia.

"Jawaban yang diperoleh dari kepala perwakilan Kedubes AS dan Australia di Jakarta sama dengan yang diterima negara-negara lain dengan situasi serupa: AS dan Australia tak dapat mengonfirmasi atau menyangkal kabar tersebut," kata Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa. (Adi/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini