Sukses

Partai Golkar, Partai Paling Siap

Meski banyak dihujat dan didesak untuk dibubarkan, Partai Golkar tetap mampu tampil di Pemilu 2004. Berbeda dengan sejumlah parpol baru, Golkar telah lama menyiapkan strategi menghadapi Pemilu 2004.

Liputan6.com, Jakarta: Partai Golongan Karya kembali akan mengikuti Pemilihan Umum 2004. Meski kerap dihujat dan didesak untuk dibubarkan karena dianggap bertanggung jawab atas kesalahan Orde Baru, Partai Golkar tetap berkibar di kancah politik di Tanah Air. Pada Pemilu 1999, Golkar menempati urutan kedua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai berlambang pohon beringin ini berhasil merebut 120 kursi di lembaga legislatif. Bahkan, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Akbar Tandjung berhasil menduduki kursi Ketua DPR. Bahkan, sejumlah fungsionaris masuk kabinet baik pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid maupun Megawati Sukarnoputri. Sejumlah kalangan menilai masih eksisnya Golkar disebabkan kuatnya infrastruktur sebagai partai yang berkiprah lebih dari 30 tahun. Selain itu, para kader dan anggota partai juga tak mudah menyerah hanya karena hujatan--tebal muka.

Persoalan yang dihadapi Partai Golkar memang datang dari luar dan dari dalam. Dari luar, kampanye anti-Golkar dan desakan agar partai ini dibubarkan terus bergulir. Bahkan, di sejumlah daerah atribut dan kantor partai dibakar massa. Sedikit atau banyak, aksi ini mempengaruhi minat masyarakat terhadap partai pendiri Orde Baru itu. Apalagi, kampanye antipolitisi busuk yang banyak digelar juga merepotkan Golkar. Pasalnya, kalangan aktivis yang terlibat dalam kampanye antipolitisi busuk banyak memasukkan mantan pejabat Orde Baru yang juga orang Golkar dalam daftar mereka.

Sedangkan persoalan internal juga tak kalah seru. Berawal dari kegagalan Golkar mengusung B.J. Habibie ke kursi presiden pada Sidang Umum 1999, partai ini terpecah. Para pendukung Habibie yang dimotori para tokoh Irama Suka Nusantara, A.A Baramuli dan Marwah Daud Ibrahim pernah mengancam akan keluar dari partai bersama masyarakat Indonesia Timur. Selain itu, dugaan keterlibatan Akbar dalam Kasus Korupsi Dana Nonbujeter Badan Urusan Logistik juga membuat partai ini terbelah. Sebagian fungsionaris sempat minta Akbar mundur baik sebagai Ketua DPR maupun sebagai ketua umum partai.

Pelaksanaan konvensi untuk menjaring calon presiden juga berbuntut pada konflik internal Golkar. Apalagi, Akbar Tandjung sebagai ketua umum partai dan sebagai penanggung jawab konvensi ikut serta dalam "kawah candradimuka" ini. Itulah sebabnya, meski ada sebagian orang yang memuji langkah ini sebagai terobosan ke depan, tak sedikit pula yang menganggap konvensi sebagai bentuk akal-akalan Akbar untuk maju menjadi capres. Apalagi, saat itu Akbar tengah berstatus terpidana.

Menghadapi Pemilu 2004, Golkar telah menyiapkan berbagai strategi. Sambil mengkritik bahwa pemerintahan pasca-Soeharto belum mampu mengatasi krisis multidimensi, Golkar juga berjanji untuk membuat kehidupan rakyat lebih baik. Dengan moto bersatu untuk maju, partai ini yakin dapat meraih dukungan suara 30 persen pada pemilu mendatang. Selain itu, bebasnya Akbar setelah Mahkamah Agung mengabulkan kasasinya juga diperkirakan akan mengurangi konflik internal. Marwah Daud yang selama ini berseberangan dengan Akbar pun berubah sikap.

Sementara Akbar sendiri yakin keputusan MA yang membebaskan dirinya berimplikasi positif terhadap perolehan suara partainya. "Opini yang dibangun akan kita serahkan pada rakyat," ujar Akbar. Target ini diperkirakan bukan sesuatu yang sulit diwujudkan. Apalagi, tokoh-tokoh yang sebelumnya dikenal sebagai pengusung reformasi hingga kini belum dapat membantu rakyat keluar dari sejumlah krisis, khususnya krisis ekonomi.(ORS/Alfito Deannova, Satya Pandia, dan Yudhi Wibowo)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.