Sukses

Moshe Katsav, Kisah Presiden yang Gagal Kendalikan Syahwat

Katsav sejatinya bukan politisi kelas dua. Pada 1969, di usia 24, ia terpilih sebagai walikota termuda di Israel.

Perempuan itu disapa dengan 'A.' Identitasnya disembunyikan. A mengaku menjadi korban perkosaan yang dilakukan Moshe Katsav pada 2006, yang saat itu menjabat Presiden Israel.

A berkisah, di kediaman resmi presiden, perbuatan itu berlangsung. "Dia mendorong saya ke meja," kata A, "Saya berkata padanya, 'Moshe, saya tak mau, saya tak mau.' Lalu, saya mulai menangis."

Katsav mengancam, lanjut A, "Jika kamu bersuara, saya akan menekan alarm dan mengatakan pada petugas keamanan bahwa kamu coba menyerang saya."

Pada Mei 2013 lalu, A membuka diri. Nama sebenarnya Orly Revivo. Kisahnya difilmkan dan ditayangkan di sebuah stasiun televisi Israel, Channel 10.

Katsav sendiri sedang menjalani hukuman 7 tahun penjara karena terbukti memerkosa dan melakukan pelecehan seksual kepada 2 perempuan, salah satunya Orly. Terbilang ringan karena hukuman maksimal untuk perkosaan di Israel adalah 16 tahun bui.  

Vonis itu jatuh pada Desember 2010. Tak terima, ia melakukan banding dan kasasi. Namun, Mahkamah Agung Israel menolaknya. Sejak 7 Desember 2012, Katsav harus mendekam di penjara Ma'asiyahu, tak jauh dari Tel Aviv.

Ketika dijemput di rumahnya, selatan Tel Aviv, Katsav berulangkali menyatakan diri tidak bersalah. "Hari ini, Israel merampas kehidupan seorang pria hanya berdasarkan tuduhan-tuduhan tanpa bukti," teriaknya kepada para jurnalis.

"Suatu hari kebenaran akan terungkap," kata Katsav. "Negara ini memenjarakan seorang kakek, seorang mantan presiden. Saya tidak pernah menyakiti siapa pun, saya menghormati semua orang," lanjutnya.


Orly Revivo

Uniknya, semua ini justru bermula dari laporan Katsav kepada Jaksa Agung Menachem Mazuz pada Juli 2006. Laporan ini menyebut upaya pemerasan terhadap dirinya yang dilakukan Orly, eh...A.

Berhubung seorang presiden yang mengadu, Mazuz bergerak cepat. Investigasi dilakukan. Namun, Katsav berubah pikiran: ia mengirim surat ke Mazuz dan mengatakan investigasi tak dibutuhkan karena ia tak sungguh yakin A memang coba memerasnya.

Terlambat. Beberapa perempuan diperiksa. Mereka mengaku menjadi korban pelecehan, bahkan perkosaan, Katsav. Hanya dalam beberapa hari, ia berubah posisi dari pelapor menjadi tersangka. Israel kontan heboh oleh berita ini.

Pemeriksaan terhadap Katsav dilakukan. Ia membantah semua tuduhan tersebut. Katsav berdalih, semua itu merupakan hasil 'gorengan' media massa yang tak suka dirinya. Juga ulah lawan-lawan politik.

Memasuki 2007, posisi Katsav kian terdesak. Pada Januari 2007, parlemen memintanya nonaktif selama 3 bulan demi kepentingan penyidikan. Setelah masa 3 bulan berakhir, ia diminta memperpanjangnya sampai masa jabatan berakhir pada Juli 2007.

Hanya beberapa hari sebelum masa jabatannya kelar, Katsav mengundurkan diri pada 29 Juni 2007. Sebuah persidangan telah menanti.

Sepanjang proses persidangan dan melakukan upaya hukum sampai kasasi, Katsav tak ditahan. Ia dinilai kooperatif, termasuk kesediaannya memberikan kompensasi material kepada korban.


Moshe Katsav bersama Kanselir Jerman, Angela Merkel

Katsav sejatinya bukan politisi kelas dua. Pada 1969, di usia 24, ia terpilih sebagai walikota termuda di Israel. Pada tahun itu juga, ia menikahi Gila. Pasangan itu dikarunia 5 anak dan beberapa cucu.

Bintangnya terus berkilau. 8 tahun kemudian ia terpilih menjadi anggota Knesset (parlemen Israel) dari Partai Likud .

Ia lantas terbukti menjadi birokrat yang mumpuni saat menjadi Menteri Transportasi, Menteri Pariwisata, dan Wakil Perdana Menteri di masa Benyamin Netanyahu.

Moshe Katsav lahir di Iran pada 1945 dan datang ke Israel dengan orangtuanya pada 1951. Tak mengherankan, ia fasih berbahasa Persia.

Kini, ia mesti menghabiskan hari-harinya di balik terali besi. Beruntung, sang istri, Gila, tak mencampakkannya.

Tak lama setelah Katsav menjadi tersangka, kepada koran Yedioth Ahronth, Gila menyatakan, "Saya mempercayainya. Saya tak ragu bahwa dia tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan. Tak masuk akal membayangkan Moshe melakukan perkosaan."

Pengadilan punya pendapat berbeda, Nyonya Katsav... (Yus/dari berbagai sumber)


Baca juga: Eliot Spitzer, Terjungkal Sang Gubernur Gara-gara Pelacur



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.