Sukses

Bill Clinton, Seks dan Kebohongan di Gedung Putih

Clinton membantah telah memberikan kesaksian palsu karena, menurutnya, seks oral bukan hubungan seksual.

Hari masih sangat pagi. Rabu, 21 Januari 1998. William Jefferson "Bill" Clinton duduk di tepi ranjang dan membangunkan istrinya, Hillary.

"Ada satu berita di koran pagi ini yang kamu perlu ketahui," kata Clinton seperti dikutip dalam memoar Hillary, Living History.

"Kamu ngomong apa sih?" ujar Hillary.

Clinton memberi tahu, ada seorang eks staf magang di Gedung Putih diberitakan pernah menjalin kontak seksual dengannya. Nama staf tersebut Monica Lewinsky. Bill ketika itu adalah Presiden Amerika Serikat.

Kepada Hillary, Clinton menyangkal berita itu dan menyebutnya sebagai tidak benar.

Ketika kabar tersebut mampir, Clinton tengah menghadapi tuduhan pelecehan seksual atas Paula Jones di sebuah kamar hotel. Kejadian itu berlangsung pada masa pemerintahan Clinton sebagai gubernur Arkansas.

Nama Lewinsky sendiri baru muncul ketika para pengacara Jones memburu bukti-bukti pendukung soal perilaku Clinton untuk menopang tuduhan-tuduhan Jones.

Semua berhulu dari tindakan Linda Tripp, pegawai Pentagon, yang diam-diam merekam percakapannya dengan Lewinsky. Ya, percakapan soal skandalnya dengan Clinton. Belakangan Tripp menyerahkan rekaman itu kepada Kenneth Starr, seorang jaksa independen.

Salah satunya, Lewinsky mengakui bahwa ia pernah melakukan seks oral di Oval Office dengan Bill Clinton.



Baru-baru ini muncul sebuah rekaman suara Clinton dengan Monica Lewinsky. Rekaman itu mengungkap detail terbaru soal kisah perselingkuhan Clinton.

"Saya bisa melepas pakaianku," kata Lewinsky pada Clinton dalam rekaman dari 1997 yang belum pernah terdengar sebelumnya, seperti dilaporkan National Enquirer yang dilansir News.com.au, awal Agustus lalu.

"Karena saya tahu Anda akan sendirian besok malam, saya punya tawaran, bertemu atau tak pernah sama sekali," kata Lewinsky, "Saya berharap bertemu Anda. Untuk melakukan apa yang ingin saya lakukan."

Dalam keterangan di bawah sumpah di pengadilan, Clinton menyangkal. Ia menyatakan, "Saya tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan itu, dengan Nona Lewinsky."

Pada 17 Agustus 1998, dengan barang bukti berupa baju biru Lewinsky dan bekas tetesan sperma sekaligus kesaksian Lewinsky, Clinton akhirnya mengakui pernah memiliki hubungan tak patut dengan Lewinsky. Keduanya berhubungan antara November 1995-Maret 1997.

Tapi, Clinton membantah memberikan kesaksian palsu karena, menurutnya, seks oral bukan hubungan seksual.



Selanjutnya, pada 9 September 1998, Starr menyampaikan laporan ke Kongres yang menyimpulkan Clinton dapat di-impeach lantaran telah memberikan kesaksian palsu dan menghalangi proses hukum. Ia juga menyertakan 18 kotak dokumen yang mendukung laporan tersebut.

Sekitar 3 bulan mempelajari laporan Starr, pertengahan Desember 1998, Kongres memulai proses impeachment Clinton. Ini upaya impeachment kedua dalam sejarah AS. Pertama kali menimpa Andrew Johnson, presiden ke-17 AS pada 1868, karena memecat salah seorang menteri dengan cara tak benar. Johnson lolos.

Kesimpulannya, Clinton dilengserkan. Tapi, belum stop di sana, karena suara Senat akan menentukan.

Sebulan kemudian, pada 7 Januari 1999, giliran Senat AS yang menggelar sidang impeachment Clinton. Starr membutuhkan 2/3 suara senat atau 67 suara. Total anggota Senat berjumlah 100 orang.

Perihal kesaksian palsu, 45 anggota Senat dari Partai Demokrat dan 10 dari Partai Republik menyatakan Clinton tak bersalah. Untuk menghalangi proses hukum, suara sama kuat, 50-50. Cinton pun lolos dari pelengseran.



Clinton meneruskan masa kedua kepresidenannya sampai 2001. Ia kemudian aktif dalam kegiatan sosial. Sementara, Hillary nyemplung ke dunia politik. Terakhir, ia disebut-sebut bakal bertarung sebagai calon presiden Partai Demokrat pada 2016.

Pernikahan mereka tak berakhir. Hillary memaafkan Clinton. Meski, prosesnya diakui sangat menyakitkan.

"Ya, saya tidak membaca koran. Saya tidak menonton televisi karena akan sangat melemahkan. Jadi ketika dia (Clinton) mengatakan kepada saya sebulan kemudian, saya...kaget. Kaget karena tidak percaya dia telah melakukan itu. Tak percaya dia telah menyesatkan saya, dan orang lain, selama berbulan-bulan," kata Hillary kepada The Telegraph pada 2003.

Namun, Hillary menyatakan, "Saya sudah memaafkan. Sudah. Itu tidak mudah dan saya tidak berpura-pura...Saya pikir kita semua pernah melakukan hal-hal tertentu pada orang lain, terkadang sengaja terkadang tidak, yang menyebabkan rasa sakit."  (Yus)


baca juga: John Profumo, Karier Politik Pupus Karena Selingkuh dengan Model



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.