Sukses

[VIDEO] Bunda Putri Supel Bergaul dan Ngaku Anak Jenderal

Dalam menjalankan bisnis, Bunda Putri kerap menjual nama besar jenderal bintang 2 di masa Orde Baru, Mayor Jenderal Ahmadi.

Kemarahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang disebut-sebut mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq dengan dekat Bunda Putri menimbulkan tanda tanya publik. Terlebih, nama Bunda Putri kerap muncul dalam persidangan skandal suap impor daging sapi. Tak hanya itu, sejumlah fotonya bersama pejabat negara juga bermunculan di dunia maya.

"Bunda Puteri dekat dengan Presiden SBY. 1000% Luthfi bohong. Ia sangat tahu kebijakan Reshufle Kabinet. 2000 persen bohong," kata SBY dengan penuh amarah yang kembali ditayangkan dalam Liputan 6 SCTV, Kamis (24/10/2013).

Wajah keras dan tegas mengesankan marah. Inilah ekspresi SBY saat menanggapi namanya disebut-sebut dalam persidangan skandal suap impor daging sapi oleh Mantan Presiden PKS Lutfi Hasan Ishaaq. Nama SBY disebut dekat dengan Bunda Putri, sosok yang diduga berperan penting dalam suap penambahan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian dinilai dekat dengan Presiden SBY bahkan sempat membicarakan reshuffle kabinet.

Berdasarkan hasil penelusuran tim Liputan 6 SCTV, Bunda Putri bernama asli Siti Nurlela atau akrab dikenal Non Saputri lahir pada 27 April 1962. Dia berasal dari keluarga sederhana di Desa Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Untuk mendapatkan cerita masa kecil Bunda Putri ini, tim bergerak ke salah satu sekolah SMP Pertiwi, tempat sang Bunda menuntut ilmu. Di sekolah ini, Bunda putri yang bernama Nurlela ini masuk menjadi siswi angkatan pertama pada 1975 silam. Semasa sekolah, Bunda Putri atau yang akrap disapa teman sebayanya dengan panggilan Non memang tergolong anak yang supel dan baik dalam berteman.

"Kalau bagi saya mah nggak kaget. Begitu lihat di televisi Presiden bilang Bunda Putri, oh saya ingat itu mah Si Non. Lihat gambarnya di koran ya betul dia Non," kata Jusa Abdilla, mantan guru Bunda Putri.

Penelusuran dilanjutkan ke SMA Cilimus, tempat Non Nurlela menempuh pendidikan sekolah lanjutannya. Dari data buku induk yang dimiliki SMA ini, Non Nurlaela tak menyelesaikan pendidikannya dan hanya mengenyam pendidikan di kelas 1. Non Nurlela pun tercatat tidak memiliki prestasi akademik yang menonjol. Bahkan di beberapa mata pelajaran terdapat angka merah.

Ayah Non Nurlela atau Bunda Putri mengabdi di rumah Mayor Jenderal Ahmadi. Seorang Jenderal TNI Angkatan Darat yang menjadi salah satu pendiri Partai Golkar bersama Jenderal Soeharto. Mayjen Ahmadi kemudian menjadi ketua DPD Golkar DKI.

Sumber Liputan 6 SCTV yang dirahasiakan identitasnya bercerita pada 1980-an Non Saputri dengan modal kecerdasan dan kemolekan tubuhnya berhasil memperdaya banyak orang. Ia pun berhasil memperdaya banyak orang karena 'memaksa' Ahmadi memperkenalkan dirinya sebagai anak.

"Jadi dia bukan anaknya jenderal, saya tahu anak-anaknya. Hubungannya dekat dengan Jenderal Ahmadi ya saya nggak tahu apa ada hubungan asmara atau apa lah saya nggak tahu," kata sang narasumber.

Sumber lain yang kenal dekat dengan Bunda Puteri juga membenarkan wanita yang kerap dipanggil Non Saputri bukanlah saudara mau pun anak Jenderal Ahmadi.

"Memang bukan siapa-siapa dia. Saudara bukan, apalagi anak. Kebetulan dia itu ada fotonya sama bapak waktu kampanye dulu di rumahnya Non. Dan itu jadi bumerang buat bapak," kata sumber yang tak mau disebutkan namanya.

Dari sini sepak terjang Bunda Putri dimulai. Dikenal sebagai anak jenderal, membuat jalan Bunda Putri makin terbuka dan ia menjalin kedekatan dengan partai politik. Di antaranya Partai Golkar, Demokrat, PKS, dan pejabat pemerintahan.

"Katanya Hatta Rajasa dia kenal juga," sang narasumber.

Meski menjadi orang yang dicari orang nomor 1 di negeri ini, Bunda Putri tetap terlihat berada di kampung halamannya untuk berkurban saat Idul Adha lalu.

"Sombong, mana katanya mau ditangkap? SBY saja bisa saya goyang katanya," ujar sang narasumber menirukan ucapan Bunda Puteri kala itu. (Adi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini