Sukses

AS Mata-matai Diplomat Prancis

Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat atau NSA memata-matai Diplomat Prancis yang berada di Washington dan di PBB.

Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat atau The US National Security (NSA) memata-matai Diplomat Prancis yang berada di Washington dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah reportase koran Prancis, Le Monde.

Memo internal NSA yang didapat oleh Le Monde merinci Negeri Paman Sam tersebut menjalankan sebuah program bernama Genie. Program tersebut meretas jaringan negara lain, dengan menggunakan spyware. Kesahihan tersebut berdasarkan bocoran dari mantan CIA, Edward Snowden.

Spyware yang diketahui berada dalam jaringan Dubes Prancis untuk Amerika adalah Wabash. Sedangkan, virus komputer yang terdapat di delegasi PBB diberi nama Blackfoot. Kedua virus tersebut digunakan untuk memata-matai.
 
Amerika mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Setidaknya US$ 652 juta atau sekitar Rp 7,3 triliun telah digelontorkan untuk meretas 10 juta komputer dengan 2 virus tersebut.

Alasan negara yang dipimpin Obama itu memata-matai karena dalam pembahasan masalah Suriah, Prancis lebih condong mendukung Brasil -- yang menolak pemberlakuan sanksi. Penyadapan yang sudah dilakukan pun dirasakan bermanfaat oleh Amerika. Tidak hanya komputer, NSA ternyata juga menyadap 70,3 juta panggilan telepon, dari 10 Desember 2012 hingga 8 Januari 2013.

"Ini sangat membantu. Kebenarannya dan mengungkap posisi dari sanksi, membolehkan kami untuk selangkah di depan saat dilakukan negosiasi," ujar Dubes AS di PBB Susan Rice seperti dikutip dari BBC, Rabu (23/10/2013).

Pihak Prancis pun geram dan meminta penjelasan kepada Sekretaris Amerika John Kerry. "Saya mengatakan untuk kesekian kalinya kepada John Kerry apa yang Francois Hollande (Presiden Prancis) pernah tuturkan pada Barack Obama (Presiden AS) bahwa perbuatan memata-matai seperti ini sangat tidak bisa diterima," tegas Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius.

Snowden merupakan mantan CIA yang mengumbar operasi memata-matai yang dilakukan Amerika pada Juni lalu. Beberapa negara yang dimata-matai adalah China, Rusia, Uni Eropa, dan Brasil.

Berkat bocoran yang dilakukan oleh Snowden, NSA harus mengakui telah memata-matai pula e-mail dan panggilan keluar masuk telepon genggam seluruh warga Amerika. Kini, Snowden diketahui berada di Rusia. Amerika sendiri sangat ingin mengekstradisi Snowden dan mengenakannya pidana kriminal. (Alv/Mvi)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini