Sukses

Dugaan Kasus Pelecehan Seks, Ibunda Yakin Bayi A Meninggal Wajar

IP mengungkapkan anaknya itu sakit-sakitan. Selain itu, sejak berumur seminggu, tumbuh kembang AA juga lambat.

Misteri meninggalnya bayi 9 bulan AA belum juga terungkap. Meski ditengarai ada kekerasan seksual, sang ibu yakin anaknya meninggal dengan wajar.

"Sebagai ibu, saya tidak yakin sampai terjadi demikian (pemerkosaan). Memang dia punya kelainan, tapi tidak mungkin ada pemerkosaan," kata ibunda AA, IP (32) di kediamannya di Jalan H Nasir, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (14/10/2013).

IP mengatakan, pada Jumat 11 Oktober lalu, dirinya diberi tahu dokter bahwa anaknya meninggal dunia. Sang dokter memang menyampaikan adanya kelainan dalam kematian anaknya. Namun, karena masih terpukul dia tidak terlalu memperhatikan pernyataan dokter itu.

"Dokternya perempuan, dia bilang anak saya meninggal dan ada kelainan. Tapi saya tidak sadar karena masih shock," tandasnya.

AA dinyatakan meninggal setelah dirawat di sebuah rumah sakit di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Saat diperiksa ada luka pada bagian anus dan kemaluannya. Kelaianan itu dilaporkan pihak rumah sakit kepada kepolisian. Pihak kepolisan kemudian melakukan otopsi. Hingga kini hasil otopsi belum juga dapat diumumkan.

Sakit-sakitan

IP mengungkapkan anaknya itu sakit-sakitan. Selain itu, sejak berumur seminggu, tumbuh kembang AA juga lambat.

IP mencontohkan, saat baru berumur seminggu AA sempat dirawat di rumah sakit Persahabatan. AA dirawat karena sakit kuning yang dideritanya. Karena itu, IP yakin anaknya meninggal dalam keadaan wajar dan bukan korban kekerasan seksual seperti yang ramai diberitakan.

"Selama ini memang perkembangannya lebih lambat dari anak lain seusianya," kata dia.

Lambatnya perkembangan itu ditandai dengan beberapa gejala. Di usianya yang menginjak 9 bulan, AA belum bisa mengangkat leher. Selain itu AA hanya bisa merespon dengan kepala.

"Anak usia segitu angkat leher saja belum bisa. Tangannya belum bisa meraih, respons cuma kepala saja," lanjutnya.

Menurutnya, banyak warga yang menyarankan AA diterapi. Namun karena keterbatasan dana, hal itu tak juga terwujud. "Selama ini saya hidup serba kekurangan. Saya bekerja sebagai buruh cuci, bapaknya juga baru dapat kerja," tandasnya. (Ism/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini