Sukses

Fakta Baru Misteri `Jasad Raja Tanpa Kepala` Henry IV

Pada 14 Desember 2010, ilmuwan memastikan identitas mumi kepala sebagai Raja Prancis Henry IV. Kesimpulan itu mungkin salah.

Pengumuman penting ini disampaikan pada Selasa 14 Desember 2010 lalu: tim peneliti multidisipliner mengungkap identitas kepala mumi lengkap dengan isi otaknya sebagai Raja Prancis Henry IV, yang berkuasa pada 2 Agustus 1589 hingga 14 Mei 1610. Detil soal rekonstruksi wajah dijital dibeber dalam jurnal ilmiah terkemuka, British Medical Journal.

Tim peneliti juga melakukan pengujian radiokarbon. Hasil menunjukkan angka tahun 1450 hingga 1650. rentang waktu ini sesuai dengan kematian Henry IV pada 1610. Tim saat itu tidak dapat melakukan tes DNA karena tidak dapat memastikan bisa mendapat sampel yang tidak tercemar untuk dicocokkan dengan keturunan Henry IV.

Namun, pengujian DNA yang dilakukan baru-baru ini membantah klaim tersebut mentah-mentah. Tim yang dipimpin Jean-Jacques Cassiman dari  University of Leuven, Belgia menemukan DNA yang diambil dari kepala tersebut tidak cocok dengan DNA dari House of Bourbon, garis keturunan Henry. Bahkan, bisa jadi mumi itu milik orang awam, sama sekali bukan bangsawan.

"Untuk menghasilkan identifikasi genetika yang akurat terhadap jasad yang telah lama, diperlukan tipe DNA dari manusia hidup, yang secara paternal atau maternal terkait dengannya," kata Cassiman dan koleganya dalam jurnal European Journal of Human Genetics, seperti dimuat LiveScience, 10 Oktober 2013.  

Pengujian DNA tua adalah proses yang rumit. Sebab, hanya sedikit sampel DNA yang didapat dari mumi kepala yang diduga Henry.

Misteri DNA

Analisis Cassiman bertentangan dengan hasil studi tim yang dipimpin ahli forensik dan osteo-arkeolog, Philipp Charlier dari University Hospital R Poincare, Garches, Prancis. Studi telaah forensik kala itu menyebut, mumi itu memang milik Raja Henry IV.

Di antara bukti yang diketengahkan adalah, mumi kepala memiliki tahi lalat yang tidak teratur pada lubang hidung. Juga, ada lubang anting di cuping telinga kanan. Dua fitur tersebut terlihat pada potret dan patung-patung Henry IV.

Tak hanya itu, sejarah mencatat metode pembalseman di mana otak dibuat utuh itu merupakan hal yang lumrah bagi raja-raja Prancis. Di leher mumi para ilmuwan menemukan pita hitam karbon yang cocok dengan bahan-bahan pembalsem raja-raja Prancis.

Di tangan kolektor, mumi tersebut terawat dengan baik. Dari mumi kepala tersebut ilmuwan bisa menggambarkan sosok empunya -- pria botak, bergigi jelek dan mengidap katarak di mata kanannya.

Sementara, Cassiman dan koleganya tak menemukan kecocokan DNA mumi kepala itu dengan 3 keturunan raja yang masih hidup. Dari DNA garis ayah, mumi itu tak memiliki garis ayah keturunan Bourbon -- dinasti raja-raja Eropa, khususnya Prancis.

Bukti DNA dari garis ibu juga tak mendukung bahwa benar itu adalah kepala Henry.

Menanggapi uji DNA yang menepis kesimpulan timnya, Philipp Charlier mengaku tak yakin. Kata dia, bukan tak mungkin ada 'anak haram' dalam garis keturunan Henry IV.

"Adalah sia-sia mencoba mencocokkan garis keluarkan dan serangkaian kaitan genetika dalam waktu yang teramat lama," kata dia seperti dimuat  PhysOrg.

Jasad Raja yang Dipenggal




Sejarah mencatat, Henry IV punya reputasi baik sebagai seorang raja. Salah satunya, ia mengeluarkan dekrit kebebasan beragama bagi pemeluk Protestan.

Selama kepemimpinan Henry IV, sejumlah perusahaan didirikan untuk mengembangkan perdagangan Perancis dengan negeri-negeri jauh. Pada Desember 1600, sebuah perusahaan dibentuk untuk berdagang dengan Jepang dan Maluku. Dua kapal Perancis berlayar pada 1601. Salah satu kapal karam di Maladewa. Kapal kedua sukses mencapai Sri Lanka dan berhasil melakukan perdagangan dengan Aceh.

Namun pada 1610, hidup Henry IV berakhir seperti pendahulunya, Henry III, tewas dibunuh oleh fundamentalis katolik. Ia dimakamkan di Basilika Saint Denis di selatan Prancis -- jasadnya terbaring utuh hingga 1793.

Pada tahun 1793, revolusi Prancis pecah. Rakyat yang marah menyerbu istana dan memenggal rajanya sendiri, Louis XVI.

Dendam dan amarah juga dilampiaskan pada para raja terdahulu. Rakyat menyerbu makam para raja. Mereka membuka makam, memutilasi jasad, dan lalu menguburkan sisa-sisa jasad itu di pekuburan umum di dekatnya. Dalam insiden ini kepala Henry IV hilang.

Lama kehilangan jejak, titik cerah muncul pada 1919, saat seorang pengoleksi barang antik Joseph-Emile Bourdais membeli kepala ini dari sebuah rumah lelang Drouot dengan harga tiga franc. Bourdais yang juga fotografer yakin ini adalah Henry IV. Dia pun menyimpan kepala ini dalam peti kaca di galerinya di Montmartre.

Sepeninggal Bourdais, kepala ini hendak diberikan kepada Museum Louvre. Tapi museum ini menolak dan kepala itu pun dijual kepada kolektor pribadi hingga penelitian ini dilakukan. Kolektor tersebut meminta namanya tak diungkap. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.