Sukses

Unjuk Rasa Mahasiswa Menyebar ke Sejumlah Daerah

Aksi ribuan mahasiswa yang mendukung dan menentang penuntasan Kasus Bulog di depan Gedung DPR berakhir rusuh. Aksi mahasiswa di berbagai daerah yang menuntut Gus Dur mundur semakin gencar.

Liputan6.com, Jakarta: Peluru gas air mata yang dilontarkan petugas keamanan untuk menghadapi aksi mahasiswa dinilai masih dalam batas wajar. Soalnya, petugas saat itu berupaya mencegah provokasi yang mulai timbul ketika para mahasiswa bermaksud merubuhkan pintu gerbang Kompleks Gedung DPR/MPR. Demikian dicetuskan Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mulyono Sulaiman di Jakarta, Senin (29/1) sore.

Mulyono menambahkan, polisi juga telah berupaya memberi keleluasaan bagi pengunjuk rasa untuk menyalurkan aspirasi mereka. Yakni dengan melepaskan separuh halaman depan gedung untuk berbagai aktivitas pengunjuk rasa. Agar pengunjuk rasa tidak menyebar, empat satuan setingkat kompi (SSK) petugas keamanan tampak berjaga-jaga.

Mulyono menjelaskan, ia akan terus berkoordinasi dengan Panglima Komando Daerah Militer Jaya untuk mengantisipasi unjuk rasa yang diperkirakan kembali terjadi Selasa (30/1). Ia juga mengimbau agar para pengunjuk rasa tetap mengindahkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang unjuk rasa. Para demonstran yang melanggar UU tersebut akan terus didata untuk diambil dihukum.

Sebelumnya, sekitar 10 ribu aktivis yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Indonesia berkumpul di Kampus Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta Pusat. Mereka melakukan long march menuju Gedung DPR. Saat bergerak, para mahasiswa menggunakan seutas tali agar tetap berada dalam garis komando. Panjang konvoi massa itu diperkirakan mencapai satu kilometer.

Puluhan ribu mahasiswa yang berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa se-Jawa dan Sumatra yang mendukung penuntasan Buloggate-Bruneigate itu sempat bentrok. Situasi memanas karena petugas keamanan melarang mahasiswa masuk ke halaman gedung. Mahasiswa pun kesal. Buntutnya, mereka merobohkan pintu gerbang Gedung DPR. Akibatnya, petugas keamanan yang berasal dari Kepolisian RI terpaksa melepaskan tembakan gas air mata untuk menghalau gelombang massa merangsek ke halaman gedung.

Ketika berada di Jalan Sudirman mereka bertemu dengan massa dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan Front Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (FAMRED). Mereka memekikkan aspirasi untuk mengadili penjahat Orde Baru. Aktivis PRD beraksi dengan mengusung keranda sebagai simbol pengadilan rakyat bagi penjahat Orde Baru. Meski berbeda aspirasi, masing-masing kelompok tetap tak terprovokasi untuk saling menghujat.

Kelompok Jaringan Mahasiswa Indonesia pun menarik diri dari depan gerbang Gedung DPR. Setelah bernegosiasi, perwakilan mahasiswa lalu diizinkan masuk ke halaman Gedung DPR dan berorasi sekitar satu jam. Mereka kemudian meninggalkan Gedung DPR menuju Kampus Universitas Trisakti. Namun, mereka berjanji akan kembali lagi saat diumumkannya hasil Panitia Khusus Buloggate-Bruneigate dalam Rapat Paripurna DPR.

Setelah ribuan mahasiswa bergerak meninggalkan DPR, massa yang menamakan diri Jaringan Aksi Rakyat tiba di DPR pukul 17.00 WIB. Mereka berkumpul dengan ribuan massa lain di antaranya Front Masyarakat Pantai Utara, Forum Masyarakat Betawi. Kelompok itu menuding pengusutan Kasus Bulogate bermuatan politis.

Aksi kelompok penentang Gus Dur juga terjadi di berbagai kota. Di Padang, Sumatra Barat, hujan yang turun sejak pagi tidak menghalangi aksi ratusan mahasiswa yang berasal dari Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Padang. Mereka berunjuk rasa di halaman Gedung DPRD Sumbar untuk mendesak Gus Dur mundur. Mereka bahkan mengancam akan membuka wacana untuk mendirikan Sumatra Merdeka.

Di Medan, Sumatra Utara, ratusan mahasiswa juga berdemonstrasi di Gedung DPRD setempat. Sebelum menggelar orasi mereka melakukan konvoi di jalan-jalan utama di Kota Medan. Dalam orasinya, mereka mendukung kerja Pansus Buloggate untuk meminta pertanggungjawaban Gus Dur. Begitupula di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ratusan mahasiswa Makassar yang menggelar unjuk rasa menyatakan kejengkelan mereka dengan memasukkan foto Gus Dur ke dalam kurungan ayam. Dalam orasinya, mereka mengingatkan kelompok penentang Gus Dur untuk mewaspadai provokasi yang mengarah pada upaya pertentangan antargolongan.(PIN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini