Sukses

Membongkar Makam Kuno, Mengikuti Bisikan Gaib

Wulandari bersama suami dan dua rekannya menggali makam kuno di areal Kebun Raya Bogor, Jawa Barat. Dia mengaku menerima wangsit agar menggali makam Siluman karena di dalamnya ada harta karun.

Liputan6.com, Bogor: Indahnya Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, memang menarik hati banyak orang. Selain dikenal sebagai tempat rekreasi menyenangkan sekaligus kebun botani terkenal di dunia, taman yang didirikan pada 18 Mei 1817 ini juga dikenal sebagai kebun riset tanaman tropis. Buat R. Wulandari, Kebun Raya Bogor lebih dari semua itu. Di areal kebun itu, terutama di beberapa makam kuno, menurut keyakinannya, ada harta karun. Baru-baru ini, dia dan suaminya, Martono bersama dua rekannya ditangkap polisi. Mereka kepergok tengah menggali beberapa makam kuno di areal Kebun Raya Bogor tanpa izin.

Wulandari dan Martono sebagai pencetus ide. Sedangkan Agus dan Darsono bertugas menggali kuburan kuno. Kepolisian Resor Kota Bogor menjerat keempatnya dengan Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Perlindungan dan Pemeliharaan Cagar Budaya. Jika terbukti mereka bisa dihukum hingga lima tahun penjara. Cuma para tersangka kasus ini tak ditahan karena permintaan penangguhan penahanan mereka dikabulkan. Keempatnya menjadi tahanan luar hingga proses penyelidikan selesai.

Kasus penggalian makam kuno Kebun Raya Bogor berawal ketika Wulandari, Martono, Agus, Darsono, Bambang, Warsini, dan Apriandi berziarah ke Cirebon, Jabar. Di tempat itu, Wulandari mengaku menerima wangsit yang menyebutkan agar wanita itu berziarah ke makam Ratu Galuh, istri Prabu Siliwangi, di Kebun Raya Bogor. Ketujuh peziarah itu kemudian mengunjungi Kebun Raya Bogor, 14 Januari 2004. Sesampai di makam Ratu Galuh, Wulandari dan kawan-kawan langsung memanjatkan doa.

Selanjutnya, lewat kuncen di sana, Wulandari diberitahu ada makam lainnya, yaitu kuburan Mbah Rabin, juga dikenal sebagai Makam Siluman yang letaknya tak jauh dari Taman Mexico, terdiri dari tiga makam yang dinaungi sebuah pohon besar. Wulandari mengaku rombongannya cuma membersihkan kuburan Mbah Rabin. Saat tengah menyapu makam, Wulandari mengaku ada bisikan yang mengajaknya untuk ke bawah pohon. Meski merasa takut, Wulandari akhirnya mengikuti kata hatinya. Dia pun memberanikan diri mendekati pohon besar itu.

Entah bagaimana, Wulandari mengakui, sesampai di sana, dia mulai menggali. "Gali di bawah akar, abis itu keluar satu kayak dompet kecil tapi bundar dari kulit," kata Wulandari. Karena penasaran, dia dan rombongan membuka dompet tersebut. Di dalamnya, mereka menemukan sebuah peta kertas berwarna coklat. Ada sejumlah keterangan dalam peta tersebut. Di antaranya gambar denah makam yang diziarahi, beberapa tanda silang pada denah, tulisan-tulisan kecil, serta keterangan waktu pembuatan peta yang bertuliskan tahun 1820.

Wulandari kemudian melanjutkan penggalian. Tak disangka-sangka, dia menemukan dua batu merah putih yang menurut rekan Wulandari batu itu batu merah delima. Menemukan benda yang tak diduga sebelumnya, rombongan Wulandari makin menjadi. Saat itu juga, seperti diakui Wulandari, sesosok gaib berwujud seorang wanita Belanda menghampirinya. "Katanya, kamu harus ke kuburan Belanda, cari anaknya yang bernama Charles C. Alexander," kata Wulandari. Rombongan mereka kemudian menuju makam yang dimaksud dengan mobil.

Sesampai di makam kuburan Belanda itu, lagi-lagi, Wulandari mengaku menerima bisikan gaib dari perempuan yang sama. Sang pembisik meminta rombongan Wulandari kembali ke makam Mbah Rabin untuk menggali makam itu. Menurut si pembisik, dalam kuburan itu, Wulandari akan menemukan satu kotak berisi batangan emas, koin platina, dan satu alkitab. "Dan ada satu bungkusan yang berisi uranium, tapi jangan disentuh, itu racun," kata Wulandari menirukan ucapan sang pembisik.

Rombongan pun kembali ke makam Mbah Rabin dan segera menggalinya, sesuai wangsit yang diterima. Kebetulan rombongan Wulandari sudah mempersiapkan peralatan untuk menggali yang ditaruh di dalam mobil. Saat penggalian berlangsung beberapa menit, Wulandari memutuskan menghentikan penggalian. Mereka tak tahan dengan bau menyengat yang keluar dari dalam kuburan. Dalam keadaan beristirahat itulah personel Polresta Bogor menangkap mereka setelah mendapat informasi dari Abdul Hamid, anggota satuan pengaman Kebun Raya Bogor.

Menurut Abdul Hamid, dirinya mendapat laporan bahwa ada satu rombongan orang menumpang mobil Isuzu Panther dan membawa serta pacul dan karung akan menggali kuburan di kebun raya. Abdul Hamid kemudian mengajak rekannya dengan sepeda motor untuk berkeliling mencari rombongan yang dimaksud.

Dari ketujuh orang itu, polisi menetapkan empat di antaranya sebagai tersangka, yaitu Wulandari, Martono, Agus, dan Darsono. Sedangkan Bambang, Warsini, dan Apriandi ditetapkan sebagai saksi karena dianggap hanya menemani para tersangka.

Martono, sang suami, mengatakan, sebelum tinggal bersamanya di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Wulandari bermukim di Manado, Sulawesi Utara. Sejak tinggal di Jakarta, Wulandari yang sudah memiliki tiga anak menyenangi hal-hal gaib. Lantaran itu juga, Martono melanjutkan, Wulandari sering kemasukan roh halus. "Sejak saya kawin saya tahu ibu ini dekat kepada yang gaib dan selalu bisa berkomunikasi dengan yang gaib itu. Salah satunya Ratu Kidul yang kadang meminjam jasad ibu," kata Martono. Menyadari kegemaran sang istri, Martono mengaku sering menemani berziarah. Alhasil, kegiatan wisata ziarah menjadi rutinitas dan agenda keluarga mereka.

Kasus penggalian makam yang dilakukan Wulandari, Martono, dan dua rekannya mengingatkan masyarakat pada kasus penggalian situs Batutulis di kota yang sama, 14 Agustus 2002. Saat itu, sekelompok orang menggali Prasasti Batutulis untuk mendapatkan harta karun berdasarkan wangsit yang diterima seorang paranormal. Tak tanggung-tanggung, kegiatan penggalian tersebut dipimpin langsung Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar [baca: Soal Batutulis, Menag Minta Maaf].

Sayangnya, persidangan kasus itu selalu gagal digelar. Pertama kali lantaran ketua majelis hakim Komala Simatupang sakit. Berikutnya juga batal karena tergugat absen tanpa alasan yang jelas. Masyarakat Bogor, Jawa Barat, kemudian sepakat mencabut gugatan class action kepada Menteri Agama Said Agil Husin Al Munawar dalam kasus penggalian Situs Batutulis [baca: Kasus Prasasti Batutulis Berakhir Damai].(SID/Tim Derap Hukum)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.