Citizen6, Jakarta: Group Cocoklogi Science lahir atas usul salah satu adminnya, yaitu Ranggi Ragatha yang melihat banyaknya juru pelihara (Jupel) situs budaya yang terkadang mencocokan kisah tentang situs yang mereka jaga dengan mitos tertentu atau bahkan dengan agama tertentu yang tiadak ada kaitannya sama sekali dengan situs tersebut. Tentu saja hal ini dapat mengaburkan sejarah yang sesungguhnya.
Alasan lainnya adalah maraknya teori yang berkembang mengenai sejarah dan budaya yang jauh dari penjelasan science mainstream dan mengarah pada klenik dan tahayul. Hal ini jauh lebih dipercaya oleh masyarakat tanpa pernah ada usaha untuk melakukan cek dan re-cek kembali terhadap teori-teori yang berkembang tersebut.
Group diskusi ini mencoba menghadirkan ilmu cocok-cocokan yang lebih sering di sebut sebagai cocoklogy dengan nuansa parodi dan humor. Namun tentunya dengan tidak mengurangi rasa keinginan-tahuan para membernya untuk mencoba menelusuri beragam teori cocoklogy yang berkembang di masyarakat, sehingga bisa ditemukan benang merah yang sesungguhnya. Jika pun tidak, setidaknya bisa menghadirkan nuansa yang berbeda sehingga bisa menikmati teori-teori tersebut dengan lebih ringan dan lebih fun atau menyenangkan.
Masonic Tour merupakan acara pertama yang diselenggarakan oleh Group Cocoklogy Science yang sifatnya serius tapi santai. Lokasi pertama yang disambangi adalah tempat-tempat atau bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta yang menjadi simbol keberadaan gerakan
Illuminati atau Freemasonry khususnya di Indonesia.
Memang, belum adanya bukti kongkrit yang bisa di jadikan barang bukti pergerakan tersebut ada secara nyata dan memberikan pengaruh terhadap tatanan budaya bernegara di Indonesia. Akan tetapi cukup menarik untuk ditelaah lebih dalam karena bukti-bukti yang ada terlalu sayang untuk diabaikan.
Tujuan pertama adalah Museum Taman Prasasti. Bersama ke-6 orang lainnya, antara lain Prawira Sudirjo, Subhan N'Haque, Riska Maria, Sony Milch, dan Chris Karras memulai perjalanan dari Stasiun Tanah Abang. Tempat ini merupakan salah satu kompleks pemakaman modern tertua di dunia. Pada prasasti di pemakaman ini terdapat simbol-simbol paganisme yang erat hubungannya dengan keberadaan gerakan Illuminati / Freemasonry. Antara lain simbol Eye of Horus, penggaris dan jangka, Fleur de Lis, Ouroboros, Salib Templar, Bintang Daud, dan Obelisk.
Di komplek pemakaman ini ada pula beberapa nama besar yang dikuburkan, antara lain Olivia Marianne Raffles (istri Raffles), Dr H F Roll (pendiri STOVIA), Dr J L A Brandes (pakar sejarah budaya hindu jawa), Soe Hoek Gie, dan J H R Kohler (Mayjen Yahudi Belanda yg ditembak sniper belia di Aceh).
Namun sayangnya, simbol-simbol dan nama-nama besar yang ada kaitannya dengan keberadan gerakan Illuminati tersebut tidak dibarengi dengan kondisi museum yang terjaga dengan baik. Kegiatan renovasi yang terlihat asal-asalan, tumpukan marmer-marmer nisan yang sudah tak beraturan bentuknya, kondisi beberapa makan yang hancur, ditambah ulah para pekerja yang ditugasi untuk merenovasi sepertinya tidak tertarik untuk menjaga kondisi peninggalan Belanda membuat kami kecewa.
Bahkan ketika mereka memindahkan patung dengan gerobak yang biasanya dipakai untuk mendorong air galon dipakai untuk memindahkan patung tanpa memprihitungkan keselamatan dari kondisi patung-patung yang berharga dan penuh nilai sejarah tersebut.
Dari beberapa kepingan nisan yg hancur, ditemukan nisan Pieter Leendert Brocx yang lahir di Ambon 30 Nov 1844 dan meninggal di Jakarta 12 Juni 1890. Dengan jabatannya adalah Captain Quartermaster at the Army Administration dan jabatan di Freemasonnya-nya adalah
Master di Loji Bintang Timut (Adhuc Stat) di Menteng, Jakarta Pusat yang sekarang jadi Gedung BAPPENAS.
Setelah dari Museum Nasional yang beberapa waktu lalu dihebohkan dengan beberapa benda berharga yang hilang, perjalanan berakhir di Monas. Dalam teori konspirasi, monas dianggap sebagai salah satu simbol paganisme karena merupakan jelmaan dari obelisk sebagai simbol "male" atau kejantanan.
Akhir kata, semoga perjalanan berikutnya akan ada tindakan serius untuk perbaikan Museum Taman Prasasti. (Handy Fernandy/Mar)
Handy Fernandy adalah salah satu anggota dari Group Cocoklogy Science dan pewarta warga.
Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
Alasan lainnya adalah maraknya teori yang berkembang mengenai sejarah dan budaya yang jauh dari penjelasan science mainstream dan mengarah pada klenik dan tahayul. Hal ini jauh lebih dipercaya oleh masyarakat tanpa pernah ada usaha untuk melakukan cek dan re-cek kembali terhadap teori-teori yang berkembang tersebut.
Group diskusi ini mencoba menghadirkan ilmu cocok-cocokan yang lebih sering di sebut sebagai cocoklogy dengan nuansa parodi dan humor. Namun tentunya dengan tidak mengurangi rasa keinginan-tahuan para membernya untuk mencoba menelusuri beragam teori cocoklogy yang berkembang di masyarakat, sehingga bisa ditemukan benang merah yang sesungguhnya. Jika pun tidak, setidaknya bisa menghadirkan nuansa yang berbeda sehingga bisa menikmati teori-teori tersebut dengan lebih ringan dan lebih fun atau menyenangkan.
Masonic Tour merupakan acara pertama yang diselenggarakan oleh Group Cocoklogy Science yang sifatnya serius tapi santai. Lokasi pertama yang disambangi adalah tempat-tempat atau bangunan-bangunan bersejarah di Jakarta yang menjadi simbol keberadaan gerakan
Illuminati atau Freemasonry khususnya di Indonesia.
Memang, belum adanya bukti kongkrit yang bisa di jadikan barang bukti pergerakan tersebut ada secara nyata dan memberikan pengaruh terhadap tatanan budaya bernegara di Indonesia. Akan tetapi cukup menarik untuk ditelaah lebih dalam karena bukti-bukti yang ada terlalu sayang untuk diabaikan.
Tujuan pertama adalah Museum Taman Prasasti. Bersama ke-6 orang lainnya, antara lain Prawira Sudirjo, Subhan N'Haque, Riska Maria, Sony Milch, dan Chris Karras memulai perjalanan dari Stasiun Tanah Abang. Tempat ini merupakan salah satu kompleks pemakaman modern tertua di dunia. Pada prasasti di pemakaman ini terdapat simbol-simbol paganisme yang erat hubungannya dengan keberadaan gerakan Illuminati / Freemasonry. Antara lain simbol Eye of Horus, penggaris dan jangka, Fleur de Lis, Ouroboros, Salib Templar, Bintang Daud, dan Obelisk.
Di komplek pemakaman ini ada pula beberapa nama besar yang dikuburkan, antara lain Olivia Marianne Raffles (istri Raffles), Dr H F Roll (pendiri STOVIA), Dr J L A Brandes (pakar sejarah budaya hindu jawa), Soe Hoek Gie, dan J H R Kohler (Mayjen Yahudi Belanda yg ditembak sniper belia di Aceh).
Namun sayangnya, simbol-simbol dan nama-nama besar yang ada kaitannya dengan keberadan gerakan Illuminati tersebut tidak dibarengi dengan kondisi museum yang terjaga dengan baik. Kegiatan renovasi yang terlihat asal-asalan, tumpukan marmer-marmer nisan yang sudah tak beraturan bentuknya, kondisi beberapa makan yang hancur, ditambah ulah para pekerja yang ditugasi untuk merenovasi sepertinya tidak tertarik untuk menjaga kondisi peninggalan Belanda membuat kami kecewa.
Bahkan ketika mereka memindahkan patung dengan gerobak yang biasanya dipakai untuk mendorong air galon dipakai untuk memindahkan patung tanpa memprihitungkan keselamatan dari kondisi patung-patung yang berharga dan penuh nilai sejarah tersebut.
Dari beberapa kepingan nisan yg hancur, ditemukan nisan Pieter Leendert Brocx yang lahir di Ambon 30 Nov 1844 dan meninggal di Jakarta 12 Juni 1890. Dengan jabatannya adalah Captain Quartermaster at the Army Administration dan jabatan di Freemasonnya-nya adalah
Master di Loji Bintang Timut (Adhuc Stat) di Menteng, Jakarta Pusat yang sekarang jadi Gedung BAPPENAS.
Setelah dari Museum Nasional yang beberapa waktu lalu dihebohkan dengan beberapa benda berharga yang hilang, perjalanan berakhir di Monas. Dalam teori konspirasi, monas dianggap sebagai salah satu simbol paganisme karena merupakan jelmaan dari obelisk sebagai simbol "male" atau kejantanan.
Akhir kata, semoga perjalanan berikutnya akan ada tindakan serius untuk perbaikan Museum Taman Prasasti. (Handy Fernandy/Mar)
Handy Fernandy adalah salah satu anggota dari Group Cocoklogy Science dan pewarta warga.
Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.
Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.