Sukses

Sepilok, Pusat Rehabilitasi Orangutan di Kalimantan

Kesulitan utama yang dihadapi orangutan liar adalah berkurangnya habitat karena meluasnya penebangan hutan liar di Kalimantan. Forum internasional akan membahas masalah orangutan di Kuala Lumpur, Malaysia.

Liputan6.com, Sarawak: Sejumlah ahli menyatakan, rehabilitasi orangutan di Malaysia timur atau bagian utara hingga barat Pulau Kalimantan bukan solusi jangka panjang untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesies ini. Kesulitan utama yang dihadapi orangutan liar adalah berkurangnya habitat tempat tinggal mereka karena meluasnya pembangunan kebun kelapa sawit atau penebangan hutan liar di kawasan tersebut. Meski begitu, baru-baru ini telah dibuka Pusat Rehabilitasi Sepilok di Pulau Kalimantan, Sarawak, Malaysia. Masalah orangutan ini akan dibahas dalam forum internasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Februari mendatang.

Suaka itu untuk sementara diyakini bisa melindungi orangutan dari kepunahan karena kawasan tersebut dikenal aman dari penghancuran hutan dan alam. Seperti halnya Siti, orangutan yang baru lahir di Sepilok. Siti boleh dibilang beruntung bisa lahir di sana. Ia bisa hadir di Pusat Rehabilitasi Sepilok setelah seorang pemilik perkebunan menyuap pegawai rehabilitasi untuk merawatnya. Induk Siti mati saat melahirkannya. Siti kini masih membutuhkan perhatian intensif melalui karantina, sebelum dibiarkan bergabung dengan orangutan lainnya. Apalagi mengingat proses rehabilitasi memakan waktu yang relatif lama.

Asal tahu saja, orangutan atau kera besar yang hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia ini terancam punah dalam waktu 20 tahun karena penebangan hutan yang merusak habitatnya dan karena perburuan. Menurut kelompok konservasi World Wide Fund for Nature Inggris, Kalimantan dan Sumatra yang menjadi rumah terakhir orangutan, telah kehilangan populasi primata itu sebesar 91 persen dalam waktu 100 tahun terakhir. WWF menduga, saat ini hanya terdapat kurang dari 30 ribu ekor orangutan, dan sepertinya mereka akan musnah dari habitat aslinya dalam waktu 20 tahun bila penurunan populasinya terus berlanjut.(DEN/Dew)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini