Sukses

Ada `Gus Dur` di Tengah Amien Rais Vs Jokowi

Mantan Ketua MPR Amien Rais mulai melancarkan serangan kepada Gubernur DKI Jakarta Jokowi. 'Gus Dur' pun tiba-tiba muncul.

Popularitas Jokowi sedang Diuji. Mantan Ketua MPR Amien Rais mulai melancarkan serangan kepada Gubernur DKI Jakarta itu. 'Gus Dur' pun tiba-tiba muncul.

Di tengah popularitas tinggi politisi PDIP bernama lengkap Joko Widodo sebagai presiden, isu 'murahan' dilemparkan Amien Rais. Mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu meragukan Jokowi sebagai politisi yang nasionalis.

Alasannya, menurut Amien, Megawati Sukarnoputri yang merupakan Ketua Umum PDIP saja saat menjadi presiden menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, yang merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme.

"Saya ingin melihat yang betul-betul memegang negeri kita ini yang betul-betul memegang kedaulatan negara kita," katanya pada 12 September lalu.

Amien pun menilai gaya blusukan Jokowi merupakan kegiatan yang sia-sia. Sebab, ia tidak merasakan adanya hasil positif dari blusukannya. "Ini tipe politisi yang relatif baru, lebih banyak blusukannya daripada di kantor. Korelasi blusukan dan hasilnya belum begitu terasa. Makanya saya katakan stop blusukan dan kerja beneran," cetus Amien.

Tak sampai di situ, Amien juga menyerang Jokowi dengan menyamakan mantan Walikota Solo itu dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, mereka dipilih karena popularitas.

Estrada, ungkapnya, terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.

"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya. Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," papar Amien.

Duetkan Jokowi-Hatta

Serangan Amien Rais itu berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang berencana menduetkan Jokowi dengan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai calon presiden dan wakil presiden 2014.

Menurutnya, karena politik itu sangatlah lentur maka jika PAN tidak mencapai target 2 digit atau di atas 10 persen dalam perolehan kursi di parlemen, maka partai berlambang matahari putih ini hanya akan menjadikan Hatta Rajasa sebagai cawapres.

"Tapi tentu politik kan juga luwes. Ya, Jadi kalau memang PAN double digit atau 10 persen ke atas maka akan mantap. Tapi andaikata PAN belum sampai 10 persen, maka mungkin juga andaikata mengisi calon kepemimpinan sebagai wakil presiden," ungkap Amien pada 8 Juli lalu.

Mantan Ketua MPR ini mengakui, saat ini popularitas dari Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi sangat tinggi. Maka itu tidak menutup kemungkinan juga Hatta Rajasa menjadi cawapres dari Prabowo atau Jokowi dalam Pilpres 2014.

"Menurut saya kombinasi yang saat ini ada Pak Jokowi, Prabowo, ada yang lain-lain juga. Kita kadang-kadang membayangkan bagaimana kalau misalnya duet Prabowo-Hatta atau Jokowi-Hatta. Atau mungkin sebaliknya bisa saja. Kita open kita masih terbuka. Saya sekarang hanya pengamat, penasihat saja. Saya tidak menentukan," papar Amien.

Demokrasi Jalanan

Bertolak belakangan dengan Amien Rais, aksi blusukan Jokowi 'disanjung' surat kabar Amerika Serikat The New York Times. Aktivitas Jokowi yang keluar masuk kampung itu disebut tak pernah dilakukan oleh elite politik sebelumnya.

Seperti dibeberkan New York Times, Rabu 25 September, Jokowi tak sungkan menyambangi warganya. Tak pernah risih dikerumuni. Ia pun tak merasa jijik berkelana memasuki kawasan kumuh, pasar tradisional, dan lingkungan lain.

Begitu pula saat wanita dan pria di jalanan mencoba untuk menyentuhnya. Ia selalu terbuka saat anak-anak muda mencium tangannya sebagai ungkapan rasa rasa hormat.

Jokowi menyambangi warganya untuk mengetahui apakah programnya berjalan atau tidak. Dengan rendah hati, kata Jokowi, orang-orang yang ia temui sebenarnya tidak begitu bersemangat melihat kedatangannya. "Mereka hanya terkejut melihat pemimpin Indonesia keluar dari kantornya," ujar Jokowi seperti dikutip The New York Times.

"Orang-orang mengatakan 'demokrasi jalanan' karena saya mendatangi mereka. Aku menjelaskan program. Mereka juga bisa menyampaikan ide," kata Jokowi.

Dalam artikel sepanjang 18 paragraf juga disinggung sejumlah prestasi Jokowi. Misalnya, memindahkan PKL dari jalan-jalan sekitar Tanah Abang, pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. Lalu, memberi mereka tempat di Blok G.

New York Times mencatat, pamor politik Jokowi kian mencorong dalam berbagai survei calon presiden. Jokowi selalu berada di peringkat teratas, dengan Prabowo Subianto berada di urutan kedua tapi dengan selisih hampir 2 kali lipat.

Ini bukan kali pertama New York Times menulis soal Jokowi. Saat Jokowi mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta, The New York Times menurunkan artikel berjudul "Outsider Breathing New Ideas Into Jakarta Election" pada September 2012.

Media itu menulis, "Di negara dengan politisi sering kali berasal dari elite yang terkait atau memiliki hubungan dengan mendiang Presiden Soeharto dan militer, Joko, dikenal dengan julukan Jokowi, muncul mewakili generasi baru politisi."

Jokowi Santai

Jokowi tak mau ambil pusing dengan serang-serangan yang dilancarkan Amien Rais. Dengan gaya bercanda, Jokowi menanggapi pernyataan Amien yang menyamakannya dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada.

"Kalau saya dibandingkan dengan Estrada, saya lebih ganteng dong," ujar Jokowi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (25/9/2013).

Amien Rais juga menyindir Jokowi juga tidak berhasil ketika memimpin Solo yang menjadi salah satu kota termiskin di Jawa Tengah, karena itu ia meminta masyarakat tidak memuji Jokowi hanya karena popularitasnya.

Terkait itu, Jokowi menolak untuk berkomentar lebih jauh. Ia mengaku saat ini ia hanya ingin fokus pada tugasnya membenahi berbagai permasalahan di Jakarta.

"Nggak ngerti, saya nggak urus popularitas. Urusan saya cuma kerja," ucap Jokowi.

PDIP Tertawa

Meski mendapat serangan dari Amien Rais, PDIP sebagai pengusung Jokowi, tidak geram. Bahkan, partai berlambang banteng moncong putih malah tertawa.

"Hahaha.... Lucu juga, sebaiknya beliau lebih tepat mempersiapkan kadernya sendiri di internal untuk bisa diketengahkan dan dipersiapkan untuk menjadi calon-calon pemimpin ke depan," kata Wakil Sekjen PDIP Eriko Sotarduga di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Eriko yang juga merupakan anggota Komisi V DPR RI ini mengaku kaget lantaran secara tiba-tiba mantan Ketua MPR RI itu mengomentari Jokowi. Bahkan mempersoalkan tingginya popularitas dan elektabilitas dari Jokowi.

Eriko juga menjelaskan, masalah capres dari PDIP merupakan hak dan wewenang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Karena itu, Amien Rais dinilai tak layak mencampuri urusan partai lain terkait sosok capres yang akan diusung dalam Pilpres.

"Paling tidak PDIP melalui ketua umum menunjukkan siap dengan banyaknya kader-kader muda yang siap untuk diketengahkan dan memimpin di pelbagai posisi dan bidang," ucap Eriko.

Politisi senior PDIP Pramono Anung menambahkan, partainya yakin sindiran Amien Rais kepada Jokowi tak akan mempengaruhi persepsi rakyat. Sebab, pernyataan elite partai tak lagi bisa memengaruhi persepsi publik.

"Bagaimana rakyat memberikan persepsi. Itu tergantung persepsinya rakyat. Sekarang ini elite bisa ngomong apa saja seperti apa yang disampaikan Pak Amien Rais," kata Pramono Anung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Pramono mengakui apa yang disampaikan Amien terhadap Jokowi itu sah-sah saja. Tetapi, pernyataan itu tidak bisa mempengaruhi persepsi rakyat.

"Sah-sah saja tetapi rakyat memiliki pandangan persepsi kecintaan, kegemaran, favoritisme tersendiri," ungkap Wakil Ketua DPR ini.

Apalagi, kata Pramono, pemilu saat ini bukan pemilu para elite yang dilakukan melalui sidang MPR, tetapi rakyat yang menentukan. "Maka menjadi penilaian rakyat yang memilih siapa yang akan dipilih pada pemilu 2014," tambah mantan Sekjen PDIP ini.

Karena itu Pramono yakin serangan Amien Rais tidak mengurangi kecintaan rakyat Indonesia kepada seseorang tokoh atau kepada calon presiden, yang akan diusung dalam Pilpres 2014 mendatang. "Tetapi mungkin nambah kecintaannya. Karena merasa pandangan mereka seakan-akan mau dipengaruhi," tegas politisi yang karib disapa Pram ini.

Amien Rais Ketakutan

Pakar komunikasi politik Universitas Mercubuana Heri Budianto angkat bicara terkait serangan-serangan Amien Rais ke Jokowi. Ia menilai, apa yang dilakukan Amien merupakan refleksi ketakutannya sendiri.

"Sindiran Amien Rais kepada Jokowi soal popularitas merupakan bentuk ketakutan dan kekhawatiran Amien Rais sebagai Ketua Dewan Pembina PAN," ujar Heri Budianto kepada Liputan6.com.

Sikap ini juga, kata Heri, termasuk dalam kategori black campaign atau kampanye hitam meskipun belum memasuki masa kampanye. Menurutnya, serangan kepada tokoh tertentu yang bermuatan politik dapat dikategorikan sebagai kampanye hitam.

"Saya melihat ini bentuk kekhawatiran berlebihan Amien Rais."

Heri menjelaskan, sejumlah elite partai politik di luar PDIP gundah dengan realitas politik Jokowi yang mampu memimpin elektabilitas di sebagaian besar survei dari sejumlah lembaga survei. "Apalagi perbincangan di publik semakin ramai yang menginginkan Jokowi maju sebagai capres," nilai Heri.

"Saya melihat Amien Rais yang merupakan politisi ternama juga bisa membaca potensi politik Jokowi dalam Pilpres 2014 mendatang. Karenanya, Amien sudah menyiapkan strategi politik untuk menjegal lawan-lawan politik yang bukan dari partainya," sambungnya.

Kendati begitu, tambah Heri, sikap Amien ini akan menguntungkan Jokowi. Sebab, bentuk-bentuk serangan secara pribadi yang ditujukan kepada mantan Walikota Solo ini, justru akan menambah besar dukungan publik kepada Jokowi.

"Ini sudah pernah terjadi, ketika Jokowi diserang dengan isu SARA saat Pilkada DKI lalu. Publik bukannya menolak Jokowi, tapi justru bersimpati pada Jokowi," tandas Heri.

Peci Gus Dur

Meski diserang Amien Rais, Jokowi mendapat dukungan dari keluarga mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Karena dianggap mirip, Jokowi pun mendapat sebuah peci cokelat yang dulunya kerap dipakai Gus Dur.

Peci itu diberikan oleh istri almarhum Gus Dur, Sinta Nuriyah, saat Gubernur DKI Jakarta itu hadir dalam peringatan ulang tahun The Wahid Institute yang ke-9. Dengan tersenyum, Jokowi menerimanya.

"Kenapa diberi peci Gus Dur, karena Pak Jokowi dan Gus Dur mirip. Filosofinya sama, 'Gitu aja kok repot' itu sama. Pak Jokowi nggak repot-repot, langsung turun lapangan," ujar Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid di Jalan Taman Amir Hamzah 8, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2013).

Yenny yang juga putri Gus Dur itu mengatakan, Jokowi sengaja diundang dalam acara peringatan The Wahid Institute ini karena ingin mengapresiasi kepemimpinan mantan Walikota Solo ini, yang dinilai membela rakyat terpinggirkan dan menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

Lantas, apakah pemberian peci ini merupakan kode atau pertanda dukungan keluarga Gus Dur terhadap Jokowi untuk maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014?

"Kode apa? Intinya kami memberikan res... apresiasi atas pencapaian Pak Jokowi selama ini dalam hal toleransi beragama. Jangan pancing-pancinglah," ungkap Yenny Wahid.

Menurut Yenny, peci itu diberikan hanya sebagai apresiasi kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta yang mampu mengayomi warga. Selain itu, Jokowi juga punya komitmen luar biasa dalam membangun toleransi beragama. Sikap Jokowi itulah yang dinilai sangat terkait erat dengan program The Wahid Institute yang konsisten dalam memberi penghargaan terhadap keragaman.

"Kemudian track record-nya waktu di Solo kita lihat semua. Bagaimana Beliau mau malah menjalin dialog, yang namanya garis-garis keras itu dirangkul. Gimana caranya supaya mereka nggak bikin onar. Langsung turun ke lapangan. Jadi diredam tidak diberi ruang. Kita mengapresiasi hal-hal seperti itu," tutur Yenny.

Meski menolak disebut memberikan restu, Yenny menilai Jokowi layak menjadi calon presiden dalam Pemilu 2014. "Menurut saya Jokowi layak menjadi kandidat presiden," katanya. Namun sayang, hingga kini Jokowi belum menyatakan kesediaannya untuk mencalonkan diri.

Yenny menambahkan, penilaiannya terhadap Jokowi itu sudah dia sampaikan sejak tahun lalu. Sebab, Jokowi yang merupakan kader PDIP itu mempunyai banyak kesamaan dengan Gus Dur yang tidak ingin disusahkan dengan aturan birokrasi yang kemudian malah membelenggu langkah mereka.

"Jokowi banyak kesamaan dengan Gus Dur. Beliau malah ngasih solusi di lapangan, action. Gitu aja kok repot, kalau Gus Dur kan gitu. Kita yang penting cari solusi. Nah, itu kita lihat," jelas Yenny.

Sementara itu, Jokowi juga menyatakan kekagumannya terhadap sosok Gus Dur. "Gus Dur cerita lucunya banyak. Makanya saya senang ketemu Gus Dur kalau cerita lucu-lucu," ujar Jokowi.

Terkait pemberian peci yang biasa dipakai Gus Dur, Jokowi tidak ingin berkomentar banyak mengenai alasan pemberian hadiah tersebut. "Ini pecinya pas banget. Ini dilihat tho. Pas banget ini," ujarnya singkat sambil menunjukkan peci dengan posisi miring yang ia kenakan. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.