Sukses

[VIDEO] Premanisme Hantui Warga Jakarta, Sampai Kapan?

Para preman itu pun tak segan-segan bertindak sadis terhadap para korbannya. Sampai kapan itu berakhir?

Aksi premanisme akhir-akhir ini menghantui kehidupan masyarakat Jakarta. Para preman itu pun tak segan-segan bertindak sadis terhadap para korbannya.

Seperti yang dialami Ahmad Zamani dan Sunan Ali Arifin. Kedua korban itu disekap di sebuah ruko kantor penyalur jasa keamanan PT Benteng Jaya Mandiri di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Barat. Penyekapan kedua korban itu terkait masalah utang piutang.

"Saya mau dibunuh, mau dibelek. Mayat saya akan dilempar di tol. Mereka juga tidak hanya gertak, karena mereka ngakunya sudah pernah melakukan itu," tutur Arifin dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (21/9/2013).

Polisi pun menggerebek ruko tersebut pada Rabu 18 September 2013 dini hari. 8 Pria yang diduga kuat pelaku penyekapan dan penganiayaan diringkus.

Dalam penggerebakan itu, petugas juga menyita sepucuk senjata api organik jenis FN, sepucuk air soft gun, serta 15 butir peluru tajam.

Pada Minggu 15 September lalu, polisi menangkap 20 orang yang diduga menyekap dan menganiaya H, seorang wanita penjual kopi di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Namun hanya F yang ditetapkan sebagai tersangka. Polisi kemudian memburu 2 tersangka lainnya. Satu dari pelaku ternyata buronan penculikan anak.

Kondisi korban H sangat memprihatinkan. Di sekujur tubuhnya tampak bekas luka akibat ditetesi plastik yang dibakar. Selain itu, alat vitalnya juga dilukai dengan kayu. H berhasil kabur setelah disekap selama 3 hari.

Polisi menyita sepucuk pistol rakitan dan sejumlah peralatan yang digunakan menganiaya korban. Para tersangka menyekap dan menganiaya H hanya karena tak mau memberi uang jatah preman sebesar Rp 100 ribu.

Pada Agustus 2013, sebanyak 28 remaja putri dan perempuan muda yang dipaksa bekerja melayani pria hidung belang dibebaskan polisi dari sebuah rumah berlantai 2 di Taman Sari, Jakarta Barat. Penganiayaan pun sempat dialami mereka yang kabur namun tertangkap kembali.

Empat tersangka pengelola, perekrut, dan pengawas mereka ditangkap. Para wanita ini dijanjikan akan bekerja di restauran, namun kemudian dijerat hutang yang tak kunjung lunas.

Dan tak kalah sadis dilakuan pemilik pabrik wajan di Tangerang, Banten. Dia menyekap puluhan buruh asal Lampung dan Cianjur dan memperlakukan layaknya budak. Para buruh dipaksa tinggal berdesakan di gubuk lembab dan bekerja 14 jam sehari selama berbulan-bulan.

Beberapa buruh menderita luka yang sudah mengering. Diduga itu karena penganiayaan majikan. Tak hanya itu, gaji mereka pun tidak dibayar.

Aksi kekerasan penagih hutang juga menjadi penyebab tewasnya mantan Sekjen Partai Pemersatu Bangsa Irzen Octa. Irzen tewas usai diinterogasi penagih hutang Citibank di Menara Jamsostek, Jakarta. Jenazah Irzen harus divisum sebanyak 3 kali sebelum dokter menemukan luka-luka memar di sejumlah bagian tubuhnya.

Penyekapan, penganiayaan, pemerasan menjadi bukti premanisme masih berjaya. Meski bos para preman berada di jeruji besi, benarkah preman sulit diberantas karena keterlibatan oknum aparat keamanan?

"Polisi tidak bekerja sendiri berantas preman, dibutuhkan dukungan dari masyarakat," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.

Pada 2012, sekitar 4.500 preman di Ibukota dijaring polisi. 651 Orang di antaranya ditahan sementara lainnya dilepaskan untuk pembinaan. Tahun berikutnya, 2013, sebanyak 1.600 preman terjaring namun hanya 86 di antaranya yang ditahan.

Meski bos preman berada dalam tahanan kepolisian, aksi premanisme masih marak terjadi. Dengan berkedok penagih hutang, atau jasa keamanan, intimidasi, dan kekerasan kerap digunakan demi uang semata.

Tak hanya polisi dan pemerintah, masyarakat pun perlu berperan mencegah munculnya bibit-bibit premanisme di tengah kita semua. (Ali/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini