Sukses

Anggota Masuk Daftar Teroris Amerika, JAT: Sudah Biasa

"Dari dulu seperti itu Amerika. Amerika selalu menetapkan anggota kami sebagai teroris," ujar juru bicara JAT, Abdul Rahim.

Anggota Dewan Syare’at Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Ustad Afif Abdul Majid resmi dinyatakan masuk daftar hitam teroris oleh Kementerian Keuangan Amerika Serikat. Namun juru bicara JAT Ustaz Abdul Rahim menanggapi hal itu dengan biasa saja.

"Dari dulu seperti itu Amerika. Amerika selalu menetapkan anggota kami sebagai teroris. Organisasi ini selalu dicap sebagai organisasi teroris," ujar Rahim kepada Liputan6.com, Jumat (20/9/2013).

Rahim pun menyayangkan tudingan Amerika. Karena tudingan-tudingan yang kerap disampaikan Amerika kepada anggota JAT tanpa dibuktikan dengan fakta sebenarnya. Amerika tak pernah mau memberikan bukti-bukti nyata kepada JAT.

"Amerika, mereka tidak mau memberikan bukti nyata terkait tudingan-tudinganya. Selama ini begitu. Kebanyakan menganggap berbahaya hanya sepihak. Dia menuding berbahaya tapi apa buktinya nggak jelas, pas dicek mereka nggak mau membuktikan," sesalnya.

Rahim menilai, Langkah Amerika sekarang ini memiliki tujuan tertentu. Antara lain untuk menekan organisasi yang didirikan Ustad Abu Bakar Baa'syir itu. "Saya kira kepentingan Amerika untuk menekan JAT. Bagaimana untuk menekan kepentingan dakwah kami."

"Kami dianggap Amerika berbahaya karena menyuarakan Islam. Dari dulu Islam dianggap Amerika musuh. Makanya siapapun yang menyuarakan Islam akan diangagap Amerika teroris. Cuma tunggu waktu saja nama-nama yang akan dilingkari. Ini sudah jadi rahasia umum," papar putra Ustad Abu Bakar Ba'asyir ini.
 
Ustad Afif yang bekerja di sekretariat JAT, kata Rahim, memudahkan Amerika menuding sebagai teroris. "Beliau sekretariat, makanya langsung dianggap teroris. Karena Amerika pasti menilai, nggak mungkin kerja di sekretariat nggak terlibat. Saya juga pernah dimasukkan daftar teroris dulu."

Ia juga tak menepis banyak pihak yang memata-matai JAT untuk Amerika yang bersembunyi di Indonesia. "Banyak sekali di sini. Mereka melaporkan ke Amerika hanya dengan imbalan uang. Mereka nggak mungkin bergerak sendiri, Amerika memanfaatkan antek-antek ini untuk mematai," tandas Rahim. (Rmn/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini