Sukses

Lee Kuan Yew: Menikah Diam-diam Sampai Memerdekakan Singapura (2)

Lee menjadi perdana menteri terlama di Singapura--bahkan di dunia. Ia duduk di posisi itu sejak 1959 dan baru melepaskannya pada 1990.

Liputan6.com, Jakarta - Pria karismatis itu akhirnya mencapai usia 90 tahun. Jurnalis Straits Times bertanya: apa pencapaian terbaiknya sepanjang hidup? Lee menjawab, "Kemajuan Singapura, transformasi negeri kota ini menjadi salah satu negara termaju di dunia."

Lee menjadi perdana menteri terlama di Singapura--bahkan di dunia. Ia duduk di posisi itu sejak 1959 dan baru melepaskannya pada 1990. Pada 1963-1965, ada jeda saat Singapura bergabung dengan Malaysia dan Lee tak menjadi PM.

Ia dilahirkan dari sebuah keluarga Cina kaya yang tinggal di Singapura sejak abad ke-19 pada 16 September 1923. Putra sulung Lee Chin Koon dan Chua Jim Neo ini punya tiga adik perempuan dan satu adik laki-laki.

Kemakmuran keluarganya membuat Lee bisa belajar hukum di Fitzwilliam College, Cambridge, Inggris.

Ketika belajar di Inggris ini, pada 1947, Lee menikahi Kwa Geok Choo secara diam-diam. Saat mereka kembali ke Singapura, ia meresmikan hubungan ini dalam sebuah resepsi pernikahan untuk publik pada 30 September 1950. Keduanya dikaruniai tiga anak: Lee Hsien Loon, Wei Ling, dan Hsien Yang.

Lulus sebagai sarjana hukum, Lee hanya sebentar berpraktik sebagai pengacara. Ia memilih terjun ke politik.

Bersama sejumlah rekannya, pada 1954, ia membentuk People’s Action Party (PAP). Ia menjadi sekretaris jenderal partai yang lahir akibat ketidakpuasan atas pemerintahan kolonial Inggris tersebut.

Saat itu, Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris. Koloni itu diperintah seorang gubernur jenderal didampingi sebuah dewan legislatif. Mayoritas anggota dewan terdiri dari pengusaha keturunan China yang ditunjuk, bukan dipilih rakyat.



Lee mulai berjuang menuju kemerdekaan Singapura. Pada 1956, ia menuju London sebagai anggota delegasi yang menuntut pemerintahan otonom. Perundingan ini gagal dan selama sekitar setahun Singapura terpuruk dalam kekacauan politik.

Pada 1958, akhirnya negosiasi membuahkan hasil. Konstitusi baru terbentuk. Berdasarkan konstitusi ini, pemilihan umum digelar. PAP menang mutlak, meraup 43 kursi dari 51 kursi legislatif. Lee dilantik pada 5 Juni 1959 sebagai perdana menteri.

Berpisah dari Malaysia

Kemerdekaan tinggal selangkah lagi. Untuk memuluskannya, Lee mafhum, bergabung dengan Malaysia merupakan hal amat penting. Persis pada ulang tahunnya ke-40, Lee menyetujui proposal penggabungan yang diajukan Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman. Singapura bergabung dengan Federasi Malaya bersama Borneo Utara dan Sarawak untuk mendirikan Malaysia.

Hanya dua tahun. Pertentangan rasial antara Melayu dan China meruncing. Tak ada tanda-tanda mereda, Lee memimpin upaya pemisahan diri dari Malaysia. Pada 7 Agustus 1965, Singapura resmi melepaskan diri dari Malaysia.

Lee tak bisa menyembunyikan kegetiran. "Ini adalah sebuah momen kesedihan...Anda tahu bahwa kami disatukan oleh geografi, ekonomi, dan ikatan kekerabatan. Kini, Singapura menjadi negara yang sepenuhnya independen dan berdaulat, didirikan di atas prinsip-prinsip kebebasan dan keadilan, serta selalu mengupayakan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh warganya," ujarnya dalam sebuah jumpa pers yang ditayangkan televisi.

Ia memimpin sampai 1990. Kemudian menjadi Menteri Senior ketika Goh Chok Tong menggantikannya. Saat putra sulung Lee, Lee Hsien Loong, menjadi perdana menteri pada 2004, sebuah jabatan dibuat untuk sang ayah: Menteri Mentor. Jabatan itu didudukinya sampai Mei 2011. Lee akhirnya benar-benar lepas dari pemerintahan.

Beberapa bulan sebelumnya, 2 Oktober 2010, Kwa Geok Choo meninggal dunia. Lee benar-benar terpukul.

Dalam sebuah wawancara saat sang istri sakit, Lee mengatakan, kondisi istrinya merupakan salah satu situasi tersulit yang pernah dijumpai dalam hidup.

"Saya berusaha membuat diri saya sibuk, tapi dari waktu ke waktu, pikiran saya melayang ke saat-saat kebersamaan dan kebahagiaan kami," katanya kepada New York Times. (Yus)

Baca juga: Bapak Bangsa Singapura, Patung Raffles, dan Komunisme (1)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini