Sukses

Pemimpin Tertinggi Iran: AS Menderita Jika Serang Suriah!

Iran menentang keras serangan AS ke rezim Bashar al-Assad. "Kami yakin AS melakukan sebuah kebodohan dan kesalahan di Suriah."

Ada dua kubu berbeda terkait rencana Amerika Serikat melakukan serangan terbatas terhadap Suriah, sebagai 'hukuman' atas penggunaan senjata kimia yang diduga dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad: mendukung dan menentang.

Dan, Iran berada di garis depan para penentang. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, AS tak punya hak mengklaim serangan tersebut atas nama "kemanusiaan", mengingat rekam jejak Negeri Paman Sam di Irak, Afghanistan, dan soal penjara militer di Teluk Guantanamo, Kuba.

Dalam pernyataan yang disiarkan Press TV, Khamenei mengklaim, gejolak yang terjadi di Timur Tengah "adalah reaksi atas arogansi global" yang berakar di Washington. Serangan AS dan sekutunya tak akan berdaya menghentikan perlawanan.

"Kami yakin AS melakukan sebuah kebodohan dan kesalahan di Suriah. Siapa yang mulai serangan duluan, ia yang bakalan menderita," kata dia seperti dimuat CNN, Jumat (6/9/2013).

Pernyataan  Khamenei dikeluarkan di hari yang sama dengan penyampaian sikap Hizbullah -- yang  menyebut aksi militer apapun terhadap pemerintah Suriah "adalah bentuk terorisme langsung dan terorganisir . "

"Ancaman ini gagal menyembunyikan tujuan sejati dari serangan ini, yakni memobilisasi kekuatan Israel dan memaksakan cengkeraman kolonial Barat," demikian pernyataan Hizbullah yang dilaporkan kantor berita resmi Lebanon, National News Agency.

Pernyataan Iran dan Hizbullah sangat signifikan di tengah kekhawatiran intervensi militer di Suriah akan memicu perang yang lebih luas yang merusak stabilitas kawasan.

AS Vs Rusia

Meski mendapat sejumlah tentangan, AS dan sekutunya terus berargumen, serangan ke Suriah penting dilakukan. Isu Suriah juga menjadi pokok bahasan utama dalam KTT G20 di St. Petersburg, Rusia.

Sebelum bertolak ke Rusia, Presiden Obama menekankan keyakinannya bahwa dunia punya kewajiban untuk bertindak menghentikan kekerasan di Suriah. Jika tidak, maka sama saja membiarkan penggunaan senjata kimia, biologis, dan nuklir.  "Kredibilitas masyarakat internasional sedang dipertaruhkan," kata Obama.

Sebaliknya, Rusia berulang kali telah menggunakan hak vetonya untuk memblokir upaya Dewan Keamanan PBB menargetkan rezim Bashar al-Assad. Mereka justru menuduh Washington dan sekutunya keras kepala dan ngotot melakukan serangan tanpa bukti yang kuat, bahwa pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia untuk menyerang rakyatnya.

Lebih jauh lagi, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Menteri Luar Negeri AS John Kerry bohong, saat mendorong Kongres menyetujui penyerangan -- termasuk dengan mengatakan ada peran kelompok terkait Al Qaeda di Suriah. "Dia (John Kerry) berbohong, dan ia tahu ia bohong," kata Putin Rabu lalu. "Menyedihkan."

Juni lalu, Menteri Luar Negeri Prancis mengatakan, berdasarkan sampel yang didapat, ada indikasi sarin gas telah digunakan beberapa kali di Suriah. Di Bulan April, Menteri Pertahanan Chuck Hagel AS mengatakan, diduga ada bukti sarin telah digunakan dalam skala kecil namun mematikan.

Sementara Minggu lalu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan bahwa sampel darah dan rambut dari wilayah dekat dengan pusat serangan senjata kimia di Damaskus 21 Agustus lalu positif mengandung jejak sarin. (Ein/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini