Sukses

Obama Yakin Suriah Gunakan Senjata Kimia Tapi...

Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa Suriah memang melancarkan serangan senjata kimia terhadap rakyatnya.

Amerika Serikat telah menyimpulkan bahwa pemerintah Suriah memang melancarkan serangan senjata kimia terhadap rakyatnya.

Hal itu disampaikan oleh Presiden AS Barack Obama pada Rabu 28 Agustus 2013 dalam wawancara dengan PBS, menyusul spekulasi yang berkambang apakah AS akan menyerang Suriah atau tidak.

"Kami tidak percaya, mengingat serangan itu menggunakan roket, bahwa oposisi bisa melakukan serangan ini. Kami telah menyimpulkan bahwa pemerintah Suriah pada kenyataannya memang melakukannya," kata Obama kepada PBS seperti dilansir CNN, Kamis (29/8/2013).

"Dan jika memang demikian, perlu ada konsekuensi internasional," tambah Obama.

Meski telah menyimpulkan hal itu, namun Obama mengaku belum membuat keputusan soal serangan militer ke Suriah.


Bukan Penghasut Perang


Menanggapi kecaman-kecaman terhadap negaranya, Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari pun geram.

"Kami bukan penghasut perang. Kami adalah bangsa yang damai mencari stabilitas di daerah karena ketidakstabilan untuk melayani kepentingan Israel," kata Bashar Jaafari kepada wartawan di markas PBB di New York.

"Kami berada dalam keadaan perang dan mempersiapkan kemungkinan skenario seperti itu," paparnya. Mengulangi pernyataan Damaskus, Jaafari juga menuduh pemberontak yang memperoleh bahan untuk memproduksi senjata kimia dari Turki, Arab Saudi dan Qatar.

Kini, sebuah tim penyelidik PBB tengah bekerja di Suriah. Sejumlah negara Barat menyatakan telah siap menggelar operasi militer ke Suriah.

Salah satunya, Prancis.  Presiden Francois Hollande mengatakan Prancis, "Siap untuk menghukum mereka yang membuat keputusan untuk menggunakan gas beracun terhadap orang-orang tak bersalah." (Tnt/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini