Sukses

SBY Diminta Tak Ikut Campur Konvensi Demokrat

Pengamat politik Universitas Diponegoro M Yulianto menyarankan SBY untuk lepas tangan.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebaiknya tidak ikut campur atau lepas tangan terhadap proses konvensi penjaringan calon presiden yang tengah diselenggarakan partainya. Demikian yang disampaikan pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang M Yulianto.

"SBY harus menunjukkan sikap kenegarawanan dengan tidak campur tangan dalam proses konvensi. Biarkan proses konvensi berjalan secara fair siapa pun yang terpilih," kata Yulianto di Semarang, Selasa 27 Agustus 2013.

Menurut pengajar FISIP Undip itu masyarakat sebenarnya sudah telanjur bersikap apatis dengan konvensi yang digelar Demokrat seiring dengan efek banyaknya kasus yang mendera petinggi di parpol tersebut.

Dampak terburuknya adalah masyarakat akan merespons apa pun kreasi yang dilakukan oleh Partai Demokrat untuk memperbaiki citranya secara skeptis atau meragukannya, termasuk konvensi capres yang membuka peluang pada eksternal.

"Oleh karena itu, SBY harus rela dan legawa siapa pun yang terpilih nantinya dalam konvensi Demokrat. Meski bukan orang yang dikehendakinya, (ia) tetap (harus) menunjukkan sikap kenegarawanan yang demokrat," saran Yulianto.

Dia mengingatkan sebenarnya SBY pernah menunjukkan sikap berbesar hati saat Kongres Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, 2010, yang memenangkan Anas Urbaningrum sebagai ketua umum partai tersebut.

"Sebenarnya, Anas kan bukan orang yang direstui SBY ketika itu. Namun, beliau berbesar hati menerima siapa pun yang terpilih. Dalam pelaksanaan konvensi nantinya juga harus seperti itu," katanya.

Kalau masyarakat melihat masih ada intervensi atau rekayasa di balik layar atas proses konvensi capres Demokrat, kata dia, masyarakat akan makin bersikap skeptis yang justru akan merugikan Demokrat.

Yulianto mencontohkan Akbar Tanjung semasa memimpin Partai Golkar yang mencetuskan konvensi capres untuk menyeleksi kader-kader internal dari parpol itu. Ternyata, saat itu justru Wiranto yang memenangi konvensi.

"Akbar menerima kekalahannya dari Wiranto saat konvensi itu sehingga masyarakat menilai Partai Golkar sebagai partai yang modern. Nantinya, SBY harus seperti itu juga, legawa, siapa pun yang terpilih," tutup Yulianto. (Ant/Riz)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.