Sukses

Babak Penyisihan `Capres Idol` Demokrat

Kini pemilihan capres bak kontes pencarian bakat bertajuk 'Idol' itu dimulai.

Pemilihan Presiden 2014 semakin dekat. Para partai politik (parpol) peserta pemilu mulai mempersiapkan diri, termasuk mencari siapa tokoh yang akan diusung sebagai capres.

Bila sebagian besar parpol langsung menunjuk calon dari internal, misal Golkar yang mendeklarasikan Sang Ketua Umum Aburizal Bakrie dan Hanura yang tak tanggung-tanggung mengusung Ketua Umum Wiranto dan Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura Hary Tanoesoedibjo, maka Demokrat mempunyai cara lain. Yakni dengan menggelar konvensi.

Sama dengan konvensi yang digelar Partai Demokrat Amerika Serikat, sejumlah tokoh akan dijaring. Baik dari dalam maupun luar partai.

Dengan mengadakan konvensi, Demokrat berharap bisa menjaring sosok yang mumpuni seperti Barack Obama yang kini sukses menjadi Presiden Amerika Serikat untuk yang kedua kalinya.

"Kita ambil referensi konvensi di Amerika Serikat yang sudah lama. Dan menurut saya sangat bagus. Pemilihan Barack Obama dengan konvensi dan partisipasi publik yang luar biasa dari 2 partai besar di sana. Kami juga belajar negara-negara maju di Eropa dan Australia disamping Amerika," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Didi Irawadi Syamsuddin yang kini menjadi anggota Komite Konvensi Demokrat, 16 Juni 2013.

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan, para kandidat akan bertarung di hadapan publik dalam debat kandidat. Dan pemenangnya ditentukan berdasarkan hasil survei dengan rakyat sebagai respondennya. 

Kini pemilihan capres bak kontes pencarian bakat bertajuk 'Idol' itu dimulai. Babak penyisihan tengah dilakukan. Demokrat telah mengantongi 15 nama yang dipastikan menjadi peserta.

Mereka di antaranya adalah Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, mantan Panglima TNI yang baru saja dinonaktifkan dari Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem Endriartono Sutarto, anggota Pembina Partai Demokrat dan anggota Komisi I DPR Hayono Isman, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman.

Selain itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih, Gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang, Bupati Kutai Timur Isran Noor, Ketua DPR Marzuki Alie, mantan Ketua MK Mahfud MD, dan CEO Lion Air Rusdi Kirana.

Dino Patti Djalal

Para tokoh tersebut mulai dipanggil satu per satu untuk menghadap dan diwawancara Komite Konvensi Demokrat. Orang pertama yang mendapat giliran adalah Dino Patti Djalal.

Sejatinya wawancara baru akan dimulai pada Selasa 27 Agustus 2013, namun berhubung harus kembali bertugas ke Amerika Serikat, Dino Patti Djalal menghadap Komite Konvensi lebih awal.

"Saya berangkat sore ini (ke Amerika). Hari Senin ada upacara, saya harus diperkenalkan ke guru. Anak saya usia 6, 7, dan 8, harus ada orangtuanya," kata Dino di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, 24 Agustus 2013 pagi lalu.

Dino datang mengenakan batik merah. Tidak banyak yang diucapkan Dino ketika ditanyakan kesiapannya mengikuti wawancara oleh anggota Komite Konvensi Demokrat. Hanya tampak sedikit gugup.

"Nanti ya, nanti. Semua pasti dapat setelahnya," kata Juru Bicara Presiden Bidang Luar Negeri era SBY-JK itu sembari berjalan menuju lift.

Bagi pria yang pernah menulis buku tentang SBY ini dipanggil dan diwawancara Komite Konvensi seperti ujian kuliah. "Wah... Ini seperti waktu ujian kuliah dulu," ungkap Dino.

Pendalaman terhadap Dino dilakukan secara tertutup. Anggota komite yang hadir untuk mewawancari Dino adalah Wisnu Wardhana, Taufiqurrahman Ruki, Suaidi Marasabessy, Soegeng Sarjadi, Effendi Ghazali, Christianto Wibisono, Indrawati Sukadis, Didi Irawadi Syamsudin, Putu Suwaste, Haris Ruli, dan Fera Febrianti.

Sekitar 2 jam berselang, Dino pun keluar dari tempat wawancara. Dan siap untuk mencurahkan perasaannya. Dino mengungkapkan alasannya bersedia ikut Konvensi Demokrat.

"Saya melihat sebagai bayar utang pada generasi saya dan generasi anak saya. Ada panggilan nurani dan sejarah. Saya datang dari keluarga nasionalis, sebagai diplomat seumur hidup memperjuangakan wawasan nusantara," ungkap Dino

Ditemani istri, Rosa Rai Djalal, Dubes RI untuk Amerika Serikat itu mengatakan maju capres melalui konvensi karena 2 alasan, yakni jalan yang terbuka dan diminta langsung oleh Presiden SBY.

"Waktu itu, saya sedang di Canada, Vancouver. Saya sedang pidato politik. Setelah itu Pak Presiden menelepon ajudan dan meminta saya berpartisipasi dalam konvensi," ceritanya.

Bagi doktor ilmu hubungan internasional London School itu, Pemilu 2014 bernilai historis dan penting. "Kita akan menjawab pertanyaan, apakah kita bisa melakukan regenearsi kepemimpinan," tukas Dino.

Ia juga menambahkan, Pemilu 2014 penting karena bangsa Indonesia masuk ke persimpangan sejarah. "Demokrasi ke-3 di dunia, pertumbuhan ekonomi kita cepat. Momentum ini mau ke mana, naik ke atas atau mandek, ini ditentukan 2014," ucap ayah beranak 3 ini.

Dino juga menggarisbawahi bahwa dirinya tidak berambisi mengejar kekuasaan. "Saya tidak silau kekuasaan," jelas pria 47 tahun itu.

Meski baru menjalani tes wawancara untuk masuk dalam bursa capres Demokrat, Dino sudah menyiapkan langkah untuk bertarung memperebutkan kursi RI 1. Ia akan mempopulerkan salam kepal 'Bronx' ala Amerika Serikat dan slogan Indonesia Unggul 45-21 pada Pemilu 2014 mendatang.

"Salam khusus saya dengan mengepalkan tangan ini bisa lebih cepat salaman dengan orang-orang. Dalam 1 menit, salaman biasa cuma bisa salamin 60 orang. Kalau salam kepal bisa sampai 200 orang. Selain itu lebih bersih, juga menandakan kekuatan. Asal saya jangan ditinju," ujar Dino.

Terkait slogan Indonesia Unggul 45-21, Dino menjelaskan ada 2 makna yang terkandung. Pertama, pada abad ke-21 kalau lihat perkembangan dunia, Indonesia harus menambah rasa persatuan. Selain itu juga harus dipadankan serta dilengkapi keunggulan."Jadi bukan nasionalisme sempit, arogan, tapi yang unggul dan sehat," jelasnya.

Terkait angka 45-21, ia menjelaskan angka itu terinspirasi dari semangat juang 45. "Tantanganya bagaimana itu diterjemahkan di abad 21, semangat 45 dihadapkan dengan tantangan dengan segala keruwetannya," ungkap Dino.

Anies Baswedan

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menjadi peserta kedua yang mengikuti proses wawancara oleh Komite Konvensi Demokrat.

Mengenakan kemeja putih dengan dasi merah dan celana panjang hitam, Anies mendatangi Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus pagi kemarin. Tampak pula, ia menggenggam sebuah map yang berisi surat undangan untuk mengikuti konvensi.

Anies Baswedan tampak tersenyum saat memasuki ruang wawancara Konvensi Capres Partai Demokrat. Rektor Universitas Paramadina ini berkenan meladeni awak media yang tidak henti melayangkan jepretan kamera.

Meski bakal berhadapan dengan 17 Anggota Komite Partai Demokrat, Anies mengaku tidak ada persiapan khusus. Namun cucu pahlawan nasional AR Baswedan ini siap dihujani pertanyaan.

"Tidak ada persiapan khusus, saya menerima undangan dan saya hormati itu sebagai warga negara," ungkap Anies.

Anies mengaku kedatangannya untuk melihat aturan main Konvensi Demokrat. "Saya mau lihat dulu, seperti apa diskusi nanti. Saya hanya WNI biasa yang diundang dan merasa terhormat," imbuh tokoh lulusan Northern Illinois University itu.

Ketika ditanya kemungkinan menolak, Anies menjawab santai. "Saya akan diskusi baru diputuskan, kita lihat nanti," ujar pria 44 tahun itu.

Sekitar 2 jam kemudian, Anies selesai diwawancara. Ia pun keluar ruangan Komite dan menegaskan keikutsertaannya dalam berkompetisi di Konvensi Demokrat. Visi misi yang diusungnya dalam berkampanye tidak terlepas dari inspirasi Bung Karno.

"Istilah saya melunasi janji kemerdekaan kita. Memunculkan harapan bahwa kita akan bisa meraih keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia," tegas Anies.

Melalui konvensi, Anies mengatakan akan terus memperkuat usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya. "Istilah saya melunasi janji kemerdekaan kita. Memunculkan harapan bahwa kita akan bisa meraih keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia," terang penggagas gerakan Indonesia Mengajar ini.

Tidak hanya itu, dia juga mengaku diizinkan bertindak sebagai peserta konvensi non-partisan. "Saya akan terus menjadi warga negara, ini bukan soal partai tapi di jalur melunasi janji menyejahterahkan rakyat," tuturnya.

Kini, setelah memantapkan hati berkompetisi di konvensi, doktor ilmu politik ini segera menyiapkan tim sukses. Selain itu, terkait harus tidak dirinya menjadi kader Demokrat, Anies menyatakan akan mengikuti aturan yang ditetapkan komite konvensi.

Endriartono Sutarto

Mantan Panglima TNI Endriartono Sutarto menjadi peserta ketiga Konvensi Demokrat yang akan diwawancara Komite Konvensi. Mendatangi Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan dengan mengenakan batik warna hijau, ia mengaku siap menghadap Komite Konvensi.

"Siap kok, ini saya sudah pakai batik. Saya sudah siap sejak berpolitik, kita punya ide, gagasan," kata Endriartono saat ditanya tentang kesiapannya menghadapi sesi wawancara, Selasa 27 Agustus 2013 siang.

Meski ikut konvensi di partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono, Endriartono mengaku tidak serta merta ingin keluar dari Partai Nasdem. "Saya ikut konvensi, saya tidak keluar dari Nasdem, saya tidak mengajukan mundur dari Nasdem," tegasnya.

Ketika ditanyakan apa yang menjadi pertimbangan ikut konvensi, Endriartono menjawab dengan bercanda. "Memang saya ketua dewan pertimbangan kok," ujarnya.

Endriartono diberhentikan sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem pada Rabu 21 Agustus 2013 lalu. Ia dicopot karena mengikuti Konvensi Demokrat.

Meski demikian, Endriartono mengaku belum mendapatkan surat pemberhentian dari partai besutan Surya Paloh tersebut. Namun, ia menilai pemecatan itu merupakan suatu hal yang wajar, karena dia tak mungkin mengenakan dua partai.

"Sampai saat ini belum mendapatkan pemberitahuan formal bahwa saya diberhentikan. Tapi, saya kira itu hal yang wajar. Karena memang saya tidak mungkin berada di 2 kaki, satu saya ikut konvensi, di sisi lain saya masih berada di Nasdem. Kan tidak etis," ujarnya.

Endriartono menjelaskan, dirinya menerima keputusan Nasdem untuk memberhentikan dirinya. Akan tetapi, yang jelas dia mengaku tidak sama sekali pernah mengajukan pengunduran diri dari Nasdem.

"Tentu saya menerima. Tapi yang jelas saya tidak mengajukan pengunduran diri. Saya hanya mengatakan apapun konsekuensi keikutsertaan saya dalam konvensi ini, maka saya akan menerimanya," tegas Endriartono.

Dia pun mengungkap mengapa pilih ikut Konvensi Demokrat. Yakni karena mekanisme penyaringan capres di Nasdem belum jelas, membuat mantan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Nasdem ini akhirnya memilih jalan lain.

"Tidak ada mekanisme. Jadi mekanisme itu belum dibuat. Dan belum ada. Beliau (Surya Paloh) juga tidak menjelaskan," kata Endriartono.

Oleh karena itu, ia memilih ikut penjaringan capres melalui Konvensi yang diselenggarakan Partai Demokrat. Menurutnya, Konvensi Demokrat lebih menjanjikan ketimbang di Nasdem.

"Sementara konvensi Demokrat sudah jelas mengatakan kalau memenangkan konvensi maka dia ditetapkan Capres Demokrat," ucap dia.

Namun demikian, dia enggan menyebutkan niatnya maju sebagai capres terhalang oleh Surya Paloh yang juga punya niat sama. "Tidak, saya tidak bisa mengatakan begitu dan saya tidak mau menuduh. Tapi bahwa itulah yang terjadi," terang dia.

"Yang jelas pada saat itu saya menanyakan bagaimana mekanisme jikalau Partai Nasdem bisa memenangkan pemilu, dengan cara bagaimana kita memilih dari para kader Nasdem untuk menjadi calon presiden," ujar Endriartono.

Dia juga mengaku Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sudah merelakannya pergi ke Konvensi. "(Surya Paloh) tidak keberatan, karena ini kan hak saya. Dan saya nyatakan akan ikut konvensi," kata Endriartono.

Menurut Endriartono, konvensi Demokrat ini adalah hal yang inspiratif. Karena selama ini umumnya partai politik akan mengukuhkan ketua umumnya sebagai capres.

"Konvensi ini inisiatif sangat bagus. Bisa jadi inisiatif untuk setiap partai harus melakukan konvensi menentukan calon presiden, sehingga orang yang mempunyai kapabilitas mempunyai kesempatan sama," tandas Endriartono.

Hayono Isman

Wakil Ketua Komisi I DPR Hayono Isman menjadi orang keempat yang menghadap Komite Konvensi Demokrat. Dia mengaku bahwa tingkat elektabilitasnya paling rendah dibanding para peserta Pra-Konvensi Partai Demokrat lainnya. Meski begitu, dia akan memanfaatkan konvensi ini sebagai panggung guna mengerek elektabilitasnya itu.

"Dari para calon peserta konvensi saya termasuk elektabilitasnya rendah, karena masyarakat di bawah usia 35 tahun hampir semua belum kenal Kayono. Dan Konvensi ini merupakan panggung untuk lebih dikenal," kata Hayono di Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus 2013 malam.

Konvensi ini, kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu, memberi kesempatan politisi seperti dirinya untuk bisa berekpresi kepada masyarakat. Karena itu, dia merasa optimistis dia bisa lolos pra konvensi ini.

"Pada saat saya memutuskan untuk maju, saya optimis untuk dapat memenangkan. Dalam waktu 8 bulan ke depan mudah-mudahan elektabilitas saya meningkat dan bisa mengimbangi teman-teman saya yang lain," jelas dia.

Selain itu, Hayono mengaku juga mendapat dukungan dari partainya dan sejumlah pihak. Salah satunya dukungan dari Kosgoro.

"Yang membuat saya makin mantap keputusan Kosgoro yang minta untuk ikut konvensi. Paling tidak saya punya dukungan di keluarga Kosgoro. Harapan saya dukungan tidak hanya dari publik tapi juga dari internal kader Demokrat," tukas Hayono.

Dia juga mengaku belum memikirkan dana yang akan dikeluarkan jika terpilih menjadi peserta Konvensi Partai Demokrat. Ia akan mengalokasikan dana setelah mempelajari program komite yang nanti digabung dengan programnya sebagai kandidat capres.

"Sehingga saya belum bisa mengatakan seberapa besar dananya," kata Hayono.

Hayono mengaku, menginginkan pemerintahan yang bersih. Sehingga sumber dananya nanti juga harus yang bersih. "Nanti juga sumber dana akan saya buka dan dipertanggungjawabkan kepada publik," ucap dia.

Menurut Hayono, motivasi dirinya mengikuti konvensi adalah untuk meraih cita-citanya sebagai presiden. Sama halnya seperti politisi lain, cita-cita tertingginya adalah duduk di Istana Negara sebagai RI 1.

"Politisi cita-citanya tertinggi adalah presiden, sehingga konvensi ini saya memanfaatkan untuk meraih cita-cita saya menjadi presiden," ujar mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) era Orde Baru tersebut.

Irman Gusman

Ketua DPD Irman Gusman mendapat giliran kelima menemui Komite Konvensi. Ia menyatakan kesiapannya untuk ikut Konvensi Demokrat. Juga merasa yakin bisa memenangi konvensi untuk menuju Pemilu 2014.

Dengan pengalaman yang cukup lama sebagai politisi, Irman mengaku hal itu menjadi salah satu modal untuk ikut bertarung di konvensi.

"Tentu dengan pengalaman yang saya miliki 15 tahun di Senayan akan membawa bangsa ini lebih maju, makmur, dan berkelanjutan," kata Irman di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 27 Agustus malam.

Meski optimis memenangi konvensi, namun Irman menyerahkan sepenuhnya kepada Komite Konvensi untuk memutuskan. "Mudah-mudahan saya diperkenankan ikut proses selanjutnya, sehingga saya berkesempatan menyampaikan gagasan," ujar dia.

Lebih jauh Irman mengatakan, dirinya yakin dengan mencari pemimpin yang terbaik, bangsa ini bisa lebih maju dari saat ini. Apalagi saat ini adalah masa transisi yang penting bagi Indonesia.

"Sehingga cita-cita bangsa di tahun 2045 bisa tercapai sebagai bangsa yang maju dan berkesinambungan serta berkelanjutan," ucap dia.

Irman menilai Konvensi Demokrat untuk menjaring capres 2014 merupakan sebuah terobosan politik dalam demokrasi. Dan konvensi bisa menjadi insipirasi untuk memperbaiki wajah demokrasi.

"(Konvensi) ini terobosan politik, karena kita sedang membangun demokrasi. Ini akan perbaiki wajah demokrasi kita, khususnya bagi parpol," ujar Irman.

Menurut Irman, konvensi bisa ditiru oleh parpol lain untuk mencari para calon pemimpin nasional. Sehingga, dengan begitu parpol tidak lagi mencari pemimpin seperti memilih kucing dalam karung.

"Jadi tidak lagi kita mencari kucing dalam karung, tidak lagi popularitas yang jadi ukuran, tapi pemahaman yang lebih komprehensif," jelas Irman.

Jusuf Kalla

Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga diundang untuk menjadi kandidat Konvensi Demokrat. Namun JK yang kini menjabat Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) itu tak setuju dengan sejumlah persyaratan yang diajukan.

"Komite mengundang Pak Jusuf Kalla. Tapi tampaknya dia tidak setuju dengan persyaratan yang diberikan," kata Juru bicara Komite Konvensi Demokrat Rully Charis. 

Meski demikian, lanjut Rully, Komite Konvensi masih menunggu kabar dari JK apakah ia bakal ikut bertarung atau tidak. "Kita masih nunggu," jelasnya.

Sekretaris Komite Konvensi Demokrat, Suaidi Marassabesy mengatakan, komite akan menanyakan kembali kesediaan JK apakah ikut atau tidak ke dalam konvensi. Komite berencana menyambangi kediaman JK yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar itu di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

"Menanyakan kesediaan beliau untuk ikut (konvensi)," kata Suaidi di Wisma Kodel, Kuningan, Selasa 27 Agustus 2013 sore. 

Suaidi mengatakan, komite mengirim Ketua Komite Maftuh Basyuni dan Wakilnya Taufiequrachman Ruki. Keduanya akan menanyakan kesediaan JK lantaran Partai Golkar sudah menyerahkan sepenuhnya kepada JK.

"Golkar kan sudah serahkan kepada beliau," kata Suaidi.

Namun, Maftuh sendiri membantah akan menemui JK di kediamannya. Ia mengaku pergi keluar dari Wisma Kodel karena ada kepentingan lain. "Saya ada kepentingan lain," tukas Maftuh.

Babak penyisihan 'Capres Idol' Demokrat akan dilanjutkan pada hari ini, Rabu (28/8/2013). Rully mengungkap komite akan memanggil sekitar 7 atau 8 nama ke Wisma Kodel. Siapa saja? (Riz)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini