Sukses

Wapres Boediono: Konflik Muncul karena Pakai Simbol Agama

"Padahal semua agama cinta damai," kata Wapres Boediono.

Wakil Presiden Boediono mengatakan, munculnya konflik dan mengganggu kedamaian sebenarnya karena  kepentingan politik dan ekonomi yang menggunakan slogan agama dalam melaksanakan persaingan.

"Padahal semua agama cinta damai. Semua agama mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada sesama dan kepada alam semesta," kata Wapres Boediono saat membuka "The Islam and Confucian Summit 2013" di Jakarta, Sabtu (24/8/2013).

Wapres menambahkan, pemimpin agama memiliki peranan penting untuk menentukan dan panutan umatnya untuk dapat bersikap lebih jeli, jernih, arif, dan cerdas melihat dan memilah setiap masalah yang terjadi.

"Kita semua tanpa kecuali perlu terus menyuarakan keyakinan kita bahwa tak ada agama yang membenarkan tindak kekerasan atau memaksakan kehendak kepada orang lain atau kelompok lain," ucap Boediono.
    
Hanya dengan upaya bersama dan terus-menerus, lanjut Boediono, semua pihak bisa memelihara kedamaian dan kerukunan kehidupan beragama dalam masyarakat masing-masing.

Boediono juga mengatakan, sejak awal negara Indonesia didirikan di atas perbedaan dan keberagaman suku, agama, ras, bahasa, dan adat istiadat yang diikat dalam satu kesepakatan dan komitmen bersama, yaitu "Bhinneka Tunggal Ika".
    
Fakta menunjukkan kaum Muslim dan kaum Confusian merepresentasikan hampir separuh populasi bumi.  Kaum Confusian tersebar di belahan Timur Asia dan kaum Muslim mendiami kawasan yang terbentang mulai dari Afrika hingga Asia Tenggara.
    
"Oleh karena itu, sinergi dan kolaborasi antara umat Muslim dan Confusian akan dapat membawa warna baru bagi harmoni peradaban manusia dan perdamaian dunia," jelas Boediono.
    
Pemerintah Indonesia juga telah memprakarsai berbagai dialog lintas agama dan lintas budaya yang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan diplomasi Indonesia ke depan, baik secara bilateral, regional, maupun multilateral.

Boediono menilai, Pertemuan Tingkat Tinggi Islam dan Khonghuchu ini memiliki makna yang besar dalam menyampaikan pesan perdamaian dan pesan keharmonisan kepada seluruh umat beragama. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong berbagai kalangan umat beragama untuk mendeklarasikan dan menyuarakan perdamaian dan keharmonisan beragama, baik secara nasional maupun internasional. (Ant/Ali)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.