Sukses

SBY: Negara Menjamin Keberadaan Kelompok Minoritas

Dalam pidatonya SBY mengajak semua pihak untuk semakin menyadari Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Presiden SBY telah menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI di Gedung Parlemen Jakarta, Jumat (16/8/2013). Dalam pidatonya SBY mengajak semua pihak untuk semakin menyadari Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

Bangsa Indonesia, ujar SBY, harus memaknai kemajemukan sebagai anugerah, sekaligus kewajiban untuk mengelolanya secara bijak. Dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, rakyat perlu terus memperkuat toleransi. Benturan dan kekerasan komunal harus dicegah karena akan mengganggu ketenteraman hidup masyarakat dan kesatuan bangsa.

"Negara menjamin sepenuhnya keberadaan individu atau kelompok minoritas. Kita tidak membeda-bedakan orang atau kelompok berdasarkan latar belakang agama, sosial dan budaya serta perbedaan identitas lainnya. Seluruh warga negara, apa pun latar belakang sosial dan budayanya, memiliki harkat dan kehormatan yang sama. Dalam perspektif berbangsa, tugas kita adalah merawat dan menjaga kemajemukan itu, seraya memperkuat persatuan nasional," ucap SBY.

Berdasarkan konstitusi, lanjutnya, negara menjamin kebebasan beribadah bagi setiap warganya menurut agama dan kepercayaannya. Karena itu, semua pihak hendaknya menghormati aturan konstitusi tersebut.

"Tidaklah dapat dibenarkan, bahwa seseorang atau sebuah kelompok memaksakan keyakinannya kepada mereka yang lain, apalagi disertai dengan ancaman, intimidasi, dan tindakan kekerasan," tegas SBY.

Dalam sidang yang dipimpin Ketua DPD Irman Gusman itu, SBY mengajak segenap lapisan masyarakat untuk memberikan perhatian yang penuh agar toleransi tumbuh makin subur di antara segenap warga negara. Semangat untuk menghormati perbedaan juga perlu terus didorong untuk menumbuhkan kesediaan saling bekerja sama dan saling percaya, di antara kelompok-kelompok yang berbeda.

Masih Terjaga

Menurut SBY, secara umum hubungan antar-kelompok dan golongan dalam masyarakat yang majemuk, sesungguhnya masih terjaga. Walaupun begitu, SBY menyatakan keprihatinannya dengan masih terjadinya sejumlah insiden intoleransi dan konflik komunal, yang di antaranya bahkan disertai dengan kekerasan.

"Sebenarnya, itu semua dapat dicegah apabila kita senantiasa mengedepankan dialog. Juga apabila semua pemimpin dan tokoh di seluruh Indonesia, apakah pemerintahan, agama, sosial dan budaya, peduli dan mengambil tanggung jawab bersama," ujar SBY.

Ia menegaskan, tidak mungkin menghilangkan perbedaan, karena perbedaan itu sendiri merupakan ciri dari masyarakat majemuk. Yang perlu dilakukan adalah mencegah perbedaan itu menjadi konflik yang berujung pada kekerasan.

"Oleh karena itu, saya mengajak para pemuka agama dan tokoh masyarakat, orangtua dan para guru, untuk terus menyemaikan nilai-nilai toleransi, dan prinsip hidup berdampingan secara damai," imbau SBY.

"Saya juga meminta agar insan pers dan media massa ikut memupuk modal sosial, agar tumbuh menjadi fondasi yang kuat bagi masyarakat majemuk kita," tambahnya.

SBY pun mengajak seluruh komponen bangsa untuk mengutamakan dialog, menghindari benturan dan tindak kekerasan. "Hendaknya setiap orang dan kelompok bisa menahan diri dari amarah, kesewenang-wenangan dan pengabaian pada hukum, undang-undang dan konstitusi kita," demikian SBY. (Mut/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini