Sukses

Keindahan Pantai Purin, Primadona Tegal yang Terlupakan

Masa keemasan Pantai Purin terjadi di tahun 1990-an. Setiap orang yang mudik lewat Pantura pasti mampir.

Merayakan Idul Fitri 1434 H, sebagian besar keluarga akan menghabiskan waktu untuk berkumpul. Biasanya, setelah itu mereka akan pergi bersama-sama ke tempat rekreasi.

Nah, bila Anda berada di Tegal, Jawa Tengah, maka Pantai Purwahamba Indah dapat menjadi salah satu tujuan untuk meluangkan waktu bersama keluarga. Pantai yang biasa disebut Pantai Purin ini, berlokasi di Jalan Raya Tegal Pemalang KM 12, Jawa Tengah.

Semilir hembusan angin laut, daun pohon kelapa yang menari-nari, terik matahari, dan deru ombak, dapat membuat pikiran tersegarkan dari segala kepenatan masalah. Apalagi, jika bersantai sembari menyeruput air kelapa segar yang langsung diambil dari pohonnya.

Lautnya yang berwarna biru pun membuat hati ingin langsung menyeburkan diri ke dalamnya, berenang ria ke sana dan kemari. "Tempat ini memang sangat ideal untuk rekreasi, santai, terlebih lagi bagi mereka yang sedang melakukan perjalanan jauh melewati jalur Pantura," terang Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah I Adi Priyono kepada Liputan6.com, di Tegal, Kamis (8/8/2013).

Suasana demikian, membuat Gubernur Jawa Tengah pada 1979, Ismail mengatakan, kalau pantai ini merupakan primadona Jawa Tengah. "Berawal dari perjalanan darat beliau dari Jakarta menuju Semarang, semilir angin membuatnya kantuk, lalu ia pun berhenti dan beristirahat sembari menikmati kelapa. Nah, di situ, ia bilang, 'Ini primadona Jawa Tengah'," cerita Yoyo, nama panggilan Adi Priyono.

Masa keemasan pantai ini, lanjut Yoyo, sekitar tahun 90-an. Kala itu, setiap orang yang melewati Pantura, atau mengisi hari libur, pasti mampir. "Dulu belum ada penghitungan, tapi penuh sesak sama pengunjung," imbuhnya.

Namun, daya tarik objek pariwisata  ini ternyata lekang oleh waktu. Yoyo mengaku kian hari, jumlah pengunjung yang datang makin sedikit. "Ini dampak dari banyaknya bisnis pariwisata yang jadi saingan," tutur pria yang memakai topi dan berkemeja batik biru.

"Ya, kalau sekarang, Pantai Purin itu ibarat primadona yang sudah terlupakan," ucapnya sembari memainkan pasir.

Targetkan 54 Ribu Pengunjung

Meski jumlah pengunjung berkurang tiap harinya, pengurus Pantai Purin pantang menyerah. Mereka berniat membangkitkan si primadona. Salah satunya, memasang spanduk besar di depan pintu masuk.

"Kami targetkan 54 ribu pengunjung selama 10 hari ke depan. Puncak keramaian kami prediksi jatuh pada hari Minggu," ungkap Staf Objek Wisata Pantai Purwahamba Indah Supriyatna.

Supriyatna mengakui tiap Lebaran kunjungan wisata lumayan. "Tapi, untuk hari ini, belum begitu nampak antusiasme pengunjung. Mungkin karena hari pertama,"  katanya.

Di Pantai Purin sendiri, lanjut Supriyatna, ada 2 objek wisata. Selain pantain ada juga kolam renang yang banyak wahana permainan air. "Untuk masuk pantai bayar Rp 4,5 ribu. Sedangkan kalau masuk waterboom, bayar Rp 25 ribu," jelasnya.

Kurangnya 'Bedak' si Primadona

Yoyo, mengaku biaya 'bedak' atau dana yang diperlukan untuk mendandani Pantai Purin diakui kurang. Sebagai Ketua UPTD I, Pemerintah Daerah Jawa Timur hanya memberikan bantuan dana yang terbilang kecil untuk perawatan selama 1 tahun.

"Untuk 2013 ini, ada 6 paket, total paket itu mencapai Rp 700 juta," ungkapnya.

Dengan jumlah dana demikian, tidak akan cukup untuk beriklan. Sebagian dananya akan habis untuk perawatan objek wisata seperti taman main anak yang karatan, trotoar yang rusak.

Andaikan punya dana lebih, Yoyo ingin tiap 5 atau 10 km ada papan iklan yang mempromosikan Pantai Purin. "Kalau dananya saya pakai untuk iklan, lalu orang ke mari tapi fasilitasnya buruk ya sama saja," selorohnya.

Alternatif dalam mencari dana tambahan, Yoyon berusaha menjual kelapa yang menjadi jagoan di Pantai Purin ini. Tapi, kelapa adalah buah yang musiman, dalam setahun hanya 2 kali berbuahnya. "Penghasilannya kurang cukup untuk membiayai iklan. Padahal saya selalu meminta pusat dana lebih agar primadona ini tidak terlupakan," tandas Yoyo. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.