Sukses

Sisca Yofie dan Malam Laknat di Sukajadi

Seorang wanita muda tewas mengenaskan tak jauh dari kediamannya di Kota Bandung, Jawa Barat. Sosok pelaku masih gelap.

Hari-hari terakhir Ramadan 1434 Hijriyah disambut dengan banyak kesibukan. Mudik, berbelanja, serta keriuhan untuk melepas rutininatas berpuasa selama sebulan belakangan.

Namun, Kota Bandung yang dingin menyajikan cerita yang membuat kita bergidik. Sebuah kekejaman tersaji saat mayoritas kita bersiap menuju hari suka cita. Seorang wanita muda ditemukan tewas dengan tubuh penuh kekejaman tiada tara, 3 hari sebelum Lebaran.

Wanita itu, Sisca Yofie, berusia 34 tahun, mapan dan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Senin 5 Agustus 2013 malam, menjadi hari paling laknat dalam kehidupannya.

Cerita bermula saat Sisca pulang ke rumah kontrakannya di Jalan Setra Indah Utara, Kecamatan Sukajadi, Bandung, Jawa Barat. Korban sudah 2 tahun menyewa salah satu kamar di rumah mewah ini. Namun, Roni selaku pemilik rumah sempat bingung pada malam itu. "Saya sempat curiga karena mobil milik korban terus menyala di garasi rumah," jelas Roni.

Ternyata, Sisca memang tak pernah menjejakkan kaki di rumah itu. Sebuah peristiwa yang hingga kini masih menjadi misteri membuat dirinya harus berhadapan dengan maut. Sebuah rekaman kamera pengintai memperlihatkan Sisca dijambak dan diseret sebelum memasuki rumah.

Dalam rekaman yang tak begitu jelas, 2 buah sepeda motor melaju kencang di depan pagar rumah. Penumpang salah satu sepeda motor kemudian menjambak rambut dan menyeret wanita berparas rupawan ini. Sulit untuk mengenali pelaku atau kendaraan yang dia gunakan karena kejadian berlangsung cepat.

Informasi tambahan yang bisa didapat adalah dari saksi mata warga sekitar yang melihat kejadian itu. Salah seorang di antara saksi mata mengatakan bahwa korban sebenarnya sudah dikuntit pelaku sejak sebelum sampai di kontrakannya.

"Menurut saksi dan bukti dia dikuntit pengendara motor, saat mau masuk ke rumah kos," jelas Kepala Kepolisian Sektor Sukajadi Ajun Komisaris Polisi Sumi. Namun, tetap saja informasi tentang pelaku masih gelap.

Saksi lainnya juga melihat drama memilukan yang terjadi setelah Sisca diseret oleh pria di atas sepeda motor itu. Seorang saksi mengaku melihat korban dipukul menggunakan helm, dibacok serta ditusuk dengan senjata tajam. Sadisme itu masih ditambah lagi dengan kondisi korban yang tengah diseret.

Horor itu baru berakhir di Jalan Cipedes RT 07 RW 01, Kecamatan Sukajadi, sekitar 1 kilometer dari rumah kontrakan Sisca. Menurut warga yang berada di sekitar lokasi kejadian, saat ditemukan kondisi wanita itu sangat mengenaskan, namun masih dalam keaadaan bernyawa.

Korban sempat berada di lokasi sekitar satu jam setengah lamanya sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia dalam perjalanan. Sayang, di lokasi ini juga tak banyak bukti yang bisa menuntun polisi pada sosok pelaku.

Dalam reka ulang yang digelar polisi, Selasa 6 Agustus 2013, selain menemukan ceceran darah, polisi juga menemukan banyak rambut yang diduga milik korban, di sepanjang Jalan Cipedes. Sayang, motif serta sosok pelaku masih misterius.

Sementara dari Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, tim forensik menyatakan bahwa luka terparah yang dialami oleh Sisca ada di bagian kepala. Alhasil, dari bukti-bukti di lokasi, keterangan saksi mata, serta hasil otopsi, tak banyak keterangan yang bisa dikaitkan dengan pelaku.

Sepanjang Selasa, polisi juga memeriksa 8 orang saksi, di antaranya teman satu kantor Sisca di sebuah perusahaan leasing mobil di kawasan Jalan Pungkur, Bandung, serta warga yang melihat kejadian. "Mereka mungkin melihat atau mengetahui sesuatu, yang jelas semua informasi kita kumpulkan," kata AKP Sumi.

Sejauh ini polisi menduga motif pembunuhan adalah dendam, karena tidak ada barang yang hilang. Namun, polisi masih terus memeriksa ulang para saksi dan juga mencari alat bukti lain, termasuk memeriksa ulang rekaman CCTV di rumah kontrakan korban.

Analisa lain diungkapkan pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel. Menurutnya, dalam kasus ini terlihat adanya rangkaian perilaku pembunuhan yang tidak efisien. Padahal, efisiensi merupakan salah satu misi dari sebuah kejahatan.

"Kalau memang berniat menghabisi korban, ya sudah habisi saja di tempat. Kenapa harus melukai bagian tubuh yang susah membuat mati, seperti di kening? Kenapa harus ada penyeretan segala? Kalau mau membunuh langsung saja tusuk di bagian dadanya," jelas Reza.

Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Universitas Indonesia ini menduga, pelaku awalnya hanya ingin melakukan pencederaan parah. "Mungkin mau menghilangkan kecantikan dan kemolekan korban. Tapi aksinya kebablasan. Emosi pelaku meluap hingga merusak perencanaan aksinya," paparnya.

Karena itu dia menganggap ini bukan merupakan kejahatan yang sudah diniatkan sejak awal. "Saya tidak menganggap ini kejahatan yang berencana, ini accidental crime. Bahkan pelaku tidak menduga korban akan sampai meninggal," imbuh Reza.

Ini jelas sebuah tantangan bagi pihak kepolisian untuk segera mengungkap jatidiri pelaku. Apa pun alasannya, perilaku sadis yang diperlihatkan mereka tak bisa diterima. Dan tugas aparat penegak hukum untuk menjangkau sekaligus memberi pelajaran, bahwa perilaku mereka tak bisa diterima akal sehat. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini