Sukses

SBY Bandingkan Reformasi di Mesir dan Indonesia

Tak jauh beda dengan Mesir, lanjut Presiden, sejarah melahirkan militer Indonesia sebagai salah satu faktor dominan dalam perpolitikan.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melihat situasi yang melingkupi Mesir saat ini benar-benar kritis. Namun, Indonesia tidak ingin menjadi pihak yang akan memberi nasihat kepada Mesir, kendati memiliki pengalaman saat melakukan reformasi. Presiden SBY melihat ada perbedaan cara antara Mesir dan Indonesia mengelola masalah yang sama.

"Dulu pada 1998, terjadi perubahan politik dan kita sepakat kita mengajak semua kalangan untuk ikut, tak ada yang ditinggalkan. Meski pada prinsipnya mahasiswa yang ke muka, tapi pada prinsipnya kita mengajak semua, tak ada yang kita keluarkan," jelas Presiden saat memberikan pengantar pada sidang kabinet paripurna yang membahas RAPBN 2014 di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/7/2013).

Tak jauh beda dengan Mesir, lanjut Presiden, sejarah melahirkan militer Indonesia sebagai salah satu faktor dominan dalam perpolitikan di era lalu. "Dan di awal reformasi (militer) mendapat tekanan luar biasa, ketika itu bukan balik menekan, tapi melakukan reformasi di dalam dirinya. Meski banyak kekuasaan militer dilucuti, semuanya diterima, karena semua pihak diajak ikut," ujar Presiden.

Banyak pelajaran bisa diambil dari kasus Mesir, tak hanya untuk Indonesia tapi juga bagi negara lain di dunia. "Ketika revolusi sudah selesai dan semangat perubahan meninggi dan ada election, mungkin tidak semua elemen memiliki peluang yang sama dan pihak militer merasa dipinggirkan," jelasnya.

Ketika situasi seperti itu tercipta, lanjut Presiden, semuanya akan tergantung pada sang pemimpin yang berkuasa setelah revolusi atau reformasi terjadi. "Siapa pun yang memimpin dan diberikan amanat oleh rakyat harus berpikir rekonsiliasi dan mengajak semuanya," tegas Presiden.

Sebagai negara sahabat, kata Presiden, Indonesia hanya bisa berharap pihak-pihak yang bersengketa di Mesir bisa menahan diri. "The winners take it all tak bisa diterapkan dalam situasi itu, semuanya harus diikutkan," imbuhnya. (Ary/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini