Sukses

Bocah Cilik Korut: Kami Akan Balas Dendam pada Amerika...!

Korut sedang memperingati 60 tahun berakhirnya Perang Korea besar-besaran. Dendam diwariskan antargenerasi.

Permusuhan berkobar pimpinan Korea Utara terhadap Amerika Serikat dan Korea Selatan yang makin menjadi  penguatan sanksi PBB atas uji coba nuklirnya, menular ke anak-anak.

Seperti yang diutarakan seorang bocah cilik Korut di depan kamera. "Aku merasa hebat, karena kami berhasil meruntuhkan Amerika yang terkutuk," kata bocah itu, sambil tersenyum lebar, seperti dimuat News.com.au, Sabtu (27/7/2013).

Bocah lain menghadap ke kamera, dengan bersemangat dan tekad kuat, ia berujar, "Ini akan mempersatukan kebencian generasi kita pada Amerika. Jadi kami akan bisa balas dendam pada mereka di masa depan."

Empat bulan lalu Korea Utara mengancam akan membatalkan gencatan senjata tahun 1953 lalu, yang mengakhiri Perang Korea, juga makin memusuhi AS dan Korsel.

Namun minggu ini, diktator yang menutup rapat-rapat negaranya itu, mengundang media asing, untuk meliput peringatan 60 tahun berakhirnya perang Korea.

Sementara, anak-anak sekolah tak ketinggalan berkumpul di ibukota Pyongyang, untuk memperingati apa yang disebut "hari kemenangan perang pembebasan tanah air."

Dukungan pun diberikan pada pemimpin muda Kim Jong-un, ayahnya yang telah meninggal Kim Jong-il, dan kakeknya Kim il-Sung -- yang memulai konflik.

Untuk Korea Utara, Perang Korea yang meletus pada 25 Juni 1950 tak pernah benar-benar berakhir. Dan Amerika biasa disebut sebagai "Amerika brengsek" atau "Yankee imperialis". AS masih dianggap musuh nomor 1.

Pernyataan seorang guru matematika, yang difilmkan sebuah media asing, menggambarkan bagaimana kuatnya indoktrinasi yang diberikan hingga ke sekolah-sekolah. Juga betapa terisolasinya mereka dari dunia.

"Para pemimpin kami, seorang diri, mengalahkan Amerika yang menyombongkan kekuatan mereka. Jadi, murid-murid kami amat memahami bahwa pemimpin kami adalah yang terbesar di seluruh dunia. Yang paling kuat dan bertekad besi."

Tayangan di televisi Korea Utara diwarnai adegan patriotisme termasuk kunjungan kerabat ke makam anggota keluarga mereka yang meninggal dalam Perang Korea. Salah satunya Kim Bu-ok, perempuan itu berlutut dan menangis di depan makam ayahnya.

"Para pahlawan perang yang selamat akan bisa mengalahkan Amerika," kata dia. "Kami akan menginjak-injak mereka menjadi debu."

Parade

Parade raksasa digelar di ibukota Pyongyang. Ribuan tentara dan warga meneriakkan, "Lindungi Kim Jong-un dengan nyawa kita" -- saat pemimpin muda itu tampil di podium, melambaikan tangan, dikelilingi para pejabat militer dan partai.

Pemimpin tertinggi militer, Choe Ryong-Hae mengatakan, kemenangan membanggakan yang diciptakan pendiri Korut Kim Il-Sung dan Kim Jong-il, "telah diwariskan pada jenderal besar kami Kim Jong-un".

Dia juga mengatakan, perdamaian penting bagi sebuah negara untuk memajukan ekonomi dan menyejahterakan hidup rakyatnya. Tapi, Korut siap berperang. "Semua tentara dan rakyat harus memperkuat pertahanan, bersiap mempertahankan diri dari serangan pihak luar," kata dia.

Sementara, gertakan Korut sebelumnya, lalu sikap seakan-akan telah mereformasi diri tak dianggap mengejutkan bagi sejumlah ahli.

"Ini hanyalah pola berulang. Tak ada yang istimewa," kata Kongdan 'Katy' Oh, ahli Asia Timur dari  Brookings Institution, seperti dimuat CNN Sabtu ini. (Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini