Sukses

Kala Rano Karno dan Ratu Atut di Ambang `Perceraian`

Meski merupakan orang nomor 2 di provinsi yang baru berdiri sejak 2000 ini, Rano kerap dianaktirikan di lingkungan Pemprov Banten.

Wakil Gubernur Banten Rano Karno dan Gubernur Ratu Atut Chosiyah terancam pecah kongsi. Kegelisahan membawa Rano yang juga politisi PDIP itu pada keputusan sulit. Meski belum mengutarakannya secara terbuka, namun Rano sempat menyatakan niatnya untuk mengakhiri kontrak politik dengan sang gubernur. Akankah 'Si Doel' yang kini berkiprah di Banten itu kembali menjadi anak Betawi?

Dari politisi PDIP asal Banten Dedy Gumelar-lah, ketidakharmonisan hubungan antara Rano dengan Ratu Atut terkuak. Meski merupakan orang nomor 2 di provinsi yang baru berdiri sejak 2000 ini, kata Mi'ing, Rano kerap dianaktirikan ketika berada di lingkungan Pemprov Banten.

"Pernah ngomong sama saya untuk mundur, tapi nggak jadi (mundur)," kata pria yang karib disapa Mi'ing  ini dalam perbincangan dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (23/7/2013). "Hubungannya nggak harmonis, nggak dikasih job," imbuh anggota Komisi X DPR itu.

Sejak sama-sama memimpin Banten pada 2011 lalu, Rano dan Ratu Atut hanya bertemu beberapa kali saja. Keduanya juga jarang tampil bersama-sama. Mi'ing  mengungkap, Rano dan Ratu Atut paling banyak bertemu 11 kali dalam setahun. Bandingkan dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan Wagub Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Namun Partai Golkar yang menyokong Ratu Atut menepis pernyataan Mi'ing. "Nggak mungkinlah. Masa sudah beberapa tahun bertugas, mereka hanya bertemu 11 kali. Itu gimana?" kata Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham.

Dianggap Saingan

Tak cuma jarang bertemu, Rano juga merasa dianggap sebagai pihak yang akan meruntuhkan dinasti politik Ratu Atut di Banten. Dia kerap dianaktirikan. Hal ini tak dibantah oleh Politisi senior PDIP Pramono Anung. Bagi Pramono, Rano memiliki potensi yang sangat besar untuk maju sebagai Gubernur Banten pada periode selanjutnya.

Hal inilah yang dinilai Pramono membuat Ratu Atut dan dinastinya merasa tersaingi. Sementara perempuan berkerudung yang telah berkuasa selama 2 periode itu sudah tak bisa lagi memperebutkan tahta di tanah Banten. "Bu Atut tidak bisa maju lagi dan pasti Bu Atut merasa tersaingi," ujar Pramono.

Menurut Mi'ing, selama bersanding dengan Ratu Atut, Rano tak pernah diberi kepercayaan untuk mengemban tugas selayaknya wakil gubernur. Ratu Atut tak memberikan peran yang banyak di Pemprov Banten karena takut meningkatkan elektabilitas 'Si Doel' pada Pilkada Banten 2016 mendatang.

"Kekhawatirannya, Rano maju jadi calon gubernur Banten di 2016. Padahal, dia (Atut) kan sudah menyiapkan anak atau adik iparnya untuk melanjutkan (jadi gubernur Banten)," tutur mantan komedian itu.

Rano semakin merasa dianaktirikan saat jabatan Ketua Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Banten yang seharusnya diberikan kepada sang istri Dewi Indriati justru disandang istri dari Sekretaris Daerah Banten Muhadi yakni Pipih Muhadi. Sebelum disandang Pipih Muhadi, jabatan Ketua PKK ini sempat diusulkan untuk diberikan kepada suami Ratu Atut, yakni Hikmat Tomet.

"Namun ditolak oleh istri Mendagri Gamawan Fauzi. Lalu Seharusnya yang menjadi Ketua PKK adalah Ibu (istri) Rano Karno, tapi malah dikasih ke istri Sekda," beber Mi'ing.

Dilarang Megawati

Rano tak bisa begitu saja mundur dari kursi wagub. Bintang film sejak era 70-an itu harus meminta izin dari ketua umum partai tempatnya dibesarkan, yakni Megawati Soekarnoputri. Namun dengan alasan demi kebaikan partai, Megawati tak memberikan restunya.

Rano pun terganjal Mega. "Tapi dia tidak jadi mundur karena ditahan sama Ibu Mega. Rano diminta Ibu Mega untuk sabar," kata Mi'ing.

Pramono Anung mengamini kebijakan Mega itu. Dia menegaskan, jika benar ingin mundur sebagai Wagub Banten, Rano harus melapor secara resmi pada partai.

Ada sejumlah mekanisme yang akan dilakukan PDIP dalam menyikapi keputusan besarnya. Partai akan mengkroscek kebenaran cerita Rano. Namun jika benar karena ketidakharmonisan, Pramono tak yakin mundurnya Rano akan menyelesaikan masalah.

"Waktu itu, Pak Rano maju sebagai Wagub didelegasikan partai. (Kalau mau mundur) Harusnya beliau ngomong dulu ke partai. Perlu dicek kembali, beliau mundur karena apa. Kalau memang mundur, pasti ada alasannya," ucap Pramono.

Di Belanda

Hingga kini belum ada tanggapan resmi dari Rano Karno terkait mencuatnya kabar keretakan hubungannya dengan Ratu Atut. Bintang film 'Gita Cinta dari SMA' ini masih belum bisa dimintai keterangan. Nomor-nomor telepon selular yang dihubungi dan pesan singkat yang dikirim belum juga direspons.

Informasi yang diperoleh Liputan6.com, Rano saat ini tengah berada di Kerkrade, Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu 'Si Doel' mendampingi Tim Marching Band Gita Surosowan Banten (GSB) untuk mengikuti World Music Contest 2013.

Sebanyak 11 partai koalisi yang memiliki kursi di DPRD Banten tercatat memberikan dukungannya pada pasangan Ratu Atut dan Rano Karno untuk menjadi Gubernur dan Wagub Banten pada 22 Oktober 2011 silam. Kesebelas partai itu yakni Partai Golkar, PDIP, Hanura, Gerindra, PKB, PAN, PBB, PPNUI, PKPB, PDS, dan PPD. (Ndy/Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini