Sukses

[VIDEO] Awas Sirup Oplosan Berbahaya

Akhir-akhir ini beredar informasi yang tak enak di telinga seputar adanya peredaran sirup yang dioplos dengan zat kimia berbahaya.

Bulan Ramadan, bulan yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia, berpuasa setiap hari selama sebulan penuh.

Sambil menunggu waktunya berbuka, banyak kegiatan rutin yang biasa dilakukan masyarakat, ngabuburit alias jalan-jalan sore misalnya. Tapi acara utamanya sudah pasti mencari makanan dan minuman segar untuk berbuka.

Dan salah satu minuman segar yang jadi primadona adalah es buah dengan komposisi isinya yang menggugah selera, buah-buahan yang dipadu dengan agar-agar, serta tape dan tak ketinggalan sirup untuk melengkapi rasa manis segarnya es.

Es buah sudah seperti bersenyawa dengan sirup, saling melengkapi. Namun belakangan beredar informasi yang tak enak di telinga seputar adanya peredaran sirup yang dioplos dengan zat kimia berbahaya.

Hasil penelusuran dari sirup oplosan ini cukup kongkrit. Info dan kontak penjual sirup berbahaya didapatkan bermuara ke suatu lokasi di pinggiran Jakarta. Saatnya menemui sang peracik sirup.

Di lokasi, terlihat tempat dan alat-alat pembuatan minuman dan sirup. Tak lama si peracik sirup datang. L0ewat obrolan mengalirlah cerita pengalamannya bereksperimen meracik dan mengoplos sirup.

Nyatanya peracik sirup adalah penjual sirup musiman yang hanya memproduksi saat bulan puasa saja. Peracik sempat berupaya menutup-nutupi fakta produknya menggunakan bahan kimia berbahaya.

Proses produksi sirup dimulai. Belanja dan mengumpulkan bahan-bahan baku sirup menjadi tahapan awal. Toko langganan bahan kimia pembuatan sirup juga jadi salah satu target yang dikunjungi.

Usai belanja, sejumlah bahan baku sirup dipersiapkan untuk segera diolah. Di sini sikap asal-asalan si peracik mulai terlihat. Botol-botol untuk wadah sirup, dicuci di tempat yang tak semestinya, jauh dari kesan higienis.

Satu per satu bahan sirup yang sudah dipersiapkan mulai dioplos ke dalam wadah satu per satu. Tak ada ukuran yang pasti. Langkah asal kedua dilakukan, pemanis kimia sebanyak ini dilarutkan untuk beberapa liter air saja, benar-benar berbasis feeling saja.

Sirup-sirup bermuatan pemanis kimia dengan takaran tak semestinya ini mulai dikemas, dimasukkan ke dalam botol. Yang membuat dahi berkernyit adalah bahan pengawet yang semestinya tidak ada dalam pembuatan sirup, ikut meluncur ke dalamnya.

Belum lagi ada bahan pemberi rasa pada sirup yang tak jelas apa kandungannya juga ikut masuk. Untuk meyakinkan konsumen, langkah ilegal selanjutnya dikerjakan. Merek dan nomor registrasi palsu pun dicantumkan pada kemasan.

Hasil oplos sirup bermuatan pemanis kimia dalam takaran ngawur ini mendatangkan hasil yang menggiurkan, terutama selama masa puasa.

Si peracik beralibi, nama dan nomor izin fiktif terpaksa dibuatnya, karena sulitnya mengurus perizinan dan mahalnya biaya izin itu yang selalu jadi pengganjal.

Meski menyadari ada bahaya dalam produk yang diraciknya, si pembuat sirup punya alasan tersendiri. Selesai dikemas, sirup yang tak baik bagi kesehatan ini siap untuk dipasarkan.

Dengan sepeda motor berkeranjang, peracik mengarah ke suatu toko langganan. Untuk memastikan ke mana saja distribusi sirup tak hiegenis ini, secara acak beberapa pasar disambangi.

Iming-iming untung besar yang menggiurkan, ditawarkan si peracik kepada pedagang yang mengambil sirupnya. Tak lama berselang, sirup berbahaya ini disajikan, lalu disantap oleh konsumen yang tidak mengetahuinya.

Memenuhi kebutuhan masyarakat, berbagai merek dan rasa sirup dijajakan. Belakangan demi meraup untung besar, cara curang dilakukan segelintir pedagang.

Maraknya peredaran sirup yang mengandung bahan kimia berbahaya dan tidak hiegenis, menimbulkan keresahan dan disesalkan sejumlah kalangan. Menindaklanjuti hasil investigasi, sampling sirup yang dicurigai mengandung bahan kimia berbahaya diuji ke laboratorium.

Dan hasilnya cukup mencengangkan. Sirup teridentifikasi zat kimia berbahaya dalam jumlah yang sangat besar. Jelas hasil racikan ngawur ini menyisipkan bahaya yang sangat besar bagi konsumen yang meminumnya dalam rentan waktu tertentu.

Sementara kandungan pemanis dan pengawetnya, di luar batas yang ditentukan BPOM. Risiko merugikan kesehatan terbayang di depan mata.

Keberadaan sirup berbahaya ditanggapi pihak BPOM. Pemerintah daerah belum sepenuhnya bisa mengatasi permasalahan ini. Lagi-lagi SDM yang menjadi kendala, sehingga pergerakan aksi pedagang curang ini nyaris tak tersentuh.

Ketidakseriusan dalam menangani peredaran makanan dan minuman yang berisiko bagi konsumen, membuat para pelaku curang ini bebas merajalela. Mengenai merek dan izin kesehatan yang dipalsukan oleh segelintir peracik dan pedagang sirup, jerat hukum sudah menanti pemalsunya.

Namun tidak semua pembuat dan pedagang industri berbuat melanggar hukum seperti ini. Masih banyak pembuat sirup yang higienis dalam pembuatan serta menghindari pemakaian bahan kimia berbahaya. Agar awet, kuncinya ada pada sterilisasi. (Frd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini