Sukses

`Foto Asli Bomber Boston Bukan Rockstar ala Rolling Stone`

Gambar-gambar tersebut diambil oleh Sersan Sean Murphy. "Itu adalah gambaran nyata bomber Boston".

Pemuatan foto bomber Boston marathon, Dzhokhar Tsarnaev, di sampul majalah Rolling Stone menuai kritik tajam. Dia dianggap tak pantas disejajarkan dengan bintang rock dunia.

Deskripsi yang tertera dalam sampul -- bahwa Dzhokhar populer, siswa bermasa depan cerah, tapi tak dididik secara benar oleh keluarganya sehingga jadi radikal -- juga ditentang.

Di tengah gelombang protes, muncul foto-foto penangkapan pemuda 19 tahun itu, saat muncul dari perahu tempatnya bersembunyi, dengan moncong senapan mengarah padanya. Seorang fotografer polisi mengatakan, "Itu adalah gambaran nyata bomber Boston".

Berbeda dengan gambarnya di sampul majalah, yang ganteng, tenang, meski rambut awut-awutan -- dalam foto-foto penangkapannya, Dzhokhar tampak terpojok, wajahnya berlumuran darah, sinar laser dari senapan penembak jitu terlihat jelas di dahinya yang pucat.

Dalam sebuah foto, ia terlihat menarik kemejanya, diduga untuk menunjukkan, tak ada senjata di baliknya. Di foto lain, ia terlihat merosot di bibir perahu, lengannya yang berdarah terjuntai.

Gambar-gambar tersebut diambil oleh Sersan Sean Murphy, petugas kepolisian Massachusetts, dan dipublikasikan Boston Magazine, Kamis sore.

Dalam pernyataan yang menyertai penayangan foto itu, Sersan Murphy mengatakan, gambar sampul Rolling Stone adalah "penghinaan" dan "menyakitkan" bagi mereka yang selamat dan keluarga korban insiden yang terjadi 15 April 2013 lalu.

"Orang ini penjahat," kata Murphy seperti dimuat CNN, Jumat (19/7/2013). "Dan foto-foto ini adalah bomber Boston sejati. Bukan seorang yang pantas menjadi sampul majalah Rolling Stone."

Menurutnya, Rolling Stone membuat citra glamor pada teroris. "Secara pribadi, aku tersinggung dengan keputusan Rolling Stone yang memajang foto Tsarnaev seakan ia adalah rockstar. Tindakan itu menghina anggota keluarga korban atau mereka yang tewas dalam bom Boston," kata dia.

"Aku sudah 25 tahun menjadi polisi, aku khawatir itu bisa jadi inspirasi orang lain yang ingin menjadi `bintang` dengan cara yang sama," kata Murphy pada Boston Magazine yang dimuat Daily Mail.

Pemimpin redaksi Boston Magazine, John Wolfson mengatakan, majalahnya punya ratusan foto serupa dan akan mempublikasikannya lebih banyak lagi dalam edisi September.

Ia mengatakan, "Ada konflik" terkait keputusan Murphy merilis foto-foto itu." Tapi ia benar-benar mengkhawatirkan bagaimana dampak sampul Rolling Stone itu pada keluarga korban.

"Saya pikir dia (Murphy) juga khawatir ada orang yang bakal meniru sosok glamor yang ditampilkan di sampul Rolling Stone," kata  John Wolfson.

Diskors




Sean Murphy ikut terjun bersama tim SWAT yang menyusul ke tempat persembunyian Dzhokhar.

Sementara, juru bicara Kepolisian Massachusetts mengatakan, pihaknya tidak memberikan izin soal penayangan foto-foto penangkapan si bomber.

Akibatnya, Murphy diskors sehari. Nasibnya, apakah akan bertugas penuh atau dihentikan sementara sampai penyelidikan internal selesai dilakukan, akan ditentukan kemudian.

Sidang internal akan dilakukan pekan depan. Sementara Murphy belum bisa dimintai komentar.

Sebelumnya, pihak Rolling Stone dalam sebuah pernyataan mengatakan, artikel mereka memenuhi kaidah jurnalistik dan merupakan cermin dari komitmen majalah itu terhadap peliputan yang serius dan bijaksana.

"Sampul kami itu merupakan tradisi dan komitmen jurnalisme Rolling Stone yang serius akan isu politik dan budaya penting pada zaman sekarang," demikian pernyataan manajemen Rolling Stone.

Sementara, Dzhokhar Tsarnaev sedang menanti persidangan selanjutnya terkait bom Boston yang menewaskan 3 orang dan melukai 260 lainnya -- banyak di antaranya kehilangan organ tubuh. Ia juga diperkarakan dalam kasus penembakan petugas kepolisian Massachusetts Institute of Technology, yang meninggal dalam drama pelariannya dan kakaknya, Tamerlan -- yang tewas ditembus timah panas polisi dan dilindas mobil yang dikemudikan Dzhokhar. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini