Sukses

Terkuak, Sayuran `Mutan` Fukushima: Mirip Tumor dan Abnormal

Dampak luruhnya reaktor Fukushima diduga kuat telah menemukan jalan masuk ke rantai makanan.

Dua tahun berlalu pasca-luruhnya reaktor Fukushima Dai-ichi yang dipicu gempa dahsyat 9,0 skala Richter disusul tsunami pada 11 Maret 2011. Puing-puing telah dibersihkan, jasad-jasad dimakamkan, namun masih ada ancaman lain: paparan bahan radioaktif yang terlanjur terlepas ke lingkungan.

Paparan zat nuklir itu telah menyebabkan mutasi pada hewan, juga sayuran. Seperti dimuat Daily Mail, Rabu 17 Juli 2013, dampak luruhnya Fukushima telah menemukan jalan masuk ke rantai makanan.

Sejumlah foto 'sayuran mutan' beredar di dunia maya. Beberapa di antaranya dipublikasikan sebuah situs Korea Selatan. Namun, belum jelas di mana sayuran tersebut diproduksi, atau apakah foto-foto itu asli atau rekayasa, dan apakah bencana nuklir itu penyebabnya.

Apapun, termasuk dalam "sayuran mutan" adalah tomat raksasa yang ditumbuhi "tumor", lobak yang mirip tangan berjari lima, dan dua buah peach yang tumbuh dempet mirip bentuk angka 8.



Ada lagi tomat yang ditumbuhi kecambah. Bentuknya sama sekali tak wajar. Kemudian, bunga matahari yang tumbuh di atas bunga lainnya.



Juga ada foto dua petani yang memegang kubis, satu berukuran normal, lainnya punya ukuran sampai empat kali lipat.



Binatang juga diduga terdampak radiasi. Awal tahun ini, seekor ikan yang ditangkap dekat reaktor Fukushima diketahui mengandung cesium 2.500 kali aturan batas aman radiasi untuk makanan laut.

Perusahaan Tokyo Electric Power (Tepco), menangkap ikan yang dijuluki 'Mike the Murasai' di  teluk dekat reaktor utama Fukukshima Dai-ichi.




Kupu-kupu 'Mutan'


Sebelumnya, dua bulan setelah setelah insiden luruhnya reaktor nuklir Fukushima, sebuah tim peneliti Jepang mengumpulkan 144 kupu-kupu berkulit pucat jenis Zizeeria maha dari 10 lokasi di Jepang, termasuk area Fukushima. Saat insiden luruhnya reaktor terjadi, kupu-kupu itu masih menjadi larva.

Dan, hasilnya sangat tak terduga.

Dengan membandingkan mutasi yang ditemukan pada kupu-kupu dari berbagai wilayah itu, tim menemukan, area dengan jumlah radiasi lebih besar menjadi rumah bagi kupu-kupu dengan sayap lebih kecil dan mata yang berkembang secara tidak teratur.

"Padahal selama ini diyakini serangga sangat tahan terhadap radiasi," kata kepala peneliti, Joji Otaki dari University of the Ryukyus, Okinawa. "Dalam hal ini hasil yang kami dapatkan tak terduga," kata dia.

Tim lantas membiakkan kupu-kupu yang hidup pada jarak 1.750 km dari kecelakaan dalam laboratorium, di mana radiasi hampir tidak bisa dideteksi.

Hasilnya, kebanyakan dari mereka tumbuh normal, beda dengan kupu-kupu Fukushima yang memiliki antena cacat. Untuk diketahui, antena pada kupu-kupu bekerja sebagai radar yang menuntun hewan ini untuk mengeksplorasi lingkungan sekaligus mencari pasangan.

Enam bulan kemudian, tim kembali mengumpulkan kupu-kupu dewasa dari 10 situs yang sama. Mereka menemukan, kupu-kupu dari wilayah Fukushima memiliki tingkat mutasi lebih dari dua kali lipat dari yang ditemukan sebelumnya pasca-insiden.

Tim lalu menyimpulkan, tingkat mutasi yang tinggi disebabkan kontaminasi makanan, juga dari mutasi materi genetik yang diturunkan dari generasi ke generasi. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini