Sukses

Mantan Menpora: `Tinju Berdarah` Tanggung Jawab Penyelenggara

"Seharusnya sudah ada aturan di luar dan di dalam ring, yang menyangkut tak hanya keselamatan petinju, tapi juga penonton."

Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Hayono Isman mengatakan insiden berdarah yang terjadi dalam final kejuaraan tinju yang memperebutkan "Bupati Cup" di GOR Kota Lama, Nabire, Papua adalah tanggung jawab penyelenggara.

"Ini musibah yang tak boleh terjadi. Seharusnya sudah ada aturan di luar dan di dalam ring, yang menyangkut tak hanya keselamatan petinju, tapi juga penonton. Jadi ini tanggung jawab penyelenggara," kata Hayono di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2013).

Hayono meminta Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) agar melakukan pengecekan secara langsung ke Nabire terkait situasi yang sebenarnya terjadi.

"Izin diberikan pasti ada persyaratannya, tidak hanya lisensi tapi tempat penyelenggaraan pantas atau tidak," jelas Hayono.

Dia pun mengimbau induk pengurus tinju kelas amatir segera mengambil tindakan. Terutama masalah penonton dan sarana di dalam penyelenggaraan.

"Karena tidak lazim kejuaraan tinju yang meninggal penonton. Ini tidak harus terjadi apabila penyelenggara dan induk olahraga di kabupaten itu paham menyelenggarakannya," tegas Hayono.

Sebanyak 17 orang tewas dan 34 lainnya luka-luka akibat berdesak-desakan saat kerusuhan terjadi pasca-kemenangan Alfius Rumkorem dari Sasana Persada atas Yulianus Pigome dari Sasana Mawa dalam kejuaraan tinju kelas amatir.

Jumlah korban meninggal semula berjumlah 18 orang. Kabar terbaru, jumlah yang tewas sebenarnya 17 orang. "Jumlah korban 17. Ada dobel pendataan nama. Ada yang pakai nama asli dan aliasnya didata juga," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol I Gede Sumerta dalam sambungan telepon ke Liputan6.com. (Riz/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini