Sukses

Nasib Pengungsi Aceh: Makan Antre, Habis Mandi Pakai Baju Bekas

Gempa 6,2 SR di Aceh mengubah kehidupan warga Ketol. Mereka harus hidup di pengungsian.

Sipah sibuk menanak nasi, sembari menyeduh susu untuk anaknya. Ia masih harus memotong-motong bawang.

Perempuan berusia 23 tahun itu menjadi salah satu ibu tersibuk di dapur umum Posko Pengungsian Tanggap Darurat Polda Aceh, Desa Rejewali, Kecamatan Ketol, Aceh, Senin (8/7/2013).

"Sebentar ya, Mas, saya sembari aduk-aduk susu," kata Sipah. Susu pun jadi di gelas transparan. Kemudian dituang ke dalam botol. Sembari menggendong dan memberi susu itu ke anaknya yang baru berusia setahun, Sipah kembali melanjutkan menanak nasinya.

"Beginilah keadaannya. Ada perubahan, biasa masak di dapur sendiri, sekarang di dapur umum," kata Sipah sambil tertawa.

Sekilas, mungkin tidak ada yang berubah dari bahasa tubuhnya. Tapi jelas, ia akan lebih nyaman dan leluasa memasak di dapur sendiri.

Di sisi lain, anak-anak juga terlihat dalam antrean sambil menggenggam piring dan sendok plastik. Jika sehari-hari mereka biasa menyendok nasi dan lauk dari meja makan di rumahnya. Kini mau tak mau, harus ditakar nasi dan lauknya agar semuanya rata.

"Anak-anak juga biasa kalau siang pas pulang sekolah atau pagi-pagi, makan itu nyendok sendiri. Sekarang harus antre," ujarnya.

Lalu bagaimana dengan keperluan mandi? Tak jauh beda. Anak-anak itu juga harus beramai-ramai mandi dari keran pada tangki-tangki air bersih yang disediakan.

Padahal, di kamar mandi rumah mereka, tentu akan jauh lebih nyaman mandi ketimbang di pengungsian ini.

"Mau bagaimana lagi. Ada perubahan-perubahan yang mesti kita biasakan," kata Syifa menimpali. Mereka tentu mungkin memaklumi kondisi seperti ini.

Mungkin juga anak-anak yang sudah selesai mandi itu terpaksa 'dimaklumi' oleh keadaan ini. Selesai mandi, mereka pun mengenakan pakaian yang diambil dari hamparan baju-baju bekas di dekat tenda mereka.

Tak ada pakaian bagus yang masih "wangi toko". Tak ada pula celana yang warnanya secerah saat pertama kali dibeli. Mereka tahu itu. Mereka memakluminya. (Ein/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini