Sukses

Ketua STPDN: Kasus Penganiayaan Tak Akan Terulang

Siti Nurbaya akan memberi hukuman kepada praja yang melakukan penganiayaan. Komisi Etika mulai menyelidiki kasus pemukulan yunior, pekan depan. Lulusan STPDN di daerah stres akibat tayangan di televisi.

Liputan6.com, Sumedang: Ketua Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Siti Nurbaya menjamin tindak kekerasan dari praja senior terhadap yunior tak bakal terjadi lagi. Jika masih terulang, Siti berjanji akan menindak tegas pelakunya. Sebab, tayangan "penyiksaan" seperti ditayangkan SCTV adalah persoalan krusial dalam dimensi pengasuhan dan pendidikan di STPDN. "Kalau ketemu lagi, akan terkena nantinya di kepegawaian. PP-nya [peraturan pemerintah] juga akan ada," tegas Siti Nurbaya, selepas memimpin rapat perdana tingkat pimpinan STPDN di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (25/9).

Siti Nurbaya menambahkan, Komisi Etika bentukan Departemen Dalam Negeri pimpinan Inspektur Jenderal Depdagri Sinyo Hari Sarundajang, baru bekerja menelusuri keterangan dari para saksi untuk mengungkap kejadian penganiayaan yang sering terjadi, pekan depan [baca: PJS STPDN Akan Mengubah Pola Pengajaran]. Kendati demikian, Sinyo mengaku telah melakukan identifikasi awal.

Tadi siang, seluruh praja juga berkumpul di aula dan membacakan ikrar penghapusan penyimpangan pola pembinaan terhadap yunior. Mereka juga diberi siraman rohani oleh kiai kondang Abdullah Gymnastiar. AA Gym--begitu Abdullah Gymnastiar dikenal--meminta para praja meninggalkan kekerasan dalam bentuk apapun. Pola pendidikan, menurut AA, tak perlu lewat kekasaran, tapi menggunakan cara yang lebih mengena. Ceramah AA Gym disimak ratusan praja dengan tekun.

Depdagri memang harus buru-buru membenahi sistem pendidikan di STPDN. Pasalnya, selain penganiayaan telah menelan korban jiwa, nama STPDN juga dipertaruhkan. Banyak alumnus STPDN mengaku jengah setelah menonton tayangan "Penyiksaan di Balik Tembok STPDN". Sejumlah lulusan yang kini bekerja di lembaga pemerintahan di Surabaya, Jawa Timur, khawatir penayangan gambar akan mempengaruhi konduite mereka sekarang. "Saya rasa itu penyimpangan pengasuhan," kata Novelia, purna praja angkatan 1994.

Bambang Dwi Hartono, lulusan STPDN lainnya mengamini. Bambang merasa masyarakat berat sebelah dan akhirnya menghakimi bahwa semua lulusan STPDN bermoral preman. Sebab itulah, ia meminta masyarakat lebih arif menilai kasus yang terjadi di almamaternya. Sementara Wali Kota Surabaya Bambang D.H. berharap alumni STPDN yang bekerja di jajarannya bekerja dengan baik. Dengan begitu, publik bisa memandang tak seluruh lulusan sekolah itu berperilaku buruk.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini