Sukses

Nasib Morsi Usai Dikudeta, Ditahan atau Dideportasi?

Nasib dan keberadaan Morsi saat ini masih simpang siur. Yang pasti, ia telah dikudeta dan kekuasaan negara saat ini diambil alih militer.

Usia jabatan Presiden Mesir Mohammed Morsi tak bertahan lama. Baru setahun menjadi Kepala Negara, ia dikudeta militer. Bagaimana nasib pengganti diktator Husni Mubarak itu, untuk saat ini?

Juru bicara Ikhwanul Muslimin -- partai yang membesarkan Morsi -- Gehad El-Haddad menyatakan, Morsi saat ini tengah mendekam di tahanan rumah di Markas Garda Republik, Kairo. Ia kemudian dipindah ke Kantor Menteri Pertahanan.

"Untuk saat ini, ia berada di tahanan rumah," ungkap Gehad kepada CNN, yang dimuat pada Jumat (5/7/2013).

Kabar lain menyebut Morsi dideportasi militer ke luar negeri. Namun menurut laporan kantor berita Mesir, MENA dan EgyNews, Morsi menolak pergi dari negaranya.

Nasib dan keberadaan Morsi saat ini masih simpang siur. Yang pasti, ia telah dikudeta dan kekuasaan negara saat ini diambil alih militer yang kemudian menunjuk Kepala Mahkamah Konstitusi Adli Mansour sebagai presiden sementara.

Selain Morsi, rekan dekatnya juga ditahan. Yakni mantan Ketua Ikhwanul Muslimin Mohamed Mahdi Akef dan pemimpin partai saat ini, Mohamed Badei.

Gehad menyebut aksi kudeta militer dan penangkapan petinggi partainya mengundang banyak pertanyaan dan teka-teki. Ada apa di balik semua ini.

"Ini (kudeta dan penangkapan) patut dipertanyakan. Mereka berusaha untuk menjatuhkan Ikhwanul Muslimin."

Demo Tolak Kudeta

Aksi pelengseran Morsi merupakan puncak dari unjuk rasa yang kerap digencarkan pada pemprotes Morsi. Mereka terus menekan sang presiden untuk turun sejak beberapa bulan terakhir.

Tak terima dengan penggulingan, pendukung Morsi dari Ikhwanul Muslimin dan partai Islam lain akan melakukan unjuk rasa balasan pada hari ini, Jumat (5/7/2013).

Pada Kamis 4 Juli kemarin, seperti dimuat Al Arabiya, kubu massa yang pro terhadap Morsi mengumumkan akan menggelar demonstrasi besar-besaran untuk memprotes aksi kudeta militer.

Massa yang tergabung dalam kesatuan 'National Alliance to Support Legitimacy' menyatakan tak terima dengan tindakan militer. Bagi mereka, penggulingan ini telah melanggar hukum.

Pengumuman unjuk rasa ini disampaikan saat berkumpul di wilayah Nasr City, Kairo, Kamis kemarin. (Riz/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini