Sukses

Abdel Fattah al-Sisi, Sang Jenderal `Penentu Nasib` Mesir

Abdel Fattah al-Sisi menjadi pahlawan kaum revolusioner. Bisa jadi, ia adalah penguasa Mesir yang sesungguhnya.

Rabu 3 Juli 2013 malam, sorak sorai bergermuruh di Lapangan Tahrir, sinar laser disorotkan ke udara, juga ke gedung di dekatnya dan membentuk tulisan, "game over". Saat itu, Mohamed Morsi -- presiden Mesir pertama yang dipilih secara demokratis, diturunkan dari jabatannya yang baru berusia setahun.

Angkatan bersenjata, yang mengkudeta Morsi, langsung membentuk pemerintahan sipil sementara. Menunjuk ketua Mahkamah Konstitusi yang baru menjabat 2 hari, Adli Mansour sebagai presiden ad interim.

Namun, meski berstatus presiden, Adli bukan penentu. Bukan namanya yang dielu-elukan para demonstran, melainkan Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, kepala angkatan bersenjata sekaligus Menteri Pertahanan Mesir.

"Morsi tak lagi jadi presiden. Sisi bersama kami," seru para demonstran seperti dimuat situs Worldcrunch, 4 Juli 2013. "Tentara bersama rakyat." Sang jenderal menjadi pahlawan baru kaum revolusioner.

Debutnya di panggung internasional dimulai Senin lalu, saat ia memberi ultimatum 48 jam kepada Mohammed Morsi -- orang yang menunjuknya sebagai pucuk pimpinan militer. Dia mengatakan, tentara akan melakukan intervensi, "jika keinginan rakyat tak dipenuhi."

Pada 2012 lalu, Jenderal al-Sisi telah mencoba untuk mendorong konsensus nasional, selama krisis terkait UUD baru yang kontroversial, namun Ikhwanul Muslimin, partai pendukung Morsi, menolak negosiasi. Kali ini, ia menunjukkan otoritas lebih.

Sebelumnya, jenderal 59 tahun itu tidak dikenal secara luas oleh publik, hingga ia dinominasikan oleh Marsekal Hussein Tantawi, kepala angkatan bersenjata saat itu, sebagai kepala intelijen militer dalam Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, yang misinya adalah untuk menangani transisi pasca-Mubarak.

Ia kemudian menjadi salah satu simbol transisi Mesir, terutama pada Agustus 2012, saat Morsi -- yang baru terpilih sebagai presiden menunjukkan sebagai komandang tentara sekaligus Menteri Pertahanan. Ia menggantikan Marshall Tantawi, yang mengabdi lebih dari satu dekade dalam pemerintahan Hosni Mubarak.  Kala itu, media Mesir menyebut nominasi al-Sisi "atas restu Amerika dan Saudi".

Pendidikan Militer di AS

Al-Sisi adalah lulusan Akademi Militer Mesir angkatan 1977. Saat masih jadi perwira infanteri, ia melanjutkan pendidikan militer ke Inggris pada tahun 1992, dan Amerika Serikat pada 2006.

Salah satu bukti kedekatannya dengan Washington, Jenderal al-Sisi menjadi ujung tombak Mesir dalam kerja sama dengan badan intelijen Amerika dalam perang melawan terorisme di wilayah tersebut.

Dia juga pernah menjadi atase militer di Arab Saudi di bawah pemerintahan Mubarak, dan dilaporkan masih menjaga hubungan baik dengan pejabat tinggi di Teluk.

Meski menggulingkan Morsi, al-Sisi dikenal dekat dengan Ikhwanul Muslimin. Ia juga seorang yang saleh, istrinya memakai jilbab. Dan pamannya, Abbas Al-Sisi adalah orang penting di Ikhwanul Muslimmin.

Namun, lebih dari apapun Abdel Fattah Al-Sisi lebih kental sebagai militer. Ia juga pengagum mantan Presiden Gamal Abdel Nasser, kolonel angkatan bersenjata yang memimpin revolusi yang melahirkan Mesir modern. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.