Sukses

Seperempat Kepala Hilang, Antonio Lopez Chaj Diganjar Rp 576 M

Semua orang terperanjat, saat Antonio membuka topi baseball yang menyembunyikan bentuk kepalanya yang tak biasa.

Kepala Antonio Lopez Chaj tak bulat seperti manusia lain. Sekitar setengah batok tengkoraknya, atau seperempat bagian kepala hilang akibat cedera parah setelah insiden penyerangan di sebuah bar.

Pria yang berprofesi sebagai pengecat rumah itu juga mengalami kerusakan otak parah, yang membuatnya tak bisa bicara. Pada Jumat pekan lalu, para juri di Pengadilan Tinggi Torrance memutuskan, ia berhak menerima uang US$ 58 juta atau Rp 576 miliar dari perusahaan jasa keamanan,  DSP Security and Patrol Services, yang menjadi pihak tergugat.

Ini adalah ganti rugi terbesar yang pernah diberikan pada individu di California. Demikian diungkap pengacaranya. Namun, masih ada upaya banding dan negosiasi, sampai Antonio mendapatkan haknya.

Korban yang berusia 43 tahun, didampingi keluarga dan pengacara, juga tampil dalam konferensi pers terkait keputusan pengadilan tersebut. Semua orang terperanjat, saat ia membuka topi baseball yang menyembunyikan bentuk kepalanya yang tak biasa.

"Tengkoraknya seperti pie, yang sudah dipotong seperempatnya," kata pengacara Antonio, Federico Sayre, Rabu (3/7/2013).

Penyerangan Brutal

Antonio Lopez Chaj diserang di bar Barra Latina di Wilshire pada 20 April 2010. Kala itu, ia mengintervensi serangan yang dilakukan seorang bartender dan petugas keamanan -- yang dipekerjakan DGSP Security and Patrol Services -- terhadap dua kerabat yang datang bersamanya.

"Berhenti memukuli keponakanku," teriak Antonio saat itu, seperti diungkap Sayre. Namun,  petugas keamanan tak berlisensi, dan tak pernah menjalani pelatihan semestinya, memukuli korban dengan tongkat, 8 kali menendang kepalanya, dan menghantamkan kepala Antonio ke trotoar sebanyak 4 kali. "Itu serangan yang mengerikan dan brutal," kata pengacara, Federico Sayre.

Petugas keamanan,  Emerson Quintanilla, dan manajer bartender yang memicu serangan, kini masih buron.

Jejak mereka belum terlacak. "Saya pikir mereka saat itu 'gila', kehilangan kewarasan," kata Sayre.

Serangan kala itu baru berhenti setelah Antonio tak sadarkan diri. Sebagian tengkoraknya hilang saat ia mencapai rumah sakit.

"Paramedis berhasil menyelamatkan nyawanya tapi ia mengalami kerusahan otak parah," kata Sayre. "Antonio tak bisa bicara dan harus didampingi perawat selama 24 jam." Pengacara itu juga menambahkan, kliennya masih harus kembali dioperasi.

Di pengadilan, para juri sepakat mengabulkan gugatan ganti rugi Antonio senilai US$ 58 juta. (Ein/Yus)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.