Sukses

Ahli: Banjir Maut India Akibat Ulah Manusia

Banjir dan tanah longsor melanda Uttarakhand, India. Korban tewas diperkirakan melampaui 1.000 orang.

Negara bagian Uttarakhand di India utara adalah sumber air Sungai Gangga yang suci, lokasi situs ziarah Hindu Char Dham, dan rumah bagi Rishikesh -- retret meditasi yang terkenal ke penjuru bumi gara-gara lagu Beatles, "Land of the Gods".

Namun, godaan pembangunan yang tak terkendali di wilayah di Himalaya itu mengubah takdir wilayah indah itu menjadi mengerikan.

Air bah mengalir deras, tanpa ampun  menerjang bangunan. Korban tewas diperkirakan melampaui 1.000 orang, sementara ribuan orang lainnya terpaksa dievakuasi. Bencana belum lagi berlalu menyusul hujan yang masih turun dengan deras.

Para ahli lingkungan mengatakan, bencana ekologi yang terjadi adalah keniscayaan. Yang menunggu waktu untuk terjadi: saat ini.

Amburadul

Wilayah yang seharusnya dijaga kelestariannya justru dibangun dengan serampangan. Jalan aspal meliuk di lereng gunung, hotel-hotel di bantaran sungai, bendungan yang dibangun di lembah curam.

"Jika Anda pernah mendengar istilah pembunuhan (homicide), ini adalah "pembunuhan alam" (ecocide)," kata Devinder Sharma dari Forum for Biotechnology and Food Security kepada CNN, Selasa 25 Juni 2013. "

"Bukit digunduli, area hutan makin menyempit. Ada penambangan ekstensif yang terjadi di wilayah tersebut. Dan lebih dari itu, jalanan yang dibangun serampangan," tambah dia.

Belum lagi proyek bendungan yang fenomenal -- 70 bendungan! Juga jelas terlihat, terowongan-terowongan dibangun, bukit-bukit diledakkan, dan segala sesuatu saling tumpang tindih.

"Kita berani 'bermain-main' dengan alam, dan dalam waktu bersamaan, kita menyalahkan alam," kata Devinder Sharma.

Dia menambahkan, saat proyek pembangunan jalan yang massif dengan restu pemerintah negara bagian dilakukan, rute-rute dirancang makin jauh,  memicu perkembangan area terpencil, tak disertai  drainase yang memadai -- membuatnya tak  mampu menampung debit air di musim hujan.

Ledakan real estate di wilayah tersebut juga membuat pembangunan berjalan tak terkendali tanpa perencanaan. Amburadul.

"Ini adalah model klasik bencana," kata Devinder Sharma. "Jika Anda ingin melihat secara global apa yang bisa terjadi pada Alpen atau Rocky Mountains, atau di manapun di seluruh dunia, lihatlah apa yang sudah terjadi di Uttarakhand".

Sementara, Souparno Banerje dari kelompok advokasi Center for Science and Environment mengatakan, meski pemerintah membantah mentah-mentah, mayoritas ahli berpendapat, pembangunan tanpa aturan dan pariwisata yang sama sekali tak ditata, bertanggung jawab atas skala bencana yang terjadi di Uttarakhand.

"Pembangunan memang penting. Tapi, kita harus mengerti, ekosistem seperti apa yang kita hadapi," kata dia. "Himalaya adalah gunung dengan wilayah terbesar di dunia. Namun ia sangatlah rentan."

Dan yang terutama dipikirkan dalam perencanaan adalah manajemen bencana.

Souparno Banerje mengatakan, organisasinya sudah lama merekomendasikan untuk menjaga aliran air di sungai  di wilayah tersebut tetap pada level aman. Namun, proyek bendungan dan pengalihan sungai demi pembangunan jalan, dipadukan dengan derasnya hujan, berakhir menjadi bencana.  "Drainase di banyak area setengah terpanggang," kata dia.

Pemerintah Minta Kompensasi

Sementara, Kepala Menteri Uttarakhand, Vijay Bahuguna kepada Times of India mengatakan, banjir yang melanda
wilayahnya membuat pembangunan mundur 3 tahun.

"Rakyat kami menderita karena pariwisata terpengaruh banjir. Kami harus mengembalikan infrastruktur seperti sedia kala. Saya menulis ke Perdana menteri bahwa laporan sementara kerugian akibat banjir mencapai US$ 500 juta. Tragedi ini menghancurkan perekonomian kami," kata dia.

Keseimbangan antara lingkungan dan pembangunan penting dicapai, tapi ia tak mau warga harus pindah dari  Uttarakhand.

"Sebanyak 70 persen negara bagian ini adalah hutan. Jika kami harus mempertahankan hutan, mengapa Anda tak memberi kami kompensasi?" kata dia.

Ia juga membantah bencana adalah akibat dari ulah manusia, dan buntut dari konstruksi hotel dan perumahan yang tak terkendali. 

"Itu adalah argumen yang kekanakan -- bahwa hujan angin, gempa bumi, dan tsunami disebabkan faktor manusia. Dalam sejarah ratusan tahun Kedarnath (wilayah dalam negara bagian), tak pernah ada kejadian seperti ini di negara bagian Himalaya. Bencana ini melanda wlayah seluas 37 ribu mil persegi. Cuaca buruk diikuti memicu hujan 330 milimeter, sama sekali tak bisa diantisipasi," kata dia. (Ein)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
    Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.

    Banjir

Video Terkini