Sukses

Kisah Penduduk Himalaya Hidup Bersama `Hantu`

Di Bemni, tangis yang pecah tiba-tiba, teriakan bocah, ekspresi kecemasan dijelaskan dengan satu kata: kerasukan.

Di sebuah desa, di pojok terpencil India, kepercayaan akan keberadaan arwah gentayangan dan hantu menyebar luas. Kecemasan dalam dunia modern, apapun, diterjemahkan sebagai kerasukan.

Seperti di hari itu, di depan sebuah toko yang kecil namun sibuk di Desa Bemni, di ketinggian 2.743 meter di Pegunungan Himalaya.

Seekor anjing Tibetan Mastiff menyalak galak pada bocah berusia 4 tahun yang ketakutan dan berteriak kaget. "Sementara saya berusaha menenangkan anak saya, Finn, penjaga toko tiba-tiba berlalu, sesaat kemudian ia kembali bersama seorang perempuan tua. "Nenek itu langsung menuju Finn, membawa abu di tangannya," kata Jane Dyson, kontributor BBC, yang melakukan penelitian antropologi di Bemni.

Mata si bocah sontak melebar, heran, saat nenek tersebut menabur abu di sekeliling kepalanya.

Ia bernyanyi lembut, dengan nada rendah, lalu meniupkan udara ke rambut Finn. "Nenek itu pikir anak saya berteriak karena kerasukan. Jadi ia mengusir 'roh jahat' dari tubuhnya," tambah Jane.

Akhirnya, sang pemilik toko memiringkan kepala, menghadap ke arah Jane, sinyal bahwa kini semuanya baik-baik saja.

Di sana, segalanya bisa dianggap kerasukan. Menangis, bergetar, menghentakkan lengan, memukuli dada. Padahal, itu mungkin ekspresi dari emosi.

Kerasukan juga disalahkan jika seorang anak menangis, merasa kesal karena dipermainkan atau menjelaskan perubahan sikap seorang remaja labil. Para orangtua biasanya tergopoh-gopong memanggil "orang tua", saat perilaku anak mereka berubah.

Kesurupan juga jadi alasan para kaum muda. "Dulu aku seorang pelajar rajin, tapi kemudian aku kerasukan..."

Hantu hutan

Yang paling mengerikan bagi penduduk desa adalah kerasukan roh jahat, hantu yang bergentayangan di hutan. Makhluk tak kasat mata itu diyakini bisa membuat mereka sakit, bahkan tewas.

Pada suatu sore di musim dingin 4 tahun lalu,  Mohan Singh mengaku berjumpa dengan hantu jahat. Saat itu ia sedang menebang pohon, tiba-tiba pria aneh mendekatinya. "Kenapa kau menebang pohon itu?"

Mohan mengatakan, sontak langit gelap kala itu. Matanya seakan buta. Pria aneh itu mencengkeram bajunya. Mohan mati-matian menghindar dari tangan mengerikan mahluk yang helaian rambutnya setebal lengan anak kecil.

Selama pergumulan, Mohan mengaku, mahluk itu kerap berubah bentuk, dari raksasa lalu menyusut setara dengan badan ayam.

Saat bebas, Mohan pulang ke rumah, tubuhnya demam tinggi. Kisah-kisah seperti itu tak luar biasa. Ada penduduk mengaku bertemu rubah berkepala manusia, lainnya berjumpa dengan ular yang menjaga guci penuh emas.

Meski desa itu dilindungi oleh kuil-kuil penangkal, wilayah sekitarnya dianggap penuh bahaya. Jika kemalaman, mereka khawatir bukan main bakal bertemu hantu.

Apakah hantu yang merongrong warga benar adanya, tak ada bukti yang meyakinkan. Tapi yang jelas, orang-orang di Bemni khawatir atas masa depan mereka. Perubahan iklim dan desa mereka yang terisolasi, membuat nyaris mustahil mengais rezeki dari tanah.

Pengangguran adalah masalah besar.  Hari demi hari dan orang-orang berbicara tentang "ketegangan" lebih dari sebelumnya. Mereka makin rentan kerasukan.

Mereka yang berpendidikan pun secara hati-hati mengakui mereka percaya hantu. "Saya belum pernah melihat hantu sebelumnya. Tapi aku telah melihat apa yang bisa mereka lakukan pada manusia." Jadi? (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini